Asing Distribusi Saham BBCA, Valuasi Jatuh di Bawah Historis: Sinyal Apa?
- Harga BBCA terkoreksi, asing distribusi Rp16,24 triliun. Valuasi murah jadi daya tarik, apakah saatnya investor masuk?

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali melemah 0,95% ke level Rp7.850 per saham pada perdagangan Rabu, 17 September 2025. Kondisi melanjutkan tren pelemahan sehari sebelumnya, di mana harga saham bank swasta terbesar di Indonesia ini terkoreksi 1,25% ke Rp7.925 per saham dengan nilai transaksi Rp1,03 triliun.
Sepanjang perdagangan Selasa, 16 September 2025, sebanyak 129,31 juta saham BBCA berpindah tangan melalui 42.089 kali transaksi. Investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp130,92 miliar, menunjukkan distribusi saham yang kembali menekan pergerakan jangka pendek bank dengan kapitalisasi jumbo ini.
Koreksi ini mengakhiri reli empat hari berturut-turut pada 10–15 September. Dalam sebulan terakhir, saham BBCA sudah turun 8,91%, sementara dalam tiga bulan terakhir terkoreksi lebih dalam 12,19%. Investor asing juga membukukan net sell jumbo senilai Rp16,24 triliun pada periode tersebut.
1. Tekanan Jual Asing
Distribusi saham BBCA tampak nyata dari aksi jual asing. Pada perdagangan 16 September, investor asing melepas kepemilikan senilai Rp130,92 miliar. Aktivitas ini sejalan dengan tren tiga bulan terakhir, di mana net sell akumulatif asing mencapai Rp16,24 triliun.
Tekanan jual asing menjadi salah satu faktor dominan pelemahan saham BBCA. Meskipun asing menekan harga, aktivitas ini memberi peluang bagi investor domestik yang masih meyakini fundamental bank swasta terbesar di Indonesia tetap solid di tengah dinamika makro.
2. Valuasi Jadi Atraktif
Di tengah koreksi harga, valuasi saham BBCA terlihat lebih murah dari biasanya. Data Stockbit Sekuritas mencatat rasio price to book value (PBV) BBCA di 3,73 kali dan price earning ratio (PER) 17,15 kali trailing twelve months (TTM).
Angka itu sudah berada di bawah -2 standar deviasi rata-rata tiga tahun terakhir, yakni PBV 4,03 kali dan PER 17,9 kali. Dengan valuasi lebih rendah dari tren historis, saham BBCA menawarkan peluang akumulasi di level harga saat ini.
3. Laba Bersih Tetap Solid
Meski harga saham menurun, fundamental BBCA masih tangguh. Per Agustus 2025, laba bersih tumbuh 8,5% year-on-year menjadi Rp39,1 triliun. Capaian ini sudah memenuhi 65% proyeksi setahun penuh menurut riset DBS Research, menandakan kinerja sejalan ekspektasi.
Pertumbuhan kredit BBCA pun masih kencang di level 9,3%, mendukung target tahunan 6–8%. Dengan margin bunga bersih (NIM) stabil di 6,1% dan return on equity (ROE) tetap 23%, profitabilitas perusahaan terjaga meskipun sektor perbankan menghadapi tekanan biaya kredit.
4. Pandangan Analis: Buy
DBS Research menegaskan BBCA tetap unggul berkat margin tebal, risiko terkendali, serta jaringan cabang luas. Mereka menilai BBCA sebagai satu-satunya bank dalam cakupan riset yang berhasil menjaga pertumbuhan laba bersih, sehingga rekomendasi buy dipertahankan dengan target Rp12.000.
Senada, Mandiri Sekuritas dalam risetnya yang tayang hari ini juga menyebutkan bahwa laba bank only BBCA sukses bertumbuh 9% year-on-year pada delapan bulan 2025. Artinya, valuasi bank ini dianggap menarik, dengan target harga Rp11.000, jauh di atas harga pasar saat ini.
5. Market Cap Jumbo
Dengan harga terkini, kapitalisasi pasar BBCA tercatat Rp976,95 triliun, nyaris menembus Rp1.000 triliun. Angka ini mengokohkan status BBCA sebagai salah satu saham big caps terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pilar utama indeks IHSG.
Kendati harga saham masih tertekan akibat aksi jual asing, market cap besar memberi stabilitas. Bagi investor jangka panjang, momentum koreksi dapat menjadi kesempatan masuk di harga diskon, dengan potensi cuan ketika pasar kembali menghargai fundamental bank ini.

Alvin Bagaskara
Editor
