Tren Pasar

Anomali Saham Prajogo: Kenapa Induk (BRPT) Jauh Lebih Murah dari Anaknya?

  • Laba bersih BRPT melonjak 2.882% menjadi Rp9,7 T. Namun, valuasinya (Rp354 T) masih terdiskon jauh di bawah anak usahanya, BREN (Rp1.327 T).
1715600405583.jpg
Prajogo Pangestu Bos Barito Pacific (Dok/Ist)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Valuasi saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), induk usaha Grup Barito, mendapat sorotan pasar. Saham BRPT dinilai berada pada zona harga diskon signifikan (holding company discount) ketimbang total valuasi saham anak-anak usahanya.

Pergerakan harga saham BRPT cenderung lambat, berbeda nasib dengan anak usahanya seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Padahal, kinerja laba bersih BRPT dan anak usahanya kompak melonjak.

Pada penutupan Rabu, 12 November 2025, kapitalisasi pasar BRPT tercatat Rp354,93 triliun. Angka ini jauh di bawah TPIA (Rp607,74 triliun) dan BREN yang menembus Rp1.327 triliun, mengungguli kapitalisasi pasar BBCA.

  • Baca Juga: Bitcoin Terganggu Shutdown AS, di RI Transaksi Kripto Justru Melonjak 27 Persen

1. Tanggapan Resmi Manajemen BRPT

Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Barito Pacific David Kosasih menyampaikan bahwa holding company discountmerupakan suatu implikasi dari mekanisme pasar. Manajemen kini fokus untuk memberikan edukasi lebih baik kepada investor.

“Lebih memperjelas fundamental dari bisnis yang kami lakukan... kami harapkan hal tersebut akan menjadi lebih jelas bagi investor dan tercermin di harga yang lebih mencerminkan value yang sesungguhnya,” tutur David dalam paparan publik, Rabu, 12 November 2025.

2. Lonjakan Kinerja Emiten Grup Prajogo

Paradoks valuasi ini terjadi di tengah lonjakan kinerja grup. Laba bersih BRPT (induk) tercatat melonjak luar biasa 2.882% YoY menjadi Rp9,71 triliun hingga kuartal III-2025, dari sebelumnya hanya Rp405,8 miliar.

TPIA mencatat turnaround kinerja dengan membukukan laba bersih Rp21,64 triliun, membalikkan rugi Rp906,8 miliar pada tahun lalu. BREN juga mencatatkan laba bersih US$132 juta (naik 19,1% YoY).

Anak usaha lainnya, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), membukukan laba bersih US$83,5 juta (melesat 269,6% YoY). PT Petrosea Tbk (PTRO) juga mencatatkan kenaikan laba bersih menjadi Rp115,7 miliar dari Rp43,4 miliar.

3. Realisasi Belanja Modal dan Ekspansi

David Kosasih menambahkan, BRPT telah merealisasikan belanja modal (capex) sekitar US$480 juta (Rp8 triliun) sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Mayoritas dana digunakan untuk proyek prioritas seperti pembangunan pabrik dan peningkatan kapasitas aset panas bumi (geotermal).

“Kami juga menggunakan capex untuk mendanai beberapa akuisisi yang kami laksanakan pada tahun ini,” imbuh David. Akuisisi ini mengarah pada langkah TPIA yang telah mencaplok jaringan SPBU ritel bermerek Esso milik ExxonMobil di Singapura.

4. Respons Pasar Terkini

Di lantai bursa, saham BRPT mulai merespons positif. Kinerja saham BRPT menguat signifikan 7,08% (250 poin) pada penutupan perdagangan Rabu, 12 November 2025. Penguatan ini membawa BRPT ke level Rp3.780 per saham.

Nilai transaksi BRPT hari itu juga meledak, mencapai Rp1,10 triliun. Angka ini menempatkan BRPT di urutan kedua saham dengan nilai transaksi teratas di bursa, yang mengindikasikan adanya peningkatan minat beli investor terhadap saham induk Grup Barito.