4 Proyeksi IHSG 2026: Target 9.440, Sekuritas Ini Jagokan BBCA hingga NCKL
- BRI Danareksa proyeksikan IHSG 2026 tembus 9.440. Berikut 4 analisis pasar dan 8 saham pilihan utama mulai dari BBCA, ISAT, ASII, hingga NCKL.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Menatap tahun fiskal 2026, strategi ekuitas di pasar saham Indonesia diproyeksikan akan memasuki fase stock picker’s market. BRI Danareksa Sekuritas menilai pemilihan saham secara selektif berbasis fundamental akan menjadi kunci utama mendulang cuan di tengah pemulihan ekonomi bertahap.
Optimisme ini didukung oleh target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diprediksi mampu menembus rekor baru. Analis melihat adanya potensi aliran dana masuk yang berkelanjutan, terutama pada saham-saham konglomerasi dan sektor yang memiliki visibilitas pertumbuhan laba yang jelas.
Bagi investor yang sedang menyusun portofolio tahun depan, mencermati valuasi dan dividen menjadi strategi krusial. Berikut adalah 4 poin penting terkait proyeksi pasar dan deretan saham pilihan yang direkomendasikan untuk tahun 2026.
1. Target IHSG Tembus 9.440
BRI Danareksa Sekuritas menetapkan target IHSG pada akhir 2026 mampu menguat menuju level 9.440. Proyeksi ini dibangun di atas asumsi pertumbuhan laba per saham (EPS) emiten sebesar 8% dengan valuasi Price to Earnings (PE) rasio di kisaran 14,2 kali.
Dalam skenario paling optimistis, indeks gabungan bahkan berpeluang melaju lebih kencang hingga level 9.820. Skenario bullish ini bisa tercapai jika pertumbuhan EPS emiten mampu menyentuh angka 10% seiring dengan membaiknya kondisi makroekonomi domestik dan global.
Sebaliknya, skenario konservatif menempatkan IHSG di level 9.135 jika pertumbuhan laba tertahan di angka 6%. Investor perlu mewaspadai risiko perubahan kebijakan. "IHSG pada akhir 2026 ditargetkan menguat menuju level 9.440," ungkap Wilastita Muthia Sofi dan Erindra Krisnawan dalam risetnya pada Jumat, 19 Desember 2025.
2. 8 Saham Pilihan Utama
Di tengah pasar yang selektif, analis merekomendasikan delapan saham unggulan atau top picks. Pemilihan ini didasarkan pada penyaringan ketat terhadap potensi total imbal hasil, peluang re-rating harga saham, serta keberlanjutan pembagian dividen di masa depan.
Deretan saham tersebut mencakup sektor perbankan, telekomunikasi, hingga konsumer. Saham-saham blue chip yang masuk dalam radar rekomendasi beli antara lain BBCA, ISAT, JPFA, ASII, KLBF, AADI, NCKL, dan ICBP, yang dinilai memiliki fundamental solid.
Koleksi saham ini dianggap mampu memberikan bantalan kinerja yang kuat bagi portofolio investor. Fokus utama tetap pada emiten dengan neraca sehat. "Saham-saham yang menjadi pilihan utama antara lain BBCA, ISAT, JPFA, ASII, KLBF," sebut riset tersebut.
3. Sektor Logam dan Telco Bersinar
Secara sektoral, fokus investasi diarahkan pada industri dengan visibilitas pertumbuhan laba yang tinggi. Sektor logam diperkirakan akan mencatat lonjakan pertumbuhan EPS hingga 27% pada tahun fiskal 2026, didorong oleh ekspansi proyek dan peningkatan volume produksi.
Eksposur terhadap komoditas emas dan timah dinilai lebih menarik dibandingkan nikel yang harganya cenderung datar. Selain itu, sektor telekomunikasi juga diproyeksikan mencatat pertumbuhan EBITDA sebesar 7%, sementara sektor ritel berpotensi tumbuh signifikan sebesar 16%.
Saham konglomerasi juga masih menjadi primadona dengan potensi kenaikan kapitalisasi pasar. Tema ini diperkirakan berlanjut seiring minat investor kakap. "Potensi kenaikan kapitalisasi pasar saham konglomerasi sebesar 17–32%," tambah analisis BRI Danareksa Sekuritas.
4. Valuasi Murah dan Dividen
Daya tarik pasar saham Indonesia juga didukung oleh valuasi yang relatif murah dibandingkan kawasan lain. PE rasio diproyeksikan sekitar 15 kali untuk tahun fiskal 2026, bahkan hanya 10 kali jika mengeluarkan saham-saham konglomerasi dari perhitungan.
Selain harga yang terdiskon, imbal hasil dividen atau dividend yield pasar diperkirakan berada di kisaran 5%. Kombinasi valuasi rendah dan dividen tinggi ini memberikan margin keamanan yang cukup tebal bagi investor yang masuk di level saat ini.
Dukungan fiskal pemerintah melalui anggaran program prioritas juga menjadi katalis positif. Hal ini berpotensi memicu rotasi dana asing masuk ke Indonesia. "Dukungan makroekonomi juga semakin selaras, ditopang percepatan belanja fiskal pemerintah," tulis laporan tersebut.

Alvin Bagaskara
Editor
