Saat Kucing jadi Ruang Tenang Pekerja Urban
- Dari kota besar hingga kawasan kampus, generasi muda menjadikan kucing sebagai teman emosional. Tren ini selaras dengan data melonjaknya populasi kucing di Indonesia.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah tekanan ekonomi dan meningkatnya biaya hidup, fenomena memelihara kucing justru semakin populer di kalangan generasi muda Indonesia.
Kondisi finansial yang serba ketat ternyata tidak menyurutkan minat mereka untuk memiliki hewan peliharaan, terutama kucing yang dinilai lebih mudah dirawat dan memiliki karakter yang sesuai dengan gaya hidup urban.
Banyak anak muda yang menjadikan kucing sebagai teman di tengah kesibukan, penghilang stres, hingga bagian dari rutinitas harian yang membantu menjaga keseimbangan mental.
Kehadiran kucing di rumah dianggap mampu memberi ketenangan emosional, rasa nyaman, dan rutinitas positif yang tetap terjangkau meski biaya hidup terus meningkat.
Bagi Anindya (25), pekerja kreatif di Jakarta, memelihara kucing adalah bentuk coping mechanism di tengah tekanan pekerjaan dan hidup di ibu kota. “Awalnya karena saya tinggal sendiri dan kerja dari rumah, kucing itu teman.” ujarnya kepada TrenAsia, Jumat, 21 November 2025.
Menurutnya, dalam keseharian yang penuh tuntutan, kehadiran kucing memberi ruang tenang. “Di tengah stres kerja dan berita yang sering bikin cemas, pulang lalu ada kucing yang santai itu bikin tenang. Itu penting buat kesehatan mental saya,” tambahnya.
Dari sisi finansial, ia mengaku pengeluaran masih bisa dikendalikan. “Awal-awal ada biaya (vaksin, steril), tapi setelah itu relatif terkendali,” katanya. Ia menambahkan kebutuhan bulanan untuk kucingnya berkisar antara Rp400.000 hingga Rp600.000 per bulan. Jumlah tersebut menurutnya masih biasa diatur.

Anindya memilih memelihara kucing lokal karena perawatannya lebih sederhana dan biayanya lebih rendah. “Kucing lokal kuat, gampang adaptasi, dan murah perawatannya. Saya lebih suka adopsi daripada beli,” jelasnya.
Selain kenyamanan emosional, memelihara kucing juga membentuk kebiasaan positif dalam hidupnya. “Saya jadi lebih disiplin, punya banyak teman komunitas, dan sering ikut kegiatan adopsi atau donor makanan,” tambahnya.
Di Surakarta, Rizal (24), seorang mahasiswa, memiliki alasan berbeda namun tetap berkaitan dengan kebutuhan emosional. Menurutnya, kucing adalah hewan paling cocok untuk lingkungan kos. “Kucing cocok buat kosan. Saya kuliah, nggak ada waktu banyak. Kucing mandiri, tapi tetap kasih comfort saat stres ujian,” ujarnya.
Dengan anggaran mahasiswa, Rizal tetap mampu merawat kucingnya dengan baik. Ia menyebutkan bahwa pengeluaran per bulan berkisar Rp250.000 hingga Rp350.000 untuk makanan, pasir, dan kebutuhan dasar lainnya.
Rizal merasakan adanya perubahan dalam gaya hidupnya sejak memelihara kucing. “Saya jadi lebih peduli ke pola hidup sehat, lebih sering keluar rumah buat cari mainan kucing, dan sering ikut event komunitas yang edukatif,” ungkapnya. Baginya, kehadiran hewan peliharaan memberikan keseimbangan emosional di tengah tekanan akademik.
Jadi Peliharaan Utama
Fenomena yang dialami Anindya dan Rizal diperkuat oleh data nasional mengenai tingginya preferensi terhadap kucing. Laporan Rakuten Insight (2021) mencatat 47% pemilik hewan peliharaan di Indonesia memilih kucing, menjadikannya hewan peliharaan paling umum di Tanah Air.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Jurnal Informatika Polinema yang menyebutkan angka yang sama, menunjukkan konsistensi preferensi masyarakat. Selain itu, industri pet di Indonesia juga mengalami pertumbuhan signifikan.
Data PetfoodIndustry menunjukkan populasi hewan peliharaan di Indonesia meningkat 75,7% dalam periode 2017–2022, dengan populasi kucing tumbuh lebih cepat hingga 137,6%, mencapai sekitar 5,1 juta ekor pada 2022.
Baca juga : Bitcoin Rontok, Momen Rebound atau Turun Lebih Dalam?
Nilai pasar makanan hewan juga terus meningkat, mencapai US$ 237 juta pada 2023, dan dipimpin oleh segmen makanan kucing yang menyumbang sekitar 77,5% dari total permintaan. Laporan StrategyHelix memproyeksikan pasar makanan kucing di Indonesia terus tumbuh dengan CAGR sekitar 6,4% hingga 2030.
Pertumbuhan sektor perawatan hewan (pet care) juga semakin terasa. Future Market Insights (FMI) mencatat bahwa segmen makanan hewan menyumbang 68,1% dari total pasar pet care Indonesia.
Sementara laporan Kisaco Research menunjukkan populasi hewan peliharaan populer, terutama kucing dan anjing, tumbuh dengan CAGR sekitar 15% dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan betapa potensialnya bisnis terkait anabul (anak bulu) di Indonesia.

Chrisna Chanis Cara
Editor
