Persib Menuju Lantai Bursa: Mengupas Struktur Kepemilikan Maung Bandung Pra-IPO
- Persib Bandung, klub sepak bola kebanggaan Jawa Barat, tengah mempersiapkan diri untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Rencana ini mengemuka di tengah perayaan juara BRI Liga 1 2024/2025.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - Persib Bandung, klub sepak bola kebanggaan Jawa Barat, tengah mempersiapkan diri untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Rencana ini mengemuka di tengah perayaan juara BRI Liga 1 2024/2025.
Glenn Timothy Sugita dari CEO PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) menyatakan kondisi internal klub kini jauh lebih stabil. “Kami yakin klub kini lebih sehat secara manajemen dan bisnis, sehingga langkah menuju IPO bukan lagi mimpi, tapi segera terwujud,” ujar Glenn di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu malam, 24 Mei 2025.
Rencana IPO Persib Bandung bukan sekadar ambisi manajemen, melainkan upaya menuju profesionalisme dan transparansi sebagai korporasi olahraga modern. Yang menarik, Glenn juga bercanda menyinggung Menteri Perumahan, Maruarar Sirait, menanyakan kesiapan berinvestasi saat Persib IPO.
- Viral karena Baru Umumkan Non-Halal, Ini Sejarah Ayam Goreng Widuran Solo
- Pasar AS Kacau Karena Trump dan Yield Tinggi, Saham Bank RI Jadi Primadona di Tengah Ketidakpastian
- GAPRINDO Minta PP 28/2024 Ditinjau Ulang dan Morotarium Kenaikan Cukai
Menanggapi candaan itu, Maruarar alias Ara menyatakan dukungan penuh dan siap berinvestasi Rp100 miliar untuk mendukung transformasi besar klub kebanggaan Jawa Barat. “Kalau untuk Persib, saya siap! Saya siapkan investasi Rp100 miliar untuk jadi bagian dari transformasi besar klub kebanggaan Jawa Barat ini,” jelas Ara.
Yang menjadi pertanyaan, di tengah rencana menyusul Bali United untuk menjadi klub sepak bola yang melantai di Bursa Efek Indonesia, bagaimana struktur kepemilikan saham Persib Bandung? Perlu diingat, klub berjuluk Maung Bandung ini telah lama menjadi barometer bagi pengelolaan klub sepak bola secara profesional di tanah air.
Untuk menjawab pertanyaan krusial tersebut, penting untuk menelusuri lebih dalam siapa saja aktor dan entitas di balik layar yang selama ini mengendalikan PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Struktur kepemilikan inilah yang telah membentuk fondasi profesionalisme Persib dan kini bersiap membuka diri lebih lebar melalui mekanisme pasar modal.
Kepemimpinan Sentral di Balik Maung Bandung
Sejak industri sepak bola Indonesia memasuki era profesional yang menuntut klub berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dan terlepas dari pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), PT Persib Bandung Bermartabat didirikan pada tahun 2009.
Entitas ini menjadi payung hukum yang mengelola seluruh aspek klub, mulai dari manajemen tim, pembinaan usia muda, hingga strategi komersial dan pengembangan bisnis. Kehadiran PT PBB menjadi tonggak transformasi Persib menjadi sebuah entitas bisnis olahraga yang mandiri dan modern.
Di jantung struktur kepemilikan PT PBB, nama Glenn Timothy Sugita memegang peranan sentral. Sebagai Direktur Utama (CEO), Glenn tidak hanya menjadi motor penggerak operasional dan visi bisnis klub, tetapi juga diyakini sebagai salah satu pemegang saham pengendali.
Pengalamannya sebagai salah satu pendiri Northstar Group, perusahaan investasi terkemuka, membawa napas profesionalisme, tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), dan orientasi jangka panjang bagi Maung Bandung. Di bawah arahannya, Persib menunjukkan kemajuan signifikan, baik dalam prestasi maupun dalam membangun ekosistem bisnis yang solid.
Jejaring Investor dan Langkah Menuju Keterbukaan
Meskipun Glenn Sugita adalah figur utama, kepemilikan saham PT PBB tidak bersifat tunggal. Informasi yang berkembang mengindikasikan adanya sebuah konsorsium investor yang terdiri dari beberapa pengusaha nasional.
Entitas seperti PT Suria Eka Persada sering disebut sebagai salah satu kendaraan investasi utama yang memegang porsi saham signifikan, di mana kepentingan Glenn Sugita dan mitra-mitranya terkonsolidasi.
Dalam lingkaran konsorsium tersebut, nama-nama lain seperti Patrick Waluyo, yang juga salah satu pendiri Northstar Group, dan Kiki Barki, seorang pengusaha di sektor pertambangan, kerap dikaitkan sebagai bagian dari kelompok investor strategis. Keterlibatan keluarga Barki, misalnya Lawrence Barki, juga pernah muncul dalam diskursus mengenai struktur pemegang saham Persib.
Figur lain yang memiliki catatan historis dalam pembentukan fondasi finansial Persib di era PT PBB adalah Erick Thohir. Sebelum aktif dalam berbagai jabatan publik, termasuk Menteri BUMN dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir merupakan bagian dari kelompok investor awal.
Tentu, seiring dengan perannya saat ini, status kepemilikan langsungnya mungkin telah mengalami penyesuaian guna menjaga integritas dan menghindari potensi konflik kepentingan, namun kontribusi awalnya tetap tercatat.
Penting untuk dipahami bahwa sebagai perusahaan tertutup sebelum IPO, detail komposisi kepemilikan saham PT PBB dengan persentase yang pasti tidak selalu menjadi konsumsi publik.
Struktur ini dapat bersifat dinamis, dengan potensi perubahan komposisi seiring waktu melalui kesepakatan internal. Namun, gambaran umumnya adalah Persib dikendalikan oleh sekelompok investor strategis dengan visi bisnis yang kuat, dengan Glenn Sugita sebagai nakhoda utamanya.
Model kepemilikan inilah yang memungkinkan Persib Bandung bertransformasi menjadi salah satu klub dengan manajemen paling profesional di Indonesia. Keputusan-keputusan strategis dapat diambil secara lebih efektif, didukung oleh stabilitas finansial dari para pemegang saham.
Keberhasilan ini menjadikan Persib sebagai contoh bagaimana sebuah klub sepak bola dapat dikelola sebagai sebuah industri yang sehat dan memiliki potensi pertumbuhan berkelanjutan.
Dengan langkah konkret menuju IPO, struktur kepemilikan Persib yang selama ini relatif tertutup akan segera mengalami transformasi signifikan. Pintu partisipasi akan terbuka lebih lebar bagi publik, termasuk jutaan Bobotoh yang setia, untuk turut serta memiliki saham klub kebanggaan mereka.
Oleh karena itu rencana, ini bukan hanya sekadar berbagi kepemilikan secara finansial, tetapi juga tentang meningkatkan aspek transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan publik dalam mengawal masa depan Maung Bandung di panggung sepak bola nasional maupun internasional.

Ananda Astridianka
Editor
