Tren Leisure

Pandemi Belum Selesai, WHO Kini Selidiki Subvarian BA.3 dari Omicron

  • WHO sedang melacak beberapa subvarian dari varian COVID-19 Omicron, termasuk BA.1, BA.1.1, BA.2, dan BA.3
Virus Covid-19

Ilustrasi bvirus Covid-19/Foto: Pixabay

(pixabay.com)

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tengah melacak beberapa subvarian dari varian COVID-19 Omicron, termasuk BA.1, BA.1.1, BA.2, dan BA.3. WHO juga melihat data tentang apakah subvarian Omicron ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Meskipun saat ini kasus COVID-19 tampaknya sudah berkurang, tingkat risikonya sebetulnya tetap sama seperti sebelumnya. Seperti yang dilansir dari laman Times of India pada 5 Maret 2022, Maria Van Kerkhove, Infectious Disease Epidemiologist and COVID-19 Technical Lead di WHO mengatakan ada kesamaan dalam hal keparahan yang ditimbulkan antara subvarian BA.2 dan BA.1 dari Omicron, dan muncul pula subvarian yaitu BA.3.

Sementara itu, seperti yang diketahui, subvarian BA.2 dari Omicron yang dianggap parah justru bergejala ringan seperti subvarian BA.1. Akan tetapi di sisi lain, laporan dari subvarian yang lainnya seolah memberikan pesan bahwa pandemi ini masih belum berakhir dan Corona masih menjadi virus yang berbahaya dan mengintai di sekitar.

Omicron termasuk garis keturunan Pango B.1.1.529 dan garis keturunan Pango BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3. Sebuah studi penelitian yang diterbitkan pada 18 Januari 2022 di Journal of Medical Virology juga telah mengkonfirmasi keberadaan sub-garis keturunan BA.3.

Studi tersebut menyebutkan tidak ditemukan adanya mutasi spesifik untuk BA.3 pada protein spike-nya. Sebaliknya, BA.3 merupakan kombinasi mutasi pada protein spike BA.1 dan BA.2. Studi tersebut juga menambahkan bahwa subvarian BA.3 pertama kali terdeteksi di barat laut Afrika Selatan.

Sesuai penelitian pada 11 Januari 2022, dari total sekuens genom yang dikirimkan ke database GISAID, hanya 0,013% yang merupakan subvarian BA.3 Omikron dan yang tertinggi adalah BA.1. 

Studi lebih lanjut menemukan bahwa ada lebih sedikit mutasi pada BA.3 daripada BA.1 dan berspekulasi bahwa hilangnya mutasi mungkin menjadi alasan mengapa BA.3 memiliki jumlah infeksi yang lebih sedikit. Selain itu, sejauh ini subvarian dominan Omicron adalah BA.1 dan BA.2 dan keduanya tidak memiliki perbedaan dalam tingkat keparahan yang ditimbulkannya.

Tingkat keparahan yang dimiliki varian virus pada tubuh manusia tergantung pada bagaimana tubuh inang bereaksi terhadap virus. Omicron dianggap sebagai varian virus COVID-19 yang lebih ringan di antara semua varian lain yang telah terdeteksi sejauh ini. Selama gelombang ketiga yang terutama disebabkan oleh subvarian BA.1, ada lebih sedikit kasus rawat inap. Namun, varian ini memiliki tingkat penularan yang cepat.

Meskipun belum banyak yang dikatakan tentang tingkat keparahan yang disebabkan oleh tiga sub varian tersebut, kecuali bahwa mereka memiliki tingkat keparahan serupa yang jelas karena mereka berbagi varian induk yang sama. Gejala umum infeksi Omicron adalah sakit tenggorokan, pilek, bersin-bersin, sakit kepala, nyeri tubuh dan demam ringan.