Tren Leisure

K-Pop Sukses di Pasar Global, Tapi Lemah di Pasar Domestik

  • K-pop terus menarik banyak audiens global, tapi kehadirannya di pasar musik domestik tampaknya semakin melemah.
Konser grup K-pop, aespa di Bangkok.
Konser grup K-pop, aespa di Bangkok. (x.com/aespa_official)

JAKARTA, TRENASIA.ID – K-pop terus menarik banyak audiens global, tapi kehadirannya di pasar musik domestik tampaknya semakin melemah. Meski perusahaan hiburan besar mencatat pendapatan konser rekor dari tur dunia, para pelaku industri mengatakan pasar Korea sedang mengalami perubahan struktural pasca pandemi.

Beberapa pengamat tidak menyebutnya sebagai krisis, tetapi mereka sepakat lanskap domestik berubah, sementara proyek K-pop internasional seperti film animasi Netflix KPop Demon Hunters dan berbagai grup lokal menikmati popularitas luar biasa di luar negeri.

Penjualan album, salah satu indikator paling jelas dari kesehatan industri, menunjukkan kontrasnya. Penjualan album K-pop meningkat tajam setelah 2014 dan mencapai lebih dari 100 juta unit pada 2023, sebuah rekor tertinggi.

Dilansir dari The Korea Times, koreksi pasar yang terjadi setelah pandemi menurunkan penjualan untuk pertama kalinya dalam satu dekade, dan penurunan ini diperkirakan akan berlanjut tahun ini.

“Penjualan kumulatif berada di kisaran 80 juta pada bulan Oktober, sehingga total penjualan setahun penuh kemungkinan akan sama atau sedikit di bawah level tahun lalu,” kata jurnalis data musik Kim Jin-woo.

Ekspor album fisik juga melambat di pasar-pasar utama. Menurut data dari Korea Customs Service, nilai ekspor album dari Januari hingga Oktober mencapai US$243,8 juta, turun 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Angka tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi mengingat pesatnya perkembangan K-pop secara global. Ekspor ke Jepang, yang merupakan pasar luar negeri terbesar untuk album Korea, turun sebesar 10,8% menjadi US$70,7 juta selama periode tersebut. Sementara, ekspor ke Amerika Serikat juga mengalami penurunan sebesar 5,1%.

Pasar musik digital domestik juga mengalami penurunan. Dalam peringkat digital Circle Chart terbaru untuk periode 9-15 November 2025, hanya empat lagu K-pop yaitu Blue Valentine dari NMIXX, Spaghett dari LE SSERAFIM, Good Goodbye dari Hwasa, dan Run dari BLACKPINK yang berhasil masuk ke 10 besar.

Hal ini sangat kontras dengan puncak kejayaan girl group, ketika artis-artis seperti NewJeans, aespa, dan IVE mendominasi tangga lagu. Persentase lagu-lagu baru yang menempati posisi atas juga mengalami penurunan.

“Data streaming lagu baru, yang mencerminkan tren terbaru, menunjukkan momentum jangka pendek yang lebih lambat dan penurunan bertahap dalam porsi rilisan baru jangka panjang,” ujar Kim Jin-woo.

Sementara, pendapatan konser di luar negeri terus meningkat, namun kenaikan biaya produksi dan pengeluaran untuk grup pendatang baru justru menggerus keuntungan. Penjualan konser HYBE pada kuartal ketiga hampir tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya, tetapi perusahaan tersebut masih mencatat kerugian operasional sebesar 42,2 miliar won.

Kisah sukses agensi menengah yang dulu dianggap sebagai keajaiban di industri juga mulai memudar. Seiring bisnis K-pop beralih ke pemasaran berskala besar dan tur global, perusahaan-perusahaan kecil semakin kesulitan untuk bertahan.

Seorang pejabat dari agensi kelas menengah mengatakan biaya operasional secara keseluruhan terus meningkat, sementara penjualan album dan digital menurun drastis. Pendapatan dari konser luar negeri juga terbatas, sehingga perusahaan tanpa modal yang memadai akan menghadapi tantangan yang lebih berat.

Dalam kondisi seperti ini, beberapa grup seperti Purple Kiss, Weeekly, dan Everglow memutuskan bubar atau menghentikan aktivitas mereka tahun ini. Sementara, H1-KEY, yang dikenal lewat lagu hit Rose Blossom, pindah agensi.

Para ahli menilai ekspansi industri yang terlalu cepat membuatnya menjadi kurang fleksibel dan kurang dinamis.

Kritikus musik pop Lim Hee-yoon mengatakan lonjakan biaya produksi dan pemasaran telah mempersempit ruang gerak agensi kecil dan mengurangi daya hidup industri. Ia juga menambahkan para artis kini lebih memusatkan perhatian pada pasar luar negeri, sementara basis penggemar K-pop di dalam negeri terlihat mulai stagnan.

Sementara, kritikus pop Kim Do-heon menilai seiring kedewasaan industri ini, sistemnya menjadi semakin kaku. Ia menekankan bahwa perusahaan tidak bisa terus mengulang formula lama ketika hasilnya tidak sesuai harapan, melainkan harus mulai melakukan perubahan, meski hanya dalam skala kecil.

Adapun, menurut The Korea Herald, para pakar industri mengungkapkan kekhawatiran atas melemahnya pengaruh K-pop di pasar domestik. Meski sukses di tingkat global, K-pop kesulitan mempertahankan momentumnya di dalam negeri, terutama karena minimnya kehadiran girl group rookie yang berpengaruh pada awal 2025, yang sebelumnya menjadi motor utama pertumbuhan fandom.

Para ahli menyebutkan semakin kuatnya fokus industri pada pasar global, melalui lirik berbahasa Inggris dan konsep yang terdengar serupa, kemungkinan besar akan menjauhkan penggemar lokal.

Menurut Kim Jin-woo dari Circle Chart, dorongan global ini melelahkan penggemar lokal. “Dominasi girl group juga menurun. Jika pada 2024 ada lima girl group yang masuk 10 besar, tahun ini hanya NewJeans, aespa, dan IVE yang berhasil mencapai posisi tersebut,” ungkap Kim.

Sementara, artis solo justru semakin naik daun. Tujuh dari sepuluh lagu teratas pada 2025 berasal dari solois seperti Woodz dan Hwang Garam yang mungkin kurang dikenal secara global, tetapi sangat diterima oleh pendengar di Korea.

Para kritikus berpendapat meskipun musik idol tampil mencolok dan penuh energi, sering kali musik tersebut kurang memiliki kedalaman emosional yang kini lebih dicari oleh para pendengar.

“Lagu-lagu balada atau bernuansa rock dengan struktur melodi yang kuat dan ekspresi individual lebih cocok untuk didengarkan secara mendalam,” kata kritikus musik Lim Hee-yun.

Para pelaku industri memperingatkan bahwa jika pasar domestik tidak dilibatkan kembali, keberlanjutan jangka panjang K-pop bisa terancam, bahkan saat ia berkembang pesat di luar negeri.