HUT RI ke-80, Yuk Cari Tahu Sejarah dan Arti Formasi Paskibraka Indonesia
- Selain identik dengan kemeriahan lomba, 17 Agustus tentu saja identik dengan pengibaran bendera merah putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka. Gerakannya yang serasi dan formasi yang teratur semakin memperkuat suasana khidmat saat upacara.

Distika Safara Setianda
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2022 mengenai Program Paskibraka, pembentukan Paskibraka tidak hanya ditujukan untuk tugas menaikkan dan menurunkan bendera pusaka saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Paskibraka juga sebagai program pengkaderan calon pemimpin bangsa yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Selain identik dengan kemeriahan lomba, 17 Agustus tentu saja identik dengan pengibaran bendera merah putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka. Gerakannya yang serasi dan formasi yang teratur semakin memperkuat suasana khidmat saat upacara.
Pernahkah kalian bertanya-tanya, apa sih arti dari formasi Paskibra tersebut?
Sejarah dan Formasi Paskibraka Indonesia
Dilansir dari paskibraka.bpip.go.id, Husein Mutahar selaku pendiri Paskibraka, mencetuskan gagasan Paskibraka pada tahun 1946, saat ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yang pertama, Presiden Soekarno meminta Mayor (Laut) Husein Mutahar, salah satu ajudannya, untuk mengatur pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Pada waktu itu, Husein Mutahar terinspirasi untuk mengusulkan agar pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, karena merekalah generasi penerus yang bertanggung jawab melanjutkan perjuangan bangsa.
Namun, karena gagasan tersebut sulit untuk diwujudkan, Mutahar hanya mampu mengumpulkan lima pemuda (3 laki-laki dan 2 perempuan) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta, salah satunya adalah Siti Dewi Sutan Assin.
Kelima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak saat itu hingga tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta terus dilakukan dengan cara yang sama. Setelah ibu kota dipindahkan kembali ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi bertanggung jawab atas pengibaran bendera pusaka.
Pada setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka, tugas pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh Rumah Tangga Kepresidenan hingga tahun 1966. Selama periode tersebut, para pengibar bendera berasal dari pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Pada tahun 1967, Presiden Soeharto memanggil Husein Mutahar untuk kembali menangani urusan pengibaran bendera pusaka. Berdasarkan ide dasar pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, Mutahar mengembangkan formasi pengibaran menjadi tiga kelompok yang dinamai sesuai dengan jumlah anggotanya, yaitu:
Arti Formasi Paskibraka Indonesia
Formasi Pasukan 17
Pasukan 17 merupakan barisan terdepan dalam formasi Paskibraka. Nama ini diambil dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, yang melambangkan momen penting awal perjuangan bangsa.
Pasukan 17 bertugas sebagai pengiring atau pemandu bagi pasukan inti, yaitu Pasukan 8, sekaligus mengatur ritme gerakan seluruh anggota pasukan.
Formasi Pasukan 8
Pasukan 8 merupakan inti dari prosesi pengibaran bendera pada upacara Hari Kemerdekaan. Kelompok ini terdiri dari delapan anggota yang bertanggung jawab membawa, mengibarkan, dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih.
Di dalam Pasukan 8, terdapat tiga putra yang dikenal sebagai Tiga Pengibar dengan tugas masing-masing, yaitu sebagai pembentang bendera, penerima sekaligus komandan, dan pengerek bendera. Selain itu, terdapat dua putri yang membawa baki bendera utama dan cadangan, serta tiga putri lainnya yang mengisi posisi di barisan belakang.
Baki bendera dibawa oleh para putri sebagai simbol kelembutan dan keanggunan. Agar prosesi berjalan lancar, Pasukan 8 dijaga oleh anggota TNI atau Polri.
Formasi Pasukan 45
Pasukan 45 terdiri dari 45 anggota, jumlah yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu 1945. Tugas utama mereka adalah sebagai pengawal kehormatan sekaligus pengaman selama prosesi pengibaran dan penurunan bendera.
Biasanya, Pasukan 45 menempati posisi paling belakang untuk menjaga formasi dan memastikan kelancaran jalannya upacara.
Jumlah tersebut melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada saat itu, dengan kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra-putra daerah yang berada di Jakarta dan tergabung dalam anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
Awalnya, kelompok 45 (pengawal) terdiri dari mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI), namun rencana tersebut tidak dapat terlaksana.
Diketahui, isulan lain melibatkan anggota pasukan khusus ABRI seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob juga tidak mudah. Akhirnya, yang dipilih adalah Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) karena mereka lebih mudah dihubungi dan bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Mulai 17 Agustus 1968, para pengibar bendera pusaka berasal dari pemuda perwakilan provinsi. Namun, karena belum semua provinsi mengirimkan utusan, jumlah tersebut masih ditambah dengan mantan anggota pasukan tahun 1967.
Pada 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta diadakan upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih beserta reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Suharto kepada Gubernur atau Kepala Daerah Tingkat I dari seluruh Indonesia.
Bendera duplikat yang terdiri dari enam potong kain mulai dikibarkan sebagai pengganti Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta. Sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Sejak tahun 1969, para pengibar bendera pusaka terdiri dari siswa-siswi SLTA dari seluruh Indonesia yang mewakili masing-masing provinsi, dengan setiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri. Istilah yang dipakai untuk kelompok ini dari tahun 1967 hingga 1972 masih disebut Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.
Baru tahun 1973, Idik Sulaeman mengusulkan nama untuk pengibar bendera pusaka, yaitu Paskibraka. Nama ini merupakan singkatan dari PAS yang berarti PASukan, KIB dari KIBar yang berarti pengibar, RA dari bendeRA, dan KA dari PusaKA. Sejak saat itu, para anggota pengibar bendera pusaka dikenal dengan sebutan Paskibraka.

Distika Safara Setianda
Editor
