Tren Leisure

Google Berencana Bangun Pusat Data AI Sekitar 350 Km dari Indonesia

  • Banyak rincian termasuk ukuran yang diproyeksikan, biaya dan potensi penggunaannya, masih dirahasiakan.
mitchell-luo-jz4ca36oJ_M-unsplash.jpg
Google (unsplash)

JAKARTA, TRENASIA.ID- Google berencana membangun pusat data kecerdasan buatan yang besar di pos terpencil Samudra Hindia Australia di Pulau Christmas setelah menandatangani kesepakatan cloud dengan Departemen Pertahanan awal tahun ini.

Murut dokumen yang ditinjau oleh Reuters dan wawancara dengan para pejabat, rencana pembangunan pusat data di pulau kecil yang terletak 350 km di selatan Indonesia belum pernah dilaporkan sebelumnya. Banyak rincian termasuk ukuran yang diproyeksikan, biaya dan potensi penggunaannya, masih dirahasiakan.

Namun, para ahli militer mengatakan fasilitas semacam itu akan menjadi aset berharga di pulau itu. Daerah yang semakin dipandang oleh pejabat pertahanan sebagai garis depan penting dalam memantau kapal selam China dan aktivitas angkatan laut lainnya di Samudra Hindia.

“Google sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk menyewa tanah di dekat bandara pulau itu untuk membangun pusat data, termasuk kesepakatan dengan perusahaan pertambangan lokal untuk mengamankan kebutuhan energinya, “ kata pejabat Christmas Island Shire kepada Reuters dan catatan rapat dewan juga menunjukkan hal tersebut.

Permainan perang papan baru-baru ini yang melibatkan militer Australia, AS, dan Jepang menyoroti peran Pulau Christmas sebagai garis pertahanan terdepan bagi Australia dalam konflik regional apa pun. Khususnya keuntungannya dalam meluncurkan sistem persenjataan tak berawak.

Bryan Clark, mantan ahli strategi Angkatan Laut AS yang memimpin latihan perang tersebut mengatakan,  bahwa memiliki titik "komando dan kendali" terdepan di Pulau Christmas akan sangat penting dalam menghadapi krisis dengan China atau musuh lainnya.

"Pusat data ini sebagian dimaksudkan untuk memungkinkan Anda melakukan berbagai jenis komando dan kendali berbasis AI yang Anda perlukan di masa depan, terutama jika Anda mengandalkan sistem tanpa awak untuk misi pengawasan, misi penargetan, dan bahkan pertempuran," ujar Clark, yang kini menjadi anggota Hudson Institute, kepada Reuters.

Kabel bawah laut menyediakan bandwidth yang lebih besar untuk komunikasi daripada satelit, dan keandalan yang lebih besar. Menurut Clark China diperkirakan akan mengganggu komunikasi satelit atau Starlink dalam suatu krisis.

"Jika Anda memiliki pusat data di Christmas, Anda dapat melakukan banyak hal melalui infrastruktur cloud," tambahnya.

Departemen Pertahanan Australia menandatangani perjanjian cloud berdurasi tiga tahun dengan Google pada bulan Juli. Militer Inggris baru-baru ini mengumumkan kesepakatan serupa dengan Google, yang dikatakan akan meningkatkan pembagian intelijen dengan Amerika Serikat.

Bulan lalu, Google mengajukan permohonan persetujuan lingkungan Australia untuk membangun kabel bawah laut pertama yang menghubungkan Pulau Christmas dengan kota Darwin di Australia utara , tempat Korps Marinir AS bermarkas selama enam bulan dalam setahun.

Dokumen menunjukkan bahwa sambungan kabel ke Darwin untuk Google akan dipasang oleh perusahaan AS, SubCom. Reuters melaporkan bahwa SubCom, kontraktor kabel bawah laut eksklusif untuk militer AS, sebelumnya menghubungkan pangkalan militer AS/Inggris di Diego Garcia di Samudra Hindia dengan kabel yang membentang dari Australia hingga Oman.