Tren Leisure

Arcandra Tahar Bicara Tentang Kilang Minyak dan Restoran Padang

  • JAKARTA – Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 menyampaikan penjelasan menarik tentang pengelolaan sebuah kilang minyak. Seperti dikutip dari laman instagramnya @arcandra.tahar, kilang minyak akan memiliki peran yang semakin strategis ditengah tren pemulihan ekonomi dunia. Menurut Arcandra program vaksinasi yang berlangsung di banyak negara telah mendorong harga minyak diperkirakan akan terus naik sampai akhir […]

<p>Arcandra Tahar</p>

Arcandra Tahar

(Istimewa)

JAKARTA – Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 menyampaikan penjelasan menarik tentang pengelolaan sebuah kilang minyak. Seperti dikutip dari laman instagramnya @arcandra.tahar, kilang minyak akan memiliki peran yang semakin strategis ditengah tren pemulihan ekonomi dunia.

Menurut Arcandra program vaksinasi yang berlangsung di banyak negara telah mendorong harga minyak diperkirakan akan terus naik sampai akhir tahun. Ini sejalan dengan kebutuhan energi dunia yang juga kian membesar.

Pada bulan Juni 2021, rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) minyak mentah sebesar US$ 70,23 per barel, naik US$4,74 per barel daripada Mei 2021 sebesar US$65,49.

Arcandra, pemilik sejumlah hak paten di industri migas menjelaskan, kilang minyak merupakan sebuah plant yang memproses minyak mentah (crude) menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun produk lain, seperti Liquefied Petroleum Gas (LPG).

“Setiap kilang minyak dirancang untuk mengolah beberapa jenis minyak mentah saja. Semakin banyak jenis yang dapat diolah, maka semakin mahal biaya pembangunan kilang tersebut,” mengutip keterangan Arcandra dalam akun resmi Instagram @arcandra.tahar, Kamis, 8 Juli 2021.

Seperti Membangun Restoran

Untuk menekan biaya pembangunan sebuah kilang, lanjut Arcandra, perencanaan yang matang menjadi kunci. Menurutnya ini penting untuk menentukan fleksibilitas minyak mentah yang mampu diproses.

Apabila kilang tersebut dirancang untuk crude yang berasal dari lapangan di Arab Saudi, maka crude dari Iran kemungkinan besar tidak bisa diolah secara efisien. Meskipun demikian, ada pula kilang yang bisa dirancang untuk kedua jenis. Namun, biayanya tentu lebih tinggi.

“Membangun kilang itu seperti membangun dapur sebuah restoran modern. Kalau dapur dan tukang masaknya hanya didesain untuk mengolah jenis seafood, maka biaya peralatan dapur akan lebih murah,” kata Arcandra.

Sebaliknya, biaya tersebut akan menjadi mahal jika dapur dibuat untuk mengolah berbagai macam makanan, seperti seafood, ayam, sapi, hingga kerbau. Hal ini juga memperhitungkan pembangunan dapur apabila jenis makanan yang ditawarkan juga beragam yang mencakup masakan Jepang, India, Arab atau Padang.

Seafood, ayam, sapi dan kerbau adalah perumpamaan untuk jenis crude yang diolah. Sementara masakan Jepang, India, Arab dan Padang adalah jenis BBM dan produk yang dihasilkan. Bisa dibayangkan kalau kilang dirancang untuk bisa mengolah semua jenis crude dan menghasilkan berbagai jenis BBM? Tentu akan mahal sekali investasinya.

Investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang oleh perusahaan A belum tentu sama dengan perusahaan B kalau kebutuhan pasarnya berbeda. Karena itu kemampuan untuk merancang spesifikasi kilang dan produk yang dihasilkan yang sesuai kebutuhan pasar di sebuah negara mutlak diperlukan. Disinilah pentingnya perhitungan tekno-ekonomi yang mempertemukan aspek teknikal dan komersial dalam merancang sebuah kilang.

“Kembali ke cerita tentang restoran. Biasanya semakin baru sebuah restoran semakin modern dapurnya. Peralatannya semakin canggih dan tukang masaknya khusus tamatan sekolah culinary. Dengan cara ini diharapkan restoran tersebut bisa lebih efisien dalam mengelola pesanan dan menghasilkan makanan yang disukai pelanggannya. Tujuan akhirnya adalah profit yang lebih baik,’ tutur pria berdarah Minang ini.

Begitu pula dengan kilang minyak. Semakin baru sebuah kilang, tentunya harus semakin efisien dan mampu menghasilkan refinery margin yang lebih bagus.

Apakah cukup mengelola restoran dengan peralatan dapur yang mutakhir dan juru masak yang handal? Ternyata tidak. Diperlukan kejelian management restoran untuk melihat jenis masakan apa yang lagi popular pada masa tertentu. Kalau makanan Padang lagi viral, maka diharapkan restoran bisa mengubah fokus ke menu masakan Padang secara cepat. Harapannya, makanan yang terjual bisa lebih banyak dan margin keuntungan menjadi lebih baik.

Demikian juga dengan kilang. Kalau manajemennya tidak responsif terhadap kebutuhan produk kilang yang bisa memberikan margin yang bagus (refinery margin), maka kilang tersebut akan kalah bersaing dengan kilang yang lain.

“Disinilah diperlukan tim yang berpengalaman untuk memprediksi jenis crude dan jenis produk yang dihasilkan, sehingga sejalan dengan kebutuhan pasar,” tutup Arcandra yang akan menulis kisah tentang kilang minyak secara serial di akun media sosialnya.

(RCS)