5 Rekomendasi Destinasi Wisata Ramah Lingkungan di Indonesia
- Wisata ramah lingkungan mendorong kita untuk menjadi wisatawan yang lebih bertanggung jawab serta memiliki kepedulian lebih terhadap kelestarian lingkungan dan bumi.

Distika Safara Setianda
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia layak disebut sebagai surga ekowisata yang menarik minat para pelancong dari seluruh penjuru dunia. Karena banyak sekali keindahan alam Indonesia yang sayang sekali jika dilewatkan.
Dilansir dari kemenpar.go.id, wisata ramah lingkungan mendorong kita untuk menjadi wisatawan yang lebih bertanggung jawab serta memiliki kepedulian lebih terhadap kelestarian lingkungan dan bumi.
Untuk kalian yang ingin merasakan wisata ramah lingkungan, berikut beberapa rekomendasi tempat yang bisa kalian kunjungi. Penasaran di mana saja? Yuk, simak artikel berikut!
- Baca Juga: 7 Tips Praktis Berwisata Tanpa Limbah
Rekomendasi Destinasi Wisata Ramah Lingkungan di Indonesia
Berikut beberapa rekomendasi wisata ramah lingkungan di Indonesia:
1. Desa Wisata Les, Buleleng, Bali
Desa Wisata Les menghadirkan pengalaman liburan yang berbeda dibandingkan dengan destinasi Bali lainnya. Lingkungannya yang asri dan suasana yang tenang menyuguhkan pengalaman khas Bali yang autentik bagi setiap pengunjung.
Dilansir dari kemenpar.go.id, di desa ini, wisatawan dapat menikmati keindahan Air Terjun Yeh Mampeh, salah satu yang tertinggi di Bali. Di desa ini juga terdapat jalur trekking menuju Bukit Yangudi bagi para pencinta alam.
Bagi yang menyukai kegiatan bahari, ada kesempatan untuk snorkeling bersama komunitas pelestari terumbu karang yang aktif menjaga kelestarian ekosistem laut di wilayah ini.
Desa Wisata Les dikenal sebagai penghasil garam palungan yang diproses secara tradisional tanpa menggunakan bahan kimia. Inovasi pun turut dikembangkan, seperti varian garam beraroma rosemary dan rasa pedas.
Produk-produk ini didukung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan telah berhasil menembus pasar luar Bali, bahkan hingga mancanegara.
2. Desa Wisata Krebet, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Krebet merupakan pusat kerajinan batik kayu yang memiliki daya tarik wisata, baik dari aspek budaya maupun keindahan alamnya. Pemerintah Kabupaten Bantul, melalui Dinas Pariwisata, telah menetapkan Krebet sebagai salah satu Desa Wisata.
Selain itu, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia turut mendukung pengembangan Klaster Batik Kayu Krebet melalui berbagai fasilitas.
Dilansir dari krebet.com, masyarakat Dusun Krebet yang tinggal di wilayah perbukitan kapur umumnya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Namun, pada sekitar tahun 1970-an, sebagian kecil warga mulai mencari alternatif pekerjaan selain bertani.
Salah satu upaya tersebut adalah membuat kerajinan dari bahan kayu seperti irus, siwur, beruk, dan pisau, yang awalnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga setempat.
Seiring waktu, kerajinan kayu tersebut mulai dijual ke desa-desa sekitar sebagai tambahan penghasilan di luar musim tanam.
Namun karena bentuk dan proses pembuatannya masih sederhana, produk-produk tersebut belum memiliki nilai jual tinggi dan pemasaran pun masih terbatas. Meski demikian, kerajinan ini menjadi cikal bakal industri kerajinan pertama di Dusun Krebet.
Salah satu kegiatan yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Desa Wisata Krebet adalah membatik di atas media kayu, yang menjadi daya tarik utama kawasan ini. Pengunjung juga bisa membeli berbagai kerajinan batik kayu hasil karya para perajin lokal sebagai buah tangan.
Tak hanya itu, Desa Wisata Krebet juga menawarkan pesona alam berupa air terjun, seperti Air Terjun Pulosari, Banyunibo, dan Kedung Pengilon, yang siap memanjakan wisatawan pencinta alam.
3. Ekowisata Tangkahan, Langkat, Sumatra Utara
Destinasi ekowisata di Batang Serangan, Kabupaten Langkat, terletak di persimpangan dua sungai megah, yaitu Sungai Buluh dan Sungai Batang, serta dikelilingi oleh kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Meski Tangkahan dikenal luas sebagai habitat gajah Sumatera, pesonanya tak berhenti di situ.
Dilansir dari tangkahan.id, wilayah ini mencakup sekitar 17.000 hektare hutan hujan tropis yang masih alami, dihuni oleh berbagai satwa liar seperti orangutan, serta dihiasi pohon-pohon raksasa, air terjun, gua-gua, dan sumber air panas.
Kekayaan hutan hujan tropis Sumatra yang telah dinobatkan sebagai situs warisan dunia UNESCO, membuat siapapun yang mengunjunginya akan terpan
Kawanan Tangkahan menghitung 9 ekor gajah Sumatera yang terancam punah dalam keadaan sehat. Kesembilannya diselamatkan dari konflik manusia-gajah di Sumatera Utara. Gajah-gajah ini kemudian dilatih untuk membantu dalam kegiatan patroli hutan dan upaya konservasi spesies.
Terletak hanya sekitar tiga jam perjalanan dari Medan, Tangkahan merupakan destinasi yang tepat untuk berlibur, tempat yang sempurna untuk menikmati ketenangan, mengagumi keindahan alam, dan merasakan petualangan yang tak terlupakan.
Desa kecil Tangkahan dibangun ketika masyarakat memutuskan untuk menghentikan aktivitas penebangan liar di kawasan Leuser pada era 1980 hingga 1990-an. Sejak saat itu, wilayah ini mulai dikembangkan menjadi destinasi ekowisata yang berkelanjutan.
Pada tahun 2001, masyarakat mendirikan Tangkahan Tourist Institute dan membentuk Conservation Response Unit, sebuah tim yang menerima gajah-gajah Sumatera hasil penyelamatan. Gajah-gajah tersebut kemudian dilatih bersama para pawang untuk menjalankan patroli dan menjaga kelestarian hutan.
4. Tambling Wildlife Nature Conservation, Lampung Barat, Lampung
Tambling Wildlife Nature Conservation merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan dikenal sebagai habitat konservasi bagi harimau Sumatra. Mengingat populasi harimau Sumatra yang kini diperkirakan tinggal sekitar 400 ekor di seluruh dunia, upaya pelestarian sangat penting dilakukan untuk mencegah kepunahan spesies langka ini.
Dilansir dari inilahallam.com, dulu, kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) mengalami berbagai aktivitas ilegal, seperti perburuan liar, penebangan hutan, penangkapan ikan ilegal, serta penyalahgunaan lahan.
Akibatnya, bagian selatan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengalami deforestasi hingga 20%. Selain itu, praktik penangkapan ikan dengan bahan peledak menyebabkan kerusakan parah pada terumbu karang di kawasan konservasi laut.
AGP pertama kali datang ke TWNC sebagai relawan pada tahun 1996, dan pada 2007 memperoleh izin pengelolaan kawasan konservasi melalui pendirian PT Adhiniaga Kreasinusa, yang secara resmi dikenal sebagai Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).
Bersama pemerintah, TWNC mengelola 48.153 hektare kawasan hutan dan 14.089 hektare laut. Selain itu, TWNC bekerja sama dengan Panthera USA dalam program pemantauan harimau di Tambling, serta berpartisipasi aktif dalam konferensi UNFCCC di berbagai negara untuk membagikan upaya pelestarian satwa liar dan penanggulangan perubahan iklim.
5. Taman Nasional Tanjung Puting, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
Taman Nasional Tanjung Puting telah lama dikenal sebagai destinasi ekowisata, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Daya tarik utamanya adalah keberadaan orang utan, satwa endemik khas Kalimantan. Dengan luas mencapai 415.040 hektare, kawasan ini menjadi salah satu pusat konservasi orang utan Kalimantan terbesar di Indonesia.
Tanjung Puting awalnya berstatus sebagai cagar alam dan suaka margasatwa sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, sebelum resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 25 Oktober 1996. Hingga kini, Taman Nasional Tanjung Puting tetap menjadi salah satu kawasan konservasi paling penting di Indonesia.
- Baca Juga: Mengeksplorasi Desa Ekowisata: Inspirasi Anak Muda untuk Mengaktualisasikan Kampung Halaman
Daya tarik utama taman nasional ini adalah kesempatan untuk menyaksikan orang utan Kalimantan secara langsung di Camp Leakey. Di lokasi ini, pengunjung dapat melihat dari dekat interaksi orang utan di habitat aslinya. Selain orang utan, kawasan ini juga menjadi rumah bagi berbagai satwa lain seperti owa Kalimantan, bekantan, rusa, beruang madu, serta beragam jenis burung.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati pengalaman lebih autentik dan menyatu dengan alam, tersedia paket wisata menginap di atas kapal sambil menyusuri Sungai Sekonyer, yang ditawarkan oleh berbagai agen perjalanan. Nikmati keheningan dan keindahan hutan hujan tropis Kalimantan yang masih alami dalam suasana yang menenangkan.

Distika Safara Setianda
Editor
