Profil Martha Tilaar : Membangun Bisnis Dengan Kearifan Lokal
- Martha Tilaar membangun bisnis kosmetik dari garasi hingga jadi empire global. Pendiri Sariayu ini mengusung kearifan lokal, teknologi, dan pemberdayaan perempuan.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Nama Martha Tilaar sudah identik dengan dunia kecantikan Indonesia. Perempuan kelahiran Gombong, Kebumen, 4 September 1937 ini berhasil membuktikan bahwa bisnis besar bisa lahir dari ruang sempit sebuah garasi.
Dari salon kecil di Menteng, ia kemudian membangun Martha Tilaar Group, perusahaan kosmetik dan jamu dengan omset lebih dari Rp2 triliun dan 5.000 karyawan.
Berbekal pendidikan di IKIP Jakarta dan pengalaman belajar kecantikan di Amerika Serikat, Martha membuka usaha perawatan wajah sederhana pada 1970 dengan modal Rp1 juta.
Keuletannya membawa Martha menjelajahi ramuan tradisional, belajar dari nenek dan dukun beranak, sekaligus menggali pengetahuan dari Eropa. Tahun 1977, ia mendirikan PT Martina Berto dan meluncurkan merek Sariayu Martha Tilaar yang hingga kini menjadi salah satu brand kosmetik lokal terkuat.
Baca juga : Fundamental Meledak, Hilirisasi Jalan! Analis Kompak: ANTM Masih Bisa Naik Lagi
Bisnis Kecantikan Dengan Kearifan Lokal
Filosofi bisnis Martha selalu menekankan kearifan lokal, teknologi modern, dan pemberdayaan perempuan. Produk-produknya terinspirasi budaya Nusantara, seperti tren warna tahunan Sariayu yang mengambil tema daerah Indonesia.
Ia juga mendirikan Martha Tilaar Innovation Center (MTIC) dengan puluhan peneliti untuk mengembangkan bahan alam Indonesia. Selain itu, melalui program sosial, Martha memberi pelatihan gratis bagi perempuan, dari terapis spa hingga penjual jamu gendong.
Perjalanan bisnisnya tidak lepas dari tantangan. Saat krisis 1998, Martha merespons dengan meluncurkan lipstik dwiwarna yang justru meningkatkan penjualan hingga 400% tanpa melakukan PHK.
Di tengah kompetisi global, ia tetap menegaskan identitas produk halal berbasis budaya lokal, sambil beradaptasi dengan strategi digital marketing dan e-commerce.
Baca juga : Harga Emas Antam Naik Rp21.000, Tembus Rp2 Jutaan per Gram
Kini, Martha Tilaar Group menaungi merek besar seperti Sariayu, Biokos, PAC, Belia, hingga Dewi Sri Spa dan merambah pasar ASEAN, Timur Tengah, hingga Eropa.
Tak hanya itu, penghargaan internasional, dari PBB hingga sertifikasi ISO, mengukuhkan reputasinya sebagai pengusaha etis sekaligus pelopor kosmetik berbasis budaya lokal.
Warisan Martha bukan sekadar bisnis, melainkan juga inspirasi. Melalui Roemah Martha Tilaar di Gombong dan buku otobiografinya Passion for the Nation, ia meninggalkan pesan penting, keberanian memulai dari nol, menjadikan budaya lokal sebagai kekuatan, serta menjadikan pemberdayaan masyarakat sebagai inti bisnis.

Muhammad Imam Hatami
Editor
