Tren Inspirasi

Koperasi Flat, Alternatif Hunian Terjangkau di Tengah Lonjakan Harga Rumah

  • Harga rumah di perkotaan yang terus melambung membuat banyak generasi muda kesulitan memiliki hunian. Di tengah kondisi ini, koperasi flat atau housing cooperative mulai dipandang sebagai solusi alternatif.
vurdering-andelsbolig.jpg
Ilustrasi koperasi perumahan (Andelsbolig) di Denmark. (oadv.dk)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Harga rumah di perkotaan yang terus melambung membuat banyak generasi muda kesulitan memiliki hunian. Di tengah kondisi ini, koperasi flat atau housing cooperative mulai dipandang sebagai solusi alternatif.

Apa Itu Koperasi Flat?

Koperasi flat (housing co-op) adalah bentuk kepemilikan hunian kolektif, di mana sekelompok orang membentuk koperasi untuk membeli atau membangun rumah susun. Alih-alih kepemilikan individu atas unit, penghuni memiliki saham koperasi yang memberi hak tinggal di unit tertentu. 

Setiap anggota juga ikut menentukan aturan, biaya, hingga pengelolaan lingkungan secara demokratis. Di mana saja sih koperasi flat atau housing cooperative yang sudah ada di dunia?

Fenomena koperasi flat sejatinya bukan hal baru di dunia. Dari Amerika Serikat, Kanada, hingga Swedia, housing co-op berkembang sebagai jawaban atas keterbatasan akses rumah layak dan terjangkau.

Di Swedia, misalnya, hampir 20% hunian adalah koperasi flat yang dikelola warga. Di Amerika Serikat dan Kanada, housing co-op berkembang sebagai solusi rumah terjangkau bagi kelas pekerja dan mahasiswa.

Menurut sebuah laporan di Shelterforce, hampir sepertiga atau 25% dari semua perumahan di Swedia adalah milik koperasi (housing co-ops). Sekitar 16 % penduduk Swedia tinggal di apartemen koperasi (tenant-ownership).

Keduan ada di Kanada Menurut laman resmi CHF Canada menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 2.200 koperasi perumahan non-profit di seluruh Kanada yang mencakup sekitar 90.000 unit hunian dengan sekitar satu perempat juta penduduk sebagai anggota.

Dokumen dari Miller Thomson menjelaskan bahwa di Kanada, koperasi perumahan diatur sebagai entitas hukum independen. Anggota membayar saham sebagai syarat tinggal, bukan menyewa dalam arti tradisional, dan memiliki hak untuk menempati unit sesuai ketentuan koperasi.

Manfaat Koperasi Flat

Kelebihan utama koperasi flat adalah biaya hunian yang lebih murah dibanding membeli apartemen komersial. Karena berbasis nirlaba, tujuan utamanya adalah kesejahteraan anggota, bukan keuntungan pengembang.

Selain itu, sistem koperasi mendorong rasa kebersamaan dan solidaritas sosial. Warga bersama-sama mengelola kebersihan, keamanan, hingga kegiatan sosial. Model ini juga dapat menjaga stabilitas biaya hunian, karena tidak terjebak spekulasi harga properti yang melonjak tajam.

Tak kalah penting, koperasi flat bisa menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat. Dengan kepemilikan kolektif, kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah tetap bisa mengakses rumah layak tanpa harus terjebak kredit pemilikan rumah (KPR) jangka panjang.

Kekurangan yang Perlu Diperhatikan

Meski menawarkan solusi, koperasi flat juga punya tantangan. Pertama adalah pendanaan awal. Membentuk koperasi butuh modal besar untuk membeli lahan atau bangunan, sehingga peran pemerintah dan lembaga keuangan sangat penting.

Kedua, ada potensi konflik antar anggota dalam pengelolaan, misalnya perbedaan pendapat soal biaya iuran atau peraturan tinggal. Tanpa tata kelola yang transparan dan disiplin, koperasi bisa berujung gagal.

Ketiga, dari sisi hukum di Indonesia, regulasi koperasi perumahan belum sekuat di negara-negara lain. Perlindungan hukum, akses pembiayaan, hingga insentif fiskal masih minim, sehingga membuat model ini belum berkembang luas.