Tren Global

Peringkat 4 Dunia, Laut Jadi Prioritas Pertahanan Prabowo

  • Dalam beberapa tahun terakhir, alokasi belanja militer tidak lagi semata-mata fokus pada pembelian alutsista, tetapi juga membangun fondasi pertahanan laut dari hulu ke hilir.
85df71830ec2cd970e8e2c3876a1cc34.jpg
TNI AL latihan bersama dengan Angkatan Laut Prancis beberapa waktu lalu. (Puspen TNI)

JAKARTA – Indonesia tengah membalik arah pandang strategi pertahanannya. Jika selama ini kekuatan militer kerap berpusat di darat, kini laut menjadi tulang punggung utama.

Perubahan itu bukan hanya terasa di tataran kebijakan, tapi sudah diakui global. Dalam laporan World Directory of Modern Military Warships (WDMMW) 2025, kekuatan laut Indonesia kini menempati posisi keempat terkuat di dunia.

Skor kekuatan maritim Indonesia berada di 137 poin, dengan jumlah kapal aktif sebanyak 245 unit. Indonesia bahkan mengungguli kekuatan lama seperti Inggris, Jepang, dan Prancis sesuatu yang jarang dibayangkan sebelumnya. Meski harus diingat, jumlah ini tidak memperhitungkan tonase kapal. Artinya kapal induk Inggris yang besar dihitung sama dengan kapal fregat Indonesia yang jauh lebih kecil.

Presiden Prabowo Subianto yang kini memimpin pemerintahan, sejak awal telah menegaskan bahwa laut tidak bisa lagi diposisikan sebagai halaman belakang.

Di mana dengan lebih dari 70% wilayah Indonesia adalah perairan, memperkuat pertahanan laut bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan strategis.

“Kita negara kepulauan terbesar di dunia. Tapi selama ini, kekuatan laut kita belum jadi yang utama. Sekarang waktunya berubah,” kata Presiden Prabowo dalam pernyataan resminya awal tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, alokasi belanja militer tidak lagi semata-mata fokus pada pembelian alutsista, tetapi juga membangun fondasi pertahanan laut dari hulu ke hilir. Pemerintah mempercepat penguatan galangan kapal nasional, modernisasi armada, digitalisasi navigasi tempur, serta pelatihan pasukan laut yang intensif.

Bagi banyak analis pertahanan, langkah ini adalah bentuk koreksi terhadap dekade ketertinggalan. Indonesia tak ingin hanya jadi penonton di tengah ketegangan geopolitik di Laut Cina Selatan, Indo-Pasifik, dan Selat Malaka.

Kekuatan armada Indonesia kini siap menghadapi tantangan maritim global, bukan hanya dalam jumlah kapal, tapi juga dari sisi kesiapan tempur, manuver, serta koordinasi komando. Perubahan doktrin ini juga menjadi sinyal bahwa Indonesia serius membangun status sebagai kekuatan maritim kawasan.

Sebelum menjadi Presiden, Prabowo kerap kali menyinggung komitmen untuk membangun Indonesia yang lebih tangguh dan mandiri di tengah dinamika global yang terus berubah, termasuk di kesiapan militer.

Sayangnya penguatan pertahanan dan keamanan Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan utama. Pertama, keterbatasan anggaran pertahanan sering kali menjadi batu sandungan, terutama karena kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur turut membutuhkan perhatian besar. Ini menuntut adanya efisiensi dan strategi penggunaan anggaran yang lebih baik serta tepat sasaran.

Namun, Prabowo-Gibran berkomitmen untuk menaikkan anggaran pertahanan secara bertahap sebagai bagian dari upaya modernisasi dan penguatan militer Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat program-program peningkatan kemampuan militer dan pengadaan alutsista yang lebih canggih.