Mikroplastik Cemari Air Hujan di Solo, TPST Bisa jadi Solusi
- Ecoton dorong Pemkot Solo bangun TPST desa/kelurahan dan terbitkan aturan pembatasan plastik sekali pakai sebagai langkah strategis kurangi pencemaran mikroplastik di Solo.

Chrisna Chanis Cara
Author

SOLO, TRENASIA.ID—Ecoton Foundation mendesak Pemkot Solo segera membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST/TPS3R) di tingkat desa dan kelurahan. Selain itu, Pemkot didorong menerbitkan peraturan yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini menyusul temuan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Kota Bengawan.
Koordinator Peneliti Mikroplastik Air Hujan Ecoton, Alaika Rahmatullah, menyatakan pembakaran sampah secara terbuka (open burning) yang masih sering dilakukan masyarakat merupakan salah satu penyebab munculnya mikroplastik dalam air hujan.
"Salah satu sumber mikroplastik dalam air hujan adalah aktivitas pembakaran sampah yang masih marak terjadi di masyarakat. Saatnya penegakan hukum bagi pelaku pembakaran sampah plastik yang jelas dilarang dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah," ujar Alaika dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 26 November 2025.
Menurut Alaika, krisis mikroplastik dalam air hujan di Kota Solo disebabkan oleh kontaminasi partikel mikroplastik di udara yang bersumber dari berbagai faktor. Hal itu antara lain tidak adanya aturan yang membatasi pemakaian plastik sekali pakai, sehingga penggunaan plastik terus bertambah.
Selain itu, cemaran mikroplastik dipicu praktik open burning yang menghasilkan mikroplastik dalam bentuk fiber, filamen, dan partikel berbahaya yang terlepas ke udara. Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik, berserakan di lingkungan, terkena paparan sinar matahari dan gesekan, juga bisa terpecah menjadi mikroplastik.
Pengurangan Plastik dari Hulu
Gesekan antara ban kendaraan dan aspal pun dapat berkontribusi terhadap polusi mikroplastik di udara. Alaika menegaskan pentingnya Pemkot Solo untuk segera menyusun regulasi pembatasan plastik sekali pakai guna mengurangi produksi sampah plastik sejak dari hulu.
"Kami mendorong Pemkot mulai menyusun regulasi pembatasan plastik sekali pakai agar produksi sampah plastik dapat ditekan sejak dari sumber. Plastik sekali pakai sangat mudah terpecah menjadi mikroplastik yang mencemari udara, tanah, sungai, dan air hujan," tegas Alex, panggilan akrabnya.

Alex menekankan pentingnya pemberian sanksi tegas terhadap masyarakat yang masih membuang atau membakar sampah plastik secara terbuka. Ecoton juga mengkritisi Kota Solo yang belum memiliki sistem pemilahan sampah yang memadai karena mayoritas sampah rumah tangga langsung diangkut ke PLTSA tanpa melalui tahap pemilahan dan pengurangan di tingkat sumber.
Hal ini menyebabkan volume sampah terus membengkak dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah tidak terbentuk. Alex menjelaskan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di setiap desa/kelurahan sangat penting sebagai pusat edukasi dan pengolahan sampah tahap awal.
"Solo perlu membangun TPS3R di setiap desa/kelurahan sebagai pusat edukasi dan pengolahan sampah tingkat awal. Dengan TPS3R, masyarakat dapat belajar memilah, mengurangi, dan mengolah sampah sebelum dikirim ke fasilitas akhir. Tanpa TPS3R, masyarakat tidak punya akses dan kebiasaan untuk memilah sampah," paparnya.
Baca Juga: Gawat! Mikroplastik Sudah Ditemukan di Awan
Sebagai informasi, Ecoton melakukan penelitian di lima titik sampel mulai dari Jalan Kemuning Solo, Jalan Hassanudin Solo, Jalan Tol Ngemplak Boyolali, hingga Jalan Slamet Riyadi Solo pada 23 November 2025.
Hasil awal menunjukkan titik tertinggi berada di Jl Slamet Riyadi Solo dengan konsentrasi mencapai 125 partikel per liter, disusul Tol Ngemplak Boyolali 78 partikel per liter, dan Jl Hassanudin Solo 75 partikel per liter.
Sampel hujan diambil memakai wadah stainless steel, aluminium, dan toples kaca yang diletakkan pada ketinggian lebih dari 1,5 meter. Temuan didominasi mikroplastik jenis fiber atau serat, dengan warna hitam sebagai warna paling dominan.
Pendiri Ecoton, Prigi Arisandi, mengatakan kandungan mikroplastik di Solo sudah pada level mengkhawatirkan. “Jangan kebiasaan minum air hujan, karena setiap tetes membawa risiko paparan plastik tambahan,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Respati Ardi, mengaku bakal mengecek ulang temuan mikroplastik dalam air hujan di wilayahnya. Respati mengatakan saat ini Solo tidak memiliki pembakaran sampah terbuka. Solo, imbuhnya, juga bukan daerah industri. “Kami akan cek, riset, apakah betul data itu. Nanti akan kami ajak UNS (Universitas Sebelas Maret) untuk mengukurnya,” ujarnya dikutip dari Antara.

Chrisna Chanis Cara
Editor