Tren Global

Menilik Gelontoran Dana Jumbo Bank Dunia dan ADB untuk Transisi Energi Indonesia

  • Bank Dunia turut menyalurkan tambahan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp40,6 triliun lewat program Accelerating Sustainable Energy Transition (ASET).
WhatsApp Image 2024-12-19 at 13.43.14_d6e00033.jpg
Ilustrasi pembangkit energi baru terbarukan (EBT). (Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Indonesia mendapat suntikan dana besar dari Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk mendorong transisi energi, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan integrasi jaringan listrik regional. Dukungan ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto mencapai swasembada energi dan kedaulatan energi nasional.

Bank Dunia menyetujui paket pembiayaan senilai US$ 2,128 miliar atau sekitar Rp34,8 triliun untuk Indonesia. Dari jumlah tersebut, US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp24,3 triliun dikucurkan dalam bentuk Development Policy Loan guna memperkuat sektor keuangan, digitalisasi layanan keuangan, memperluas pasar modal, sekaligus mendukung pengadaan teknologi energi terbarukan. 

"Program reformasi kebijakan senilai US$ 1,5 miliar, Indonesia Productive and Sustainable Investment Development Policy Loan,  akan mendukung penguatan sektor keuangan Indonesia," tulis World Bank dalam laporan resminya, dikutip Rabu, 20 Agustus 2025.

Sementara itu, US$ 628 juta atau sekitar Rp10,1 triliun dialokasikan melalui program Sustainable Least-Cost Electrification-2 (ISLE-2) yang menargetkan perluasan akses listrik bagi 3,5 juta orang di Sumatra dan Kalimantan, pembangunan PLTS dan PLTB berkapasitas 540 MW, serta pengurangan emisi karbon.

Baca Juga : Alarm Laba PGEO Berbunyi, akankah Kongsi Panas Bumi dengan PLN IP jadi Penyelamat?

ADB Dukung ASEAN Power Grid

Selain dari Bank Dunia, ADB juga mengalokasikan dana jumbo senilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp162,4 triliun untuk interkoneksi lintas batas melalui proyek ASEAN Power Grid (APG). 

Bank Dunia turut menyalurkan tambahan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp40,6 triliun lewat program Accelerating Sustainable Energy Transition (ASET). Salah satu proyek strategis yang akan digarap adalah interkoneksi Sumatra–Malaysia dengan kapasitas 0,6–2,1 GW yang ditargetkan beroperasi pada 2034.

Pendanaan dari Bank Dunia dan ADB diarahkan pada sejumlah program prioritas. Di antaranya adalah pengembangan 55 proyek EBT berkapasitas 379,7 MW yang telah diresmikan Presiden Prabowo, termasuk proyek PLTP dan peningkatan produksi minyak di Blok Cepu. 

Dana tersebut juga mendukung program elektrifikasi daerah terpencil melalui ISLE-2 dengan fokus pada pembangunan PLTS dan PLTB, serta interkoneksi listrik regional seperti proyek BIMP-PIP (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina) untuk memperkuat perdagangan listrik lintas batas.

“Dengan lebih dari 3,5 juta orang menjadi memiliki akses listrik, program ini diproyeksikan menjadi katalisator peningkatan kesejahteraan dan penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik," tambah keterangan pers tersebut.

Baca Juga : Alarm Laba PGEO Berbunyi, akankah Kongsi Panas Bumi dengan PLN IP jadi Penyelamat?

Berbagai program yang digulirkan lewat dana ini diproyeksikan membawa manfaat signifikan bagi Indonesia. Dari sisi ekonomi, pembiayaan tersebut akan membuka sekitar 9.500 lapangan kerja baru sekaligus menarik investasi swasta. 

Dari sisi energi, program ini akan meningkatkan akses listrik, memperkuat keandalan pasokan, serta menekan emisi karbon. Sementara itu di tingkat regional, dukungan pendanaan internasional ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai hub energi terbarukan di ASEAN.

Komitmen pada pengembangan EBT telah ditegaskan Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan. Prabowo  bahkan menyiapkan alokasi Rp37,5 triliun dalam RAPBN 2026 untuk mempercepat transisi energi. 

Menurut Prabowo, swasembada energi bukan sekadar target, melainkan fondasi kedaulatan bangsa. Dengan dukungan dari Bank Dunia dan ADB, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor listrik EBT ke negara tetangga sekaligus memperkuat posisinya sebagai pusat energi hijau di kawasan ASEAN.