Tren Global

Mengapa China Belum Mampu Tandingi Chip NVIDIA H200 AS?

  • Wacana ekspor chip AI NVIDIA H200 ke China mengungkap alasan utama mengapa industri semikonduktor China masih tertinggal dari Amerika Serikat, mulai dari manufaktur hingga ekosistem software.
2733a7fba7c2de6385e4131a7ff4003c.jfif
Jensen Huang CEO Nvidia (inggris.news.yahoo.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Wacana dibukanya kembali peluang ekspor chipset kecerdasan buatan (AI) NVIDIA H200 ke China kembali menyoroti satu pertanyaan besar dalam persaingan teknologi global, mengapa China hingga kini belum mampu menandingi chipset AI tercanggih milik Amerika Serikat tersebut?

NVIDIA H200 merupakan chip AI paling mutakhir dari keluarga Hopper, penerus H100, yang dirancang khusus untuk komputasi performa tinggi dan pengembangan AI generatif berskala raksasa. 

Chip ini menjadi tulang punggung pusat data AI dunia, termasuk pelatihan large language model (LLM) seperti ChatGPT, sistem pertahanan berbasis AI, hingga superkomputer generasi terbaru. Namun, hingga saat ini, China masih tertinggal cukup jauh dalam menciptakan chip sekelas H200.

China Terlambat

Keterlambatan China disebabkan oleh ketimpangan teknologi manufaktur semikonduktor. H200 diproduksi menggunakan proses fabrikasi kelas 4 nanometer yang hanya dikuasai segelintir perusahaan dunia, terutama TSMC di Taiwan dan Samsung di Korea Selatan. 

Sementara itu, produsen chip China seperti SMIC masih berkutat di teknologi 7 nanometer dengan tingkat efisiensi dan hasil produksi (yield) yang lebih rendah. 

Akses China terhadap mesin litografi EUV, teknologi kunci untuk memproduksi chip canggih juga diblokir akibat embargo Amerika Serikat dan sekutunya.

Selain manufaktur, memori berkecepatan tinggi (HBM) menjadi faktor krusial lain. Keunggulan utama H200 terletak pada penggunaan HBM3e, memori generasi terbaru dengan bandwidth sangat besar yang memungkinkan pemrosesan data AI dalam skala masif dan waktu singkat. 

Produksi HBM3e saat ini masih didominasi oleh perusahaan Korea Selatan seperti SK Hynix dan Samsung. China belum mampu memproduksi HBM dengan kualitas dan skala yang setara, sehingga chip AI buatan dalam negeri sulit menyaingi performa H200.

Kesenjangan juga terlihat pada teknologi advanced packaging, yakni teknik pengemasan chip tingkat lanjut yang memungkinkan integrasi prosesor dan memori secara bertumpuk. 

Pesatnya Inovasi Nvidia

Dikutip laman Reuters, Senin, 15 Desemebr 2025, NVIDIA memanfaatkan teknologi CoWoS untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan komunikasi data. China dinilai masih tertinggal beberapa tahun dalam teknologi ini, membuat chip AI mereka kurang efisien dan lebih boros energi.

Di luar hardware, ekosistem perangkat lunak menjadi keunggulan besar Amerika Serikat. NVIDIA memiliki CUDA, platform software yang telah menjadi standar global dalam pengembangan AI. 

Hampir seluruh framework AI modern bergantung pada ekosistem ini. Sebaliknya, chip AI buatan China seperti Huawei Ascend atau Biren masih kesulitan menarik adopsi luas karena keterbatasan kompatibilitas dan dukungan developer global.

Faktor geopolitik juga berperan besar. Amerika Serikat tidak hanya membatasi ekspor chip, tetapi juga perangkat lunak desain chip (EDA), akses talenta semikonduktor, hingga kolaborasi riset lintas negara. Embargo ini membuat pengembangan chip AI China menjadi lebih mahal, lambat, dan berisiko tinggi.

Akibat berbagai keterbatasan tersebut, chip AI China sering kali hanya unggul di benchmark tertentu, namun kesulitan bersaing dalam penggunaan nyata berskala besar seperti pusat data AI global. Efisiensi energi, stabilitas sistem, dan kemampuan diskalabilitas masih menjadi tantangan utama.

Para analis menilai ketertinggalan China bukan sekadar selisih satu generasi chip, melainkan kesenjangan satu ekosistem penuh, mulai dari manufaktur, memori, pengemasan, hingga software. 

Meski demikian, China terus menggelontorkan dana besar untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Namun, dengan laju inovasi NVIDIA yang sangat cepat, kesenjangan itu diperkirakan masih akan bertahan dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam konteks inilah, potensi masuknya NVIDIA H200 ke pasar China dinilai sangat sensitif. Bagi Washington, keputusan tersebut bukan sekadar soal perdagangan, melainkan menyangkut masa depan dominasi teknologi global dan keamanan nasional Amerika Serikat.