Tren Global

Jaringan di Balik Global Sumud Flotilla, Pelayaran yang Tembus Blokade Gaza

  • Lebih dari 50 kapal dari 44 negara berlayar menuju Gaza dalam misi Global Sumud Flotilla, membawa bantuan kemanusiaan dan pesan solidaritas global melawan blokade ilegal Israel.
sdfg-1.jpg
Kapal Global Sumud Flotilla. (Doctors with Afrika CUAMM)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Di tengah birunya Laut Mediterania, sebuah armada besar berlayar dengan membawa misi kemanusiaan, harapan, dan solidaritas. Misi tersebut bernama Global Sumud Flotilla, sebuah inisiatif maritim internasional yang digagas untuk mendobrak blokade ilegal Israel di Jalur Gaza. 

Lebih dari 50 kapal yang memuat ribuan peserta dari 44 negara bergerak serentak, membawa pesan perdamaian sekaligus penolakan terhadap blokade yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Selain menyuarakan solidaritas, flotilla ini juga membawa bantuan logistik vital: obat-obatan, susu bayi, bahan pangan, hingga kebutuhan pokok bagi masyarakat Gaza yang hidup dalam kondisi darurat.

“Kami adalah koalisi masyarakat biasa—organisator, pekerja kemanusiaan, dokter, seniman, pendeta, pengacara, dan pelaut—yang percaya pada martabat manusia dan kekuatan aksi tanpa kekerasan,” tulis laman resmi Global Sumud Flotilla, dikutip Senin, 29 September 2025.

Informasi mengenai posisi kapal, siaran langsung, hingga daftar armada dapat dipantau melalui situs resmi globalsumudflotilla.org.

Global Sumud Flotilla hadir sebagai simbol solidaritas dunia. Di baliknya berdiri jaringan masyarakat sipil internasional, mulai dari Freedom Flotilla Coalition, Global Movement to Gaza, Maghreb Sumud Flotilla, hingga Sumud Nusantara.

Bagi para relawan, perjalanan ini bukan sekadar misi logistik, melainkan juga perjuangan moral. Mereka ingin dunia melihat bahwa rakyat Gaza tidak sendirian. Perjalanan menuju Gaza jauh dari kata mudah. Sejak berangkat dari pelabuhan Barcelona, Genoa, Catania, hingga Tunis, armada telah menghadapi berbagai rintangan. 

Cuaca buruk dengan angin kencang sempat memaksa beberapa kapal kembali ke pelabuhan untuk perbaikan. Lebih serius lagi, armada dilaporkan dihujani 15 serangan drone Israel di perairan internasional. Serangan ini diduga dilakukan untuk mengintimidasi sekaligus mengumpulkan intelijen.

“Kami meyakini bahwa drone ini ditujukan untuk mengintimidasi serta kemungkinan dipakai untuk pengumpulan intelijen oleh Israel,” tulis pihak flotilla dalam pernyataan resmi.

Tekanan politik dari Israel pun semakin keras. Tel Aviv berulang kali menegaskan tekadnya untuk menghentikan pelayaran ini, menambah tantangan bagi misi kemanusiaan.

Italia dan Spanyol Kerahkan Kapal Perang

Di sisi lain, dukungan terus mengalir. Italia dan Spanyol bahkan mengambil langkah langka dengan mengerahkan kapal perang untuk mengawal perjalanan flotilla, sebuah sinyal diplomatik yang sarat makna politik.

Misi dijalankan secara bertahap dan terkoordinasi. Kapal-kapal dari berbagai rute berkumpul di titik konsolidasi, seperti perairan dekat Sisilia dan Tunisia, sebelum menyatu menjadi satu armada besar menuju pantai Gaza. 

Hingga Senin, 29 September 2025, flotilla masih berlayar. Publik internasional dapat mengikuti pergerakan mereka secara real-time melalui Flotilla Tracker di situs resmi penyelenggara.

Bagi sebagian pihak, Global Sumud Flotilla adalah wujud nyata “diplomasi rakyat”. Sebuah aksi kolektif yang menunjukkan bahwa solidaritas tidak selalu lahir dari ruang rapat PBB atau meja negosiasi politik, melainkan dari tekad ribuan orang yang rela menyeberangi lautan demi keadilan.

Apakah armada ini akan berhasil mencapai Gaza atau dihentikan blokade Israel, masih menjadi tanda tanya besar. Namun, satu hal sudah jelas: pesan mereka telah menggema ke seluruh dunia. 

Bahwa ada penderitaan yang tak lagi boleh diabaikan, dan ada keberanian kolektif yang terus berlayar, meski menghadapi badai—baik di laut maupun di panggung politik internasional.