Tren Global

Indonesia Targetkan Transaksi Karbon Rp16 T, Apa Itu COP30?

  • COP30 menjadi panggung bagi Indonesia untuk dorong diplomasi iklim, target pasar karbon Rp16 triliun, dan perjuangkan pendanaan iklim negara berkembang.
Perubahan Iklim.jpg

JAKARTA, TRENASIA.ID -  Conference of the Parties ke-30 atau COP30 akan digelar di Belém, Brasil , kota di tepi Sungai Amazon. COP30, konferensi perubahan iklim tahunan di bawah UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), yang berlangsung pada November 2025. Ribuan delegasi, ilmuwan, hingga kepala negara dipastikan hadir membawa satu misi besar: menyelamatkan bumi dari krisis iklim yang kian parah.

Pemerintah menargetkan nilai transaksi perdagangan karbon Indonesia bisa mencapai Rp16 triliun pada ajang COP30. Target tersebut menjadi sinyal bahwa Indonesia tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi ingin tampil sebagai pemain kunci dalam ekonomi hijau global.

COP30 menjadi sorotan internasional karena momentum pentingnya, evaluasi komitmen Perjanjian Paris serta arah pendanaan iklim dan transisi energi dunia untuk dekade berikutnya. 

Bagi Indonesia, konferensi ini bukan sekadar forum negosiasi, melainkan panggung untuk memperkuat posisi sebagai negara pemilik hutan tropis terbesar di Asia dan salah satu pilar penyeimbang iklim dunia.

COP30 akan menandai tahap penting perjalanan dunia menuju target suhu global 1,5°C sebagaimana diatur dalam Paris Agreement 2015

Baca juga : Merger Gojek-Grab Dikonfirmasi Mensesneg, Saham GOTO Langsung Naik

Beberapa isu utama yang akan dibahas antara lain Global Stocktake II, yakni evaluasi capaian negara-negara terhadap komitmen emisi, peningkatan pendanaan iklim lebih dari US$100 miliar per tahun untuk negara berkembang, serta pembentukan dan operasionalisasi Loss and Damage Fund sebagai dana kompensasi bagi negara yang terdampak parah oleh bencana iklim. 

Selain itu, agenda lain yang tak kalah penting meliputi transisi menuju energi bersih dan perlindungan hutan tropis di kawasan Amazon, Kongo, dan Asia Tenggara. COP30 bukan sekadar forum diplomasi, melainkan ujian nyata sejauh mana komitmen global terhadap masa depan hijau bisa diwujudkan.

Hutan Tropis Diplomasi Global

Bagi Indonesia, COP30 bukanlah panggung baru, melainkan kelanjutan dari peran strategis di arena iklim internasional. Sebagai negara hutan tropis terbesar di Asia, Indonesia kini dipandang sebagai salah satu “penjaga paru-paru dunia” bersama Brasil dan Kongo, yang dikenal sebagai G3 Forest Power. 

Isu kehutanan, karbon, dan restorasi gambut akan menjadi kunci pembahasan delegasi Indonesia di Belém. Indonesia juga telah menegaskan komitmen iklim nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) untuk menurunkan emisi hingga 31,89% secara mandiri dan 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. 

Selain itu, target Net-Zero Emission 2060 menjadi pilar utama kebijakan iklim jangka panjang Indonesia, yang akan dievaluasi pada forum global ini.

COP30 juga menjadi kesempatan strategis bagi Indonesia untuk memperluas akses pendanaan global. Melalui skema seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Loss and Damage Fund, Indonesia berpotensi memperoleh miliaran dolar untuk mendukung proyek energi bersih, konservasi hutan, serta pembangunan wilayah pesisir yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. 

Pendanaan tersebut diharapkan mempercepat proses transisi dari batu bara ke energi terbarukan, termasuk mendorong program pensiun dini PLTU (early retirement) serta pengembangan kendaraan listrik dan biofuel.

Baca juga : Kritik Kehadiran Indonesia dalam KTT COP30

 Langkah-langkah ini menjadi bagian penting dari transformasi ekonomi hijau Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Sebagai pemimpin G20 pada tahun 2022 dan anggota aktif ASEAN, Indonesia kini memegang peran penting dalam memperkuat suara negara-negara berkembang di forum global. 

Melalui pendekatan diplomasi iklim Selatan (Global South Diplomacy), Indonesia diharapkan mampu menjadi jembatan antara negara maju dan berkembang dalam memperjuangkan keadilan iklim. 

Dalam konteks ini, Indonesia tidak hanya berbicara tentang adaptasi dan mitigasi, tetapi juga menuntut komitmen nyata dari negara maju dalam hal pendanaan, transfer teknologi, dan pembangunan kapasitas. 

COP30 di Belém, Brasil, akan menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menegaskan posisinya di panggung global, bukan sekadar negara terdampak, tetapi juga negara penentu arah masa depan iklim dunia. 

Dengan kekayaan hutan tropis, komitmen terhadap pengurangan emisi, serta semangat diplomasi Selatan, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam negosiasi iklim internasional.