Harga Minyak Meledak 7 Persen Sepekan, Kenali Sederet Sebabnya
- Harga minyak dunia melonjak sekitar 7% pada pekan terakhir Oktober 2025 setelah Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil. Ketegangan geopolitik, penurunan impor China dan India, serta langkah OPEC membuat pasar energi global bergejolak.

Muhammad Imam Hatami
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID - Pasar energi global kembali dilanda gejolak. Pada pekan terakhir Oktober 2025, harga minyak dunia mencatat lonjakan sekitar tujuh persen, kenaikan ini menjadi yang tertinggi sejak pertengahan tahun dan memicu kekhawatiran baru mengenai stabilitas ketersediaan energi.
Di balik penguatan harga yang agresif tersebut terdapat faktor pemicu yang sangat politis. Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil.
Aksi itu diarahkan untuk menekan Presiden Vladimir Putin menghentikan perang di Ukraina. Langkah Washington membuat pasar komoditas langsung bereaksi.
Ekspektasi terhadap terganggunya pasokan global menjadi sentimen dominan. China disebut menunda pembelian minyak Rusia, sementara India berencana mengurangi impor dalam jumlah signifikan. Kombinasi dua negara konsumen energi terbesar Asia ini memperketat pasar dan memicu reli harga.
Dilansir laman oilprice.com, pantauan perdagangan terbaru menunjukkan harga Brent berada pada kisaran US$65,94 per barel, sedangkan WTI ditutup US$61,50 per barel. Keduanya sempat terkoreksi tipis menjelang akhir pekan karena munculnya keraguan terhadap ketegasan AS dalam menerapkan sanksi, meski catatan pekanan masih terbilang impresif.
Ketegangan politik tidak berhenti di sana, Uni Eropa memperluas tekanan dengan melarang impor LNG Rusia dan menambahkan dua kilang China ke dalam daftar hitam sanksi.
Putin merespons dengan retorika keras bahwa ekonomi Rusia mampu bertahan dan tidak akan goyah hanya karena langkah negara Barat.
Situasi yang semakin rumit membuat OPEC harus turun tangan. Kartel produsen minyak tersebut menyatakan siap menambah produksi jika pasokan terganggu hingga mengancam kestabilan pasar. Kendati begitu, pelaku pasar belum melihat langkah konkret dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, para investor terus menatap pertemuan penting antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping. Harapan tertuju pada upaya meredakan ketegangan perdagangan yang selama ini menambah ketidakpastian di pasar energi.
Menurut laman Oil Price menilai skenario harga ke depan masih sarat risiko. Jika hambatan pasokan berlanjut dan OPEC belum mengambil respon nyata, harga Brent berpotensi menembus US$69,70 per barel. Namun sebaliknya, jika produsen alternatif seperti Amerika Serikat mampu meningkatkan produksi lebih cepat, reli harga bisa terhenti sewaktu-waktu.
Gambaran besar dari perkembangan ini mencerminkan betapa rapuhnya keseimbangan energi global. Dinamika geopolitik, kebijakan sanksi, serta perebutan pengaruh ekonomi internasional terbukti mampu menggerakkan harga minyak hanya dalam hitungan hari.

Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak
1. Faktor Pasokan (Supply)
- Kebijakan produksi OPEC dan OPEC, Produksi minyak negara non-OPEC+ (misalnya shale oil Amerika Serikat)
- Gangguan operasi produksi, seperti: Kebakaran kilang, Kerusakan infrastruktur, Pemogokan pekerja
- Stok minyak global dalam laporan resmi (misalnya EIA AS)
- Sanksi ekonomi terhadap negara produsen minyak
- Investasi dan eksplorasi di sektor hulu migas
2. Faktor Permintaan (Demand)
- Pertumbuhan ekonomi global
- Konsumsi energi di negara besar seperti Amerika Serikat dan China
- Perkembangan teknologi dan efisiensi energi
- Pola musiman (misalnya musim dingin meningkat permintaan heating oil)
- Perpindahan ke energi bersih dan adopsi kendaraan listrik
3. Faktor Geopolitik
- Konflik di daerah produsen minyak, khususnya Timur Tengah
- Ketegangan diplomatik antarnegara produsen dan konsumen
- Perang ekonomi dan embargo energi
- Stabilitas jalur distribusi seperti Selat Hormuz
Baca juga : Wacana Baru MSCI Picu Aksi Jual, IHSG Sesi I Anjlok 2,94 Persen
4. Faktor Keuangan dan Pasar
- Nilai tukar Dolar AS, Minyak dihargai dalam USD, sehingga dolar melemah biasanya harga minyak naik
- Aktivitas spekulatif di pasar berjangka
- Kebijakan moneter (misalnya perubahan suku bunga The Fed)
- Sentimen pasar dan ekspektasi pelaku industri terhadap risiko
5. Faktor Bencana dan Iklim
- Badai di kawasan produksi minyak lepas pantai AS (misalnya Louisiana, Texas)
- Bencana alam yang menghambat produksi atau transportasi
- Perubahan iklim yang mempengaruhi konsumsi energi
6. Regulasi dan Kebijakan Energi Global
- Kebijakan subsidi dan pajak bahan bakar
- Target energi baru terbarukan
- Aturan lingkungan yang membatasi produksi minyak atau ekspor

Muhammad Imam Hatami
Editor