Tren Ekbis

Stimulus Rp200 T ke BBRI Cs Mulai Bekerja, IHSG dan SBN Kompak Menguat

  • Stimulus Rp200 T Kemenkeu mulai bekerja. Kredit Rp112 T tersalurkan, IHSG menguat 16,6%, dan yield SBN turun.
IMG_8270.jpeg
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan perkembangan penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun di bank-bank Himbara dalam acara APBN Kita di Jakarta, pada 14 Oktober 2025. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi cash management untuk menjaga likuiditas, menekan cost of fund, serta mendorong pertumbuhan kredit, konsumsi, dan investasi di tengah perlambatan ekonomi global. (Dok/TrenAsia:Alvin)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Kebijakan stimulus jumbo yang digelontorkan pemerintah tampaknya mulai menunjukkan hasil. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru saja merilis laporan realisasi pertama dari kebijakan penempatan dana Rp200 triliun di bank-bank BUMN (Himbara), dan hasilnya menunjukkan sinyal-sinyal pemulihan yang kuat di berbagai lini.

Dari kredit produktif yang mulai mengalir deras, konsumsi masyarakat yang bangkit, hingga pasar saham dan obligasi yang kompak menguat, semua indikator seolah memberikan respons positif terhadap langkah berani Menteri Keuangan yang baru ini.

Fenomena ini sontak menjadi sentimen positif, menepis keraguan yang sempat muncul di awal. Lantas, seberapa efektif kebijakan ini dan bagaimana laporan lengkapnya? Mari kita bedah tuntas.

1. Realisasi Penyaluran Kredit: Siapa Paling Cepat?

Laporan pertama datang dari sisi penyaluran kredit. Dari total dana Rp200 triliun yang ditempatkan, sebanyak Rp112,4 triliun atau sekitar 56% telah berhasil disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit produktif hingga akhir September 2025.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang tercepat dalam realisasi penyaluran, mencapai Rp40,6 triliunatau 74% dari alokasinya. Diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp33,9 triliun (62%) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar Rp27,6 triliun (50%).

“Ini berarti lebih dari separuh dana yang ditempatkan pemerintah sudah bekerja menopang konsumsi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTa pada Selasa, 14 Oktober 2025.

2. Efek Domino ke Sektor Riil

Kebijakan ini tidak hanya berhenti di angka-angka perbankan. Efek dominonya ternyata sudah terasa hingga ke sektor riil. Purbaya menyoroti pertumbuhan uang beredar (M0) yang mencapai 13,2%, menunjukkan likuiditas di sistem ekonomi benar-benar meningkat.

Hal ini secara langsung berdampak pada konsumsi rumah tangga. Data menunjukkan penjualan ritel berhasil tumbuh solid 5,8%. Selain itu, konsumsi listrik di sektor bisnis dan industri juga ikut naik lebih dari 4%, sebuah sinyal bahwa sektor produksi nasional mulai kembali bergerak.

“Trennya bukan hanya aktif, tapi juga meningkat. Kami harapkan pada November–Desember pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih pesat lagi,” ujar Purbaya optimistis.

3. Respons Positif Pasar Keuangan: IHSG dan SBN Menguat

Pasar keuangan pun memberikan respons yang sangat positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah menguat 16,6% sejak awal tahun, mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi domestik.

Sentimen serupa juga terlihat di pasar obligasi. Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahunberhasil ditekan turun dari 6,97% di awal tahun menjadi hanya 6,09%. Penurunan ini menandakan persepsi risiko terhadap Indonesia yang semakin membaik.

“Ini artinya biaya pendanaan pemerintah semakin efisien, dan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia tetap terjaga,” ungkap Purbaya.

4. Paradoks Rupiah dan Kembalinya Dana Asing

Meskipun Rupiah secara umum masih terdepresiasi akibat penguatan dolar global, ada fenomena menarik di pasar obligasi. Setelah sempat terjadi arus keluar besar-besaran dari instrumen moneter SRBI, kini dana asing justru mulai berbalik arah dan masuk kembali ke pasar SBN.

Hingga awal Oktober, pasar SBN mencatatkan arus masuk bersih (net inflow) sebesar Rp26,7 triliun. Lebih dari itu, selisih (spread) antara SBN dengan surat utang AS (US Treasury) juga terus menyempit, menandakan risiko investasi di Indonesia yang dinilai semakin rendah.

5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, serangkaian data ini adalah sinyal yang sangat positif. Ini menunjukkan bahwa di tengah ketidakpastian global, mesin pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia justru sedang diakselerasi dengan sangat kuat oleh kebijakan pemerintah yang proaktif.

Kombinasi antara stimulus fiskal yang efektif, konsumsi domestik yang kuat, dan sentimen positif dari pasar keuangan menjadi fondasi yang kokoh. Proyeksi pertumbuhan PDB di kisaran 5,1–5,2% pun dinilai semakin realistis untuk dicapai.