Tren Ekbis

Sinar Terang Mandiri (MINE) Genjot Bisnis Usai IPO, Fokus ke Proyek Jangka Panjang

  • Terbaru, MINE juga sedang menjalin kerja sama strategis dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dalam layanan jasa kontraktor tambang dan pengangkutan (hauling).
WhatsApp Image 2025-06-10 at 14.21.54.jpeg
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) di Jakarta, Selasa, 10 Juni 2025. (TrenAsia/Panji Asmoro)

JAKARTA PT Sinar Terang Mandiri Tbk (kode saham: MINE), perusahaan jasa penunjang pertambangan, memulai langkah baru usai melantai di bursa dengan strategi jangka panjang yang berfokus pada diversifikasi portofolio proyek, pemanfaatan dana IPO secara optimal, serta ekspansi ke proyek-proyek strategis. Hal ini ditegaskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perdana yang digelar di Jakarta, Selasa, 10 Juni 2025.

Langkah-langkah ini sekaligus menjadi sinyal kuat bahwa MINE serius membangun bisnis yang solid, berkelanjutan, dan adaptif terhadap dinamika industri tambang.

Dana IPO Disimpan Aman, Mulai Digunakan untuk Aset Produktif

Dalam penawaran saham perdana yang dilakukan sebelumnya, MINE berhasil menghimpun dana bersih sebesar Rp129,6 miliar setelah dipotong biaya emisi. Dari jumlah itu, sekitar Rp14 miliar sudah direalisasikan untuk pembelian aset tetap berupa tanah dan bangunan—langkah awal memperkuat struktur aset perusahaan.

Sisa dana sebesar Rp115,6 miliar saat ini ditempatkan dalam bentuk giro di Bank Mandiri. Strategi ini dipilih sebagai langkah aman untuk menjaga likuiditas dan fleksibilitas keuangan dalam mendukung rencana ekspansi jangka menengah hingga panjang.

“Pengelolaan dana IPO kami fokuskan pada penguatan fundamental jangka panjang. Investasi aset tetap dan penempatan dana yang prudent adalah langkah awal kami dalam membangun struktur modal yang kokoh,” ujar Ivo Wangarry, Direktur Utama MINE saat Public Expose di Jakarta, Selasa, 10 Juni 2025. 

Laba Bersih Capai Rp306,5 Miliar: Diputar Ulang untuk Pertumbuhan

Dalam RUPST perdana, pemegang saham juga menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2024 yang mencapai Rp306,5 miliar. Dana ini diputuskan untuk disisihkan sebagai dana cadangan dan laba ditahan. Artinya, MINE memilih untuk tidak membagikan dividen saat ini demi mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih agresif dan jangka panjang.

Strategi ini sejalan dengan visi MINE sebagai perusahaan jasa pertambangan yang ingin terus memperkuat struktur permodalan dan membuka peluang ekspansi di berbagai proyek strategis.

Baca Juga: Kisah Tambang Nikel: dari Raja Ampat, Morowali dan Halmahera Tengah

Target Jangka Panjang: Proyek Tambang yang Beragam dan Potensial

MINE menegaskan bahwa strategi jangka panjangnya berfokus pada perluasan portofolio proyek. Perusahaan tidak ingin bergantung hanya pada satu jenis tambang atau satu klien saja. Sebaliknya, MINE ingin menjangkau lebih banyak proyek dengan potensi jangka panjang yang stabil.

“Perluasan proyek adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan usaha. Kami menyadari pentingnya membangun basis klien yang lebih luas agar lebih adaptif terhadap dinamika industri,” jelas Ivo. Ia juga menekankan komitmen perusahaan untuk menjaga hubungan profesional dengan mitra yang sudah ada, sambil tetap membuka peluang kemitraan baru.

Kerja Sama Strategis dengan Pemain Tambang Besar

Sebagai bukti nyata dari strategi ekspansi tersebut, saat ini MINE sudah menangani beberapa proyek besar seperti:

  • PT Weda Bay Nickel, salah satu pemain besar dalam industri nikel nasional.
  • PT Hengjaya Mineralindo, perusahaan tambang yang juga bergerak di sektor nikel.

Terbaru, MINE juga sedang menjalin kerja sama strategis dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dalam layanan jasa kontraktor tambang dan pengangkutan (hauling). Langkah ini menunjukkan keseriusan MINE dalam membangun portofolio proyek yang kuat dan beragam.

Dengan memperluas jangkauan proyek, MINE berharap dapat meningkatkan ketahanan bisnis dan menciptakan pendapatan yang lebih stabil bagi perusahaan dan para investornya.

Operasikan 1.000 Alat Berat, Siap Tambah Armada di 2025

Untuk menjalankan semua proyek strategis tersebut, MINE saat ini mengoperasikan hampir 1.000 unit alat berat lengkap dengan peralatan pendukung lainnya. Armada ini menjadi tulang punggung operasi di lapangan, khususnya untuk pengangkutan material tambang di berbagai wilayah Indonesia.

Melihat potensi ekspansi yang masih luas, MINE juga sudah merancang belanja modal (capital expenditure) untuk tahun 2025. Fokusnya adalah pengadaan alat berat baru guna menjaga efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.

“Kapasitas alat berat menjadi salah satu tulang punggung operasional kami. Investasi pada armada adalah bagian dari upaya menjaga efisiensi dan produktivitas kerja di tengah tingginya permintaan jasa pertambangan nasional,” tegas Ivo.