Pinhome Catat Kenaikan KPR Take Over di Semester I 2025 Naik 5 Persen, Ini Penyebabnya
- Pasar properti Tanah Air terus beradaptasi di tengah fluktuasi ekonomi dan suku bunga. Data terbaru Indonesia Residential Market Report Semester I 2025 yang dirilis Pinhome mencatat transaksi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Take Over naik 5 persen dibandingkan semester sebelumnya.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar properti Tanah Air terus beradaptasi di tengah fluktuasi ekonomi dan suku bunga. Data terbaru Indonesia Residential Market Report Semester I 2025 yang dirilis Pinhome mencatat transaksi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Take Over naik 5 persen dibandingkan semester sebelumnya.
CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara Permata, menjelaskan, kenaikan ini terjadi karena banyak pemilik rumah beralih ke bank lain untuk mendapatkan cicilan lebih ringan setelah periode suku bunga tetap (fixed rate) mereka berakhir.
“BI menurunkan suku bunga dari 6,00 persen menjadi 5,75 persen pada Januari dan kembali turun menjadi 5,50 persen di Mei 2025, memberikan sinyal positif bagi calon pembeli properti melalui KPR yang lebih terjangkau,” jelas dara dalam acara media talk show Pinhome dilansir pada Jumat, 22 Agustus 2025.
- Suku Bunga Turun, Kenapa Masih Ada Jebakan di Saham Perbankan?
- Dari Apartemen Kecil ke Istana Kremlin, Berikut Perjalanan Hidup Vladimir Putin
- Harga Emas Naik Lagi! Intip Update Terbaru Antam dan Pegadaian 22 Agustus 2025
Sebagian besar debitur yang mengambil KPR pada 2020–2022 kini menghadapi bunga mengambang (floating rate) di kisaran 11–13%, jauh lebih tinggi dibanding bunga promo 4–6% yang mereka nikmati beberapa tahun lalu.
Suku Bunga Turun, Debitur Pindah KPR
Pinhome mencatat, tren KPR Take Over mendapat momentum seiring langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan dua kali sepanjang semester pertama 2025, dari 6,00% menjadi 5,75% di Januari dan kembali turun ke 5,50% di Mei.
Penurunan ini memberi ruang bagi perbankan untuk menawarkan program fixed rate 3, 5, hingga 10 tahun dengan bunga lebih kompetitif.
“Tenor fixed rate kembali jadi favorit karena memberikan kepastian cicilan di tengah kondisi bunga floating yang melonjak. Konsumen kini lebih aktif membandingkan dan memilih skema cicilan yang aman untuk jangka menengah hingga panjang,” tulis laporan tersebut.
Tidak hanya untuk end-user, tren KPR Take Over juga dilirik investor properti. Dengan refinancing, mereka bisa menekan cicilan bulanan sekaligus menjaga arus kas tetap sehat.
Pinhome menilai, digitalisasi platform turut mempermudah konsumen dalam simulasi cicilan, membandingkan penawaran bank, hingga mengajukan proses KPR Take Over secara online. Hal ini membuat konsumen lebih leluasa mengatur strategi pembiayaan sesuai kondisi finansial.
KPR Syariah Ikut Naik
Selain KPR Take Over, laporan Pinhome juga mencatat tren positif pada pembiayaan berbasis syariah. Transaksi KPR Syariah naik 4% di Semester I 2025 dibandingkan paruh kedua 2024.
Meski margin bagi hasil rata-rata sedikit lebih tinggi, minat terhadap produk ini terus tumbuh seiring kebutuhan konsumen akan skema yang sesuai nilai spiritual dan menawarkan kepastian cicilan jangka panjang.
Pinhome juga menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam penyediaan hunian premium ke kawasan penyangga ibu kota seperti BSD, PIK, dan Sentul. Adapun, dari sisi permintaan, lonjakan signifikan terjadi di kawasan industri seperti Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang.
Permintaan hunian premium di wilayah ini didorong oleh meningkatnya daya beli para ekspatriat yang mencari hunian dengan kualitas premium di dekat tempat kerja.
