PALM Bidik Sektor Teknologi dan Startup untuk Perluas Cakupan Investasi
- Sektor TMT punya potensi pemanfaatan yang luas oleh masyarakat dan sangat relevan dengan kebutuhan zaman sekarang.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA — PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) menunjukkan sinyal kuat untuk menyasar sektor teknologi dan startup sebagai arah baru pengembangan investasinya.
Langkah ini akan didukung dari dua skema pendanaan strategis yang baru saja mendapatkan restu dari pemegang saham, yakni Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Rights Issue, dan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias Private Placement.
Persetujuan dua aksi korporasi besar ini resmi diberikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta Rapat Umum Pemegang Saham Independen (RUPSI) yang diselenggarakan pada Rabu, 25 Juni 2025 di Jakarta.
- Squid Game 3: Semua yang Perlu Diketahui tentang Musim Terakhir yang Mendebarkan
- Robert Kiyosaki Peringatkan Krisis Keuangan Global, Dunia Dililit Utang Raksasa
- Danantara Resmi Suntik Modal GIAA Senilai Rp6,65 Triliun, Apa Untungnya Bagi Investor?
Dalam rencana tersebut, PALM berencana menerbitkan maksimal 4,71 miliar saham baru lewat Rights Issue dan hingga 1,57 miliar saham melalui Private Placement.
Presiden Direktur PALM, Tri Boewono, menyebut langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat permodalan dan memperluas portofolio investasi di sektor-sektor potensial seperti sumber daya alam, teknologi, media, telekomunikasi, hingga logistik.
“Persetujuan dari pemegang saham menunjukkan keyakinan dan dukungan terhadap arah strategis perusahaan. Dana dari Rights Issue dan Private Placement akan digunakan secara selektif dan disiplin untuk memperkuat struktur keuangan serta memperbesar nilai investasi,” ujar Tri dalam paparan publik di Jakarta, Rabu, 25 Juni 2025.
Namun, sorotan utama kini tertuju pada potensi ekspansi PALM ke sektor teknologi dan startup, yang disebut-sebut sebagai salah satu target penting dalam portofolio baru perusahaan.
PALM Buka Peluang Masuk ke Dunia Startup
Dalam sesi tanya-jawab dengan media, Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika, mengonfirmasi bahwa perusahaan memang telah menetapkan sektor teknologi sebagai salah satu arah investasi yang dituju. Namun, hingga kuartal I-2025, PALM masih dalam tahap pemetaan dan seleksi proyek.
“Sampai per Q1 2025 kemarin belum ada investasi di sektor teknologi, tapi itu memang salah satu sektor yang kita tuju. Saat ini semuanya masih dalam pipeline dan proses due diligence,” kata Ellen.
Ellen juga tidak menutup kemungkinan bahwa PALM akan menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan alias startup, meskipun portofolio perusahaan selama ini lebih banyak berfokus pada emiten publik.
“Kalau ada target yang bagus dan harganya pas, ya kita akan investasi. Meski fokus utama kami di listed company, kami terbuka juga untuk investasi di perusahaan tertutup, termasuk startup,” tegas Ellen.
Kenapa Teknologi dan Media? Ini Alasannya
PALM memang tak asal pilih sektor. Menurut Ellen, sektor teknologi, media, dan telekomunikasi — yang biasa disebut sebagai TMT (Telecommunication, Media, Technology) — memiliki prospek jangka panjang yang sangat menjanjikan.
“Salah satu sektor yang memang di-approve untuk kita investasikan adalah TMT, karena ini juga sektor prioritas yang sedang digenjot oleh pemerintah,” ujar Ellen.
Ia menambahkan bahwa sektor TMT punya potensi pemanfaatan yang luas oleh masyarakat dan sangat relevan dengan kebutuhan zaman sekarang. “Sektor ini bakal terus diutilisasi banyak orang. Dari sisi keamanan data, penggunaan harian, semua orang pakai. Jadi kita suka banget sama sektor itu,” tambahnya.
Hingga kini, investasi PALM di sektor TMT masih terbatas, dengan portofolio utama berupa saham PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Belum Tetapkan Nilai Rights Issue dan Private Placement
Terkait target dana dari aksi korporasi, Ellen menjelaskan bahwa besaran dana dari Rights Issue dan Private Placement belum ditentukan. Rapat kali ini baru tahap persetujuan prinsip dari pemegang saham, dan akan dilanjutkan dengan diskusi internal serta pengajuan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Untuk size-nya berapa masih belum ditentukan, karena ini baru tahap approval. Nanti akan kita publikasikan secara resmi di website perusahaan atau melalui Bursa Efek Indonesia (IDX),” katanya.
Soal Target Kinerja, PALM Realistis dan Fokus pada Due Diligence
Ketika ditanya soal kemungkinan PALM mencetak laba bersih tahun ini, Ellen menanggapi dengan nada realistis. Ia menyebutkan bahwa kinerja investasi PALM sangat dipengaruhi oleh harga pasar saham dari emiten yang ada dalam portofolionya.
“Keuntungan atau kerugian investasi kita itu sangat tergantung pada harga saham yang listed, karena sebagian besar investasi kita memang di saham publik,” jelas Ellen.
Namun, ia memastikan bahwa setiap keputusan investasi dilakukan berdasarkan due diligence yang menyeluruh dan mendalam.
“Setiap kita investasi, kita pastikan bahwa itu investasi yang bagus dan berprospek. Jadi prinsip kita, kalau kinerja perusahaannya masih on track, ya investasi itu akan kita pegang terus,” tegasnya.
Saat ini, belum ada rencana tambahan untuk masuk ke sektor atau industri baru di luar tiga pilar utama perusahaan. Fokus tetap pada sektor-sektor yang dinilai punya prospek cerah dan sedang dalam valuasi yang menarik.
Portofolio dan Aset Tetap Solid di Kuartal I-2025
Sampai dengan akhir Maret 2025, PALM mencatat total aset senilai Rp7,40 triliun, dengan nilai portofolio investasi sebesar Rp7,28 triliun. Investasi tersebut tersebar di berbagai perusahaan ternama seperti:
* PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp2,39 triliun
* PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA): Rp1,93 triliun
* PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Rp1,93 triliun
* PT XL Axiata Tbk (EXCL): Rp200,64 miliar
* Investasi di perusahaan nonpublik: Rp829,40 miliar
- Perjalanan Yovie Widianto: Dari Kahitna jadi Komisaris Pupuk Indonesia
- CDIA Disuntik Kredit 3 Bank Raksasa Jelang IPO, Apa Artinya bagi Investor?
- Jakarta Menuju 500 Tahun: Saatnya Ekonomi Kreatif Jadi Solusi Anak Muda
PALM menggunakan metode pencatatan keuangan Mark to Market yang mencerminkan nilai pasar terkini dari tiap portofolio. Ellen menekankan bahwa fluktuasi nilai portofolio di laporan keuangan lebih karena efek volatilitas pasar, bukan karena penurunan nilai aset secara fundamental.
“Kerugian neto yang tercatat itu unrealized loss, belum direalisasi. Itu hanya mencerminkan fluktuasi pasar, bukan berarti asetnya memburuk,” jelas Ellen.

Amirudin Zuhri
Editor
