Olahraga Padel Menjamur, Pinhome: Suplai Lahan Komersial Naik 26 Persen
- Data terbaru Indonesia Residential Market Report Semester I-2025 yang dirilis Pinhome menunjukkan total inventori tanah komersial melonjak 26% sepanjang paruh pertama tahun ini.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Fenomena olahraga padel yang kian populer di kalangan urban ikut mengubah peta pasar properti Indonesia. Data terbaru Indonesia Residential Market Report Semester I-2025 yang dirilis Pinhome menunjukkan total inventori tanah komersial melonjak 26% sepanjang paruh pertama tahun ini.
CEO & Founder Pinhome Dayu Dara Permata mengatakan, kenaikan tersebut sejalan dengan meningkatnya pembangunan fasilitas olahraga dan gaya hidup, terutama lapangan padel yang saat ini menjamur di berbagai kota besar.
“Tren sport lifestyle menjadi pendorong signifikan meningkatnya pasokan tanah komersial. Fenomena padel misalnya, menciptakan kebutuhan baru akan lahan untuk fasilitas olahraga modern,” ujarnya dalam acara media talk show Pinhome Kamis, 21 Agustus 2025.
Bali dan Jabodetabek Jadi Episentrum
Secara geografis, pertumbuhan inventori tanah komersial tertinggi terjadi di Bali yang melonjak 40% serta Jabodetabek sebesar 24%. Selain itu, kota-kota seperti Surakarta 63%, disusul Malang 59%, Yogyakarta 26%, dan Bandung 18% juga mencatatkan kenaikan signifikan.
Data Pinhome menyebutkan, Bali kini tidak hanya identik dengan wisata alam, melainkan juga menjadi pusat wellness dan gaya hidup aktif, mendorong meningkatnya permintaan fasilitas olahraga modern dari turis mancanegara hingga ekspatriat.
Popularitas padel di Indonesia berkembang sangat cepat. Menurut data Pengurus Besar Padel Indonesia (PBPI), saat ini telah berdiri 133 lapangan padel permanen di Tanah Air. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan lapangan padel terbanyak di Asia Tenggara. Konsentrasi utamanya berada di kawasan Jabodetabek dan Bali, sejalan dengan kenaikan suplai lahan komersial.
Dara menilai fenomena ini membuka peluang baru bagi investor yang ingin menangkap pasar gaya hidup urban. Kota-kota besar di luar pusat utama seperti Surakarta, Malang, dan Yogyakarta dipandang prospektif karena tingkat persaingan relatif masih rendah.
“Demografi kelas menengah yang terus bertumbuh dengan daya beli meningkat menciptakan peluang bagi adopsi tren gaya hidup baru, termasuk sport lifestyle. Investor bisa mempertimbangkan untuk masuk lebih awal ke kota-kota ini sebelum persaingan setinggi di Jabodetabek dan Bali,” tandasnya

Debrinata Rizky
Editor
