Tren Ekbis

Logam Mulia Meledak Lagi, Gen Z Masih Bisa Ikut Investasi?

  • Perak dan emas melonjak tajam, dipicu kombinasi defisit pasokan, lonjakan permintaan industri, serta meningkatnya ketegangan perang dagang global
Perdaganagn Emas Logam Mulia - Panji 4.jpg
Nampak karyawan menunjukkan logam mulia di sebuah gerai emas di kawasan BSD Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Harga logam mulia global kembali mencetak rekor pada Selasa, 23 Desember 2025. Perak dan emas melonjak tajam, dipicu kombinasi defisit pasokan, lonjakan permintaan industri, serta meningkatnya ketegangan perang dagang global yang membuat investor memburu aset lindung nilai (safe haven).

Harga perak melanjutkan reli historis dengan menembus level psikologis US$ 70 per ons troi, mencetak rekor baru di US$ 71,49, sebelum diperdagangkan di US$ 71,22, naik 3,2% dalam sehari. Sepanjang 2025, harga perak telah melonjak sekitar 147%.

Lonjakan ini tidak terjadi tanpa sebab. Peter Grant dari Zaner Metals menegaskan bahwa pasar perak telah lama berada dalam kondisi defisit.

“Peningkatan ini dipicu oleh realitas pasar yang defisit selama lima tahun, ditambah permintaan industri yang terus meningkat. Faktor safe-haven, ekspektasi dolar yang melemah, dan imbal hasil yang rendah juga mendorong kenaikan harga,” ujar Grant, dikutip laman Reuters, Rabu, 24 Desember 2025.

Selain faktor struktural, eskalasi perang dagang, mulai dari tarif baru antar negara besar hingga pembatasan ekspor teknologi dan bahan baku membuat pelaku pasar beralih ke aset riil seperti perak dan emas. 

Grant memperkirakan target berikutnya perak di US$ 75 per ons troi, meski memperingatkan potensi koreksi jangka pendek akibat aksi ambil untung akhir tahun.

Baca juga : 5 Resep Kue Natal Simpel yang Manis dan Bikin Suasana Hangat

Emas Perkasa, Platinum dan Palladium Terangkat

Tak kalah kuat, harga emas spot naik 1,1% ke US$ 4.492,99 per ons troi, setelah sempat menyentuh rekor US$ 4.497,55. Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sekitar 70%.

Kenaikan ini ditopang oleh berbagai faktor: ketegangan geopolitik, penurunan suku bunga AS, pembelian agresif bank sentral, serta meningkatnya permintaan investasi. Kontrak berjangka emas AS Februari ditutup naik 0,8% di US$ 4.505,7. Analis SP Angel menilai tren ini masih jauh dari selesai.

“Diversifikasi cadangan devisa oleh bank sentral akan terus menjadi pendorong utama harga emas hingga akhir dekade,” tulis SP Angel.

Bahkan, SP Angel memproyeksikan emas berpotensi menembus US$ 5.000 per ons troi pada tahun depan, terutama jika perang dagang berlanjut dan ketidakpastian ekonomi global tidak mereda.

Reli logam mulia juga menjalar ke platinum dan palladium. Harga platinum melonjak 6,8% ke US$ 2.268,95 per ons, sementara palladium naik 6,5% ke level tertinggi dalam tiga tahun, yakni US$ 1.874,22 per ons.

Keduanya krusial dalam konverter katalitik otomotif. Dukungan tambahan datang dari kebijakan Uni Eropa yang berencana menunda pelarangan mobil berbahan bakar fosil hingga 2035. 

Baca juga : Broker Saham Terpopuler di Indonesia, Simak Pilihannya

Dampaknya ke Kantong Anak Muda

Lonjakan harga emas dan perak memang membuat logam mulia terlihat semakin “mahal” bagi generasi muda. Namun, para analis menilai anak muda tetap bisa berinvestasi, asalkan strateginya tepat.

Pertama, emas kini tidak lagi harus dibeli dalam bentuk fisik. Kehadiran emas digital, tabungan emas, hingga ETF berbasis emas memungkinkan investasi dimulai dari nominal kecil, bahkan puluhan ribu rupiah.

Kedua, emas dan perak lebih cocok sebagai instrumen lindung nilai, bukan untuk spekulasi jangka pendek. Dengan volatilitas tinggi akibat perang dagang, strategi cicil rutin (dollar cost averaging) dinilai lebih aman bagi investor muda.

Ketiga, lonjakan harga justru menjadi pengingat pentingnya literasi investasi. Ketika aset safe haven menguat, itu menandakan meningkatnya risiko ekonomi global situasi yang bisa berdampak pada lapangan kerja, inflasi, dan daya beli generasi muda.

Perang dagang dan ketidakpastian global telah mengangkat harga emas dan perak ke level historis. Emas berpeluang menuju US$ 5.000 per ons troi, sementara perak masih membuka ruang reli lanjutan meski rawan koreksi jangka pendek.

Bagi anak muda, investasi logam mulia masih relevan bukan untuk mengejar cuan cepat, melainkan sebagai tameng nilai aset di tengah dunia yang makin tidak pasti.