Tren Ekbis

Koperasi Flat hingga KPR Syariah Ramaikan Pasar Properti 2025

  • Dari BSD hingga Sentul, pasar properti premium naik pesat di 2025. Sementara itu, koperasi flat, KPR Syariah, dan konsep lifestyle jadi warna baru sektor properti Indonesia.
0f8d5702-f1b9-4e41-aa39-ec613c85dec1.jpg
Marco Kusumawijaya (kiri) dalam sebuah diskusi tentang properti dan koperasi perumahan yang diinisiasi Pinhome di Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2025. (Debri/TrenAsia.id)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar properti Indonesia pada 2025 menampilkan wajah baru. Tren hunian premium kini merangsek ke kawasan penyangga ibu kota, didorong permintaan ekspatriat di kawasan industri serta konsumen lokal yang semakin cermat dalam memilih strategi pembiayaan, mulai dari KPR Take Over hingga KPR Syariah.

Berdasarkan laporan Indonesia Residential Market Report Semester I-2025 yang dirilis Pinhome, inventori rumah menengah atas senilai Rp1,5–3 miliar tumbuh 34% di kawasan penyangga seperti BSD, Pantai Indah Kapuk (PIK), dan Sentul. Sementara itu, rumah mewah dengan harga di atas Rp3 miliar mencatat pertumbuhan 17% secara tahunan.

Di sisi permintaan, Bekasi dan Karawang muncul sebagai episentrum baru pasar hunian premium. Kehadiran ekspatriat di sentra manufaktur dan otomotif mendorong permintaan rumah berkualitas tinggi yang berlokasi dekat dengan kawasan industri.

“Selain Jabodetabek dan Bali, kota-kota seperti Bandung, Surakarta, Yogyakarta, dan Malang juga mulai dilirik sebagai pasar properti alternatif karena tingkat persaingannya masih relatif rendah,” jelas CEO & Founder Pinhome Dayu Dara Permata dalam acara media talk show Pinhome, Kamis, 21 Agustus 2025.

Tak hanya hunian, pasar properti komersial juga ikut terdongkrak. Inventori lahan komersial naik 24% di Jabodetabek dan melonjak hingga 42% di Bali Raya. Salah satu pemicu unik adalah tren olahraga padel yang tengah populer di kalangan urban. “Fenomena ini mendorong konversi lahan menjadi padel court dan fasilitas sport lifestyle lainnya,” ungkap Dara.

Pergeseran Strategi Finansial

Pinhome juga menyoroti pergeseran perilaku konsumen di tengah fluktuasi suku bunga. Transaksi KPR Take Over naik 5% pada semester I-2025 dibandingkan akhir 2024. Kenaikan ini dipicu dua faktor utama: penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke level 5,50% serta lonjakan bunga floating yang membebani debitur KPR lama.

Selain itu, KPR Syariah tumbuh 4%, menunjukkan semakin banyak konsumen mencari skema pembiayaan sesuai dengan preferensi nilai dan keyakinan personal.

“Nasabah kini lebih selektif. Mereka tidak hanya mengejar bunga rendah lewat KPR Take Over, tetapi juga melihat fleksibilitas produk seperti KPR Syariah,” ujar Dewi Damajanti, Head of Mortgage Permata Bank.

Di sisi lain, konsep koperasi flat ala Menteng mulai menjadi perbincangan. Urbanis Marco Kusumawijaya menekankan bahwa model ini mengembalikan hunian pada fungsi dasarnya sebagai hak dasar manusia, bukan sekadar komoditas investasi. “Dengan regulasi sudah selesai, mindset berikutnya adalah mengembalikan orientasi hunian untuk kebutuhan hidup, bukan jual-beli spekulatif,” tegas Marco.

Pinhome bahkan memetakan potensi replikasi konsep serupa di Pancoran dan Kebayoran Lama, seiring lonjakan pencarian rumah sewa masing-masing 46% dan 24% pada semester I-2025.