Kian Berkilau, Begini Peran AI Poles Harga Emas
- Harga emas cetak all time high US$3.502 per ons. Dorongan pembelian bank sentral, ETF, dan kebutuhan industri AI diprediksi bisa membawa harga emas tembus US$4.000 per ons.

Ananda Astri Dianka
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah. Untuk pertama kalinya, emas spot menembus level US$3.502,31 per ons pada Selasa 2 September 2025 pukul 08.30 WIB, melampaui rekor intraday sebelumnya di April 2025. Meski sempat terkoreksi ke US$3.494 per ons pada pukul 10.00 WIB, logam mulia tetap berada di zona tertinggi sepanjang masa.
Kenaikan harga emas ini dipicu oleh ketidakpastian politik moneter Amerika Serikat (AS) usai Presiden Donald Trump memecat anggota dewan The Fed, yang menimbulkan keraguan atas independensi bank sentral. Sinyal dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole juga memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga 0,25% pada September.
Prospek Menuju US$4.000 per Ons
Mengutip riset Tim Analis Bareksa, Rabu 3 September 2025, momentum kenaikan emas masih berlanjut. Mereka memperkirakan harga emas dapat mencapai US$4.000 per ons di awal 2026, atau setara Rp2,09 juta per gram (kurs Rp16.300 per dolar AS). Faktor pendorongnya antara lain pembelian emas besar-besaran oleh bank sentral dunia, investor ritel, hingga sektor industri.
Prediksi ini sejalan dengan riset Bank of America (BofA) yang optimistis harga emas bisa tembus US$4.000 di paruh pertama 2026. Sementara itu, Goldman Sachs Research memproyeksikan harga emas akan mencapai US$3.700 per ons pada akhir 2025, dengan potensi reli lebih tinggi hingga US$4.500 jika terjadi resesi global atau gejolak geopolitik ekstrem.
“Setiap kali ada ketidakpastian, trader beralih ke emas sebagai aset aman. Namun ketika situasi mereda, harga biasanya terkoreksi karena investor sudah mendapat kepastian arah pasar,” ujar Lina Thomas, Strategis Komoditas Goldman Sachs.
Dorongan dari Bank Sentral dan ETF
Goldman Sachs menyoroti meningkatnya pembelian emas oleh bank sentral, khususnya di negara berkembang seperti Tiongkok dan Rusia, sebagai penggerak utama harga. Tren ini dipicu oleh pengalaman pembekuan aset Rusia sejak 2022, yang mendorong bank sentral meningkatkan cadangan emas sebagai pelindung risiko.
Di sisi lain, kepemilikan emas melalui exchange-traded fund (ETF) juga melonjak. ETF memberi akses mudah bagi investor ritel, sehingga arus masuk dana semakin memperkuat permintaan. Thomas memperkirakan kepemilikan emas di ETF global bisa naik lebih dari 10% dalam setahun jika reli berlanjut.
Peran Industri dan AI
Selain itu, data industri menunjukkan perusahaan manufaktur kini memanfaatkan data sensor AI dalam skala besar untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. “Data tersebut memiliki nilai ekonomi nyata, tidak hanya bagi produsen, tapi juga bagi penyedia teknologi yang mendukungnya,” ungkap Kim Posnett, Kepala Global Investment Banking di Goldman Sachs.
Studi World Gold Council (WGC) Desember 2024 lalu mengungkap pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bisa mengerek permintaan emas. Sebab permintaan emas dari segmen industri elektronik cukup besar, dan berpeluang terus meningkat seiring perkembangan teknologi AI.
Menurut riset WGC (21/11), permintaan emas dari industri elektronik sempat mencapai puncaknya pada 2010 mencapai 328 ton. Namun kemudian terus menurun hingga 2023 menjadi 249 ton. Namun WGC mencatat, dalam beberapa kuartal terakhir, sektor ini mulai pulih secara moderat.
Untuk diketahui, emas berperan penting dalam perangkat elektronik. Sebab emas merupakan konduktor listrik yang sangat baik, emas tidak mengalami korosi dan sifat fisik dan kimianya memungkinkan emas dimanipulasi menjadi kabel yang sangat tipis dan pelapis yang andal. Sifat-sifat ini menjadikan emas sebagai komponen yang sangat penting dari chip komputer yang ditemukan di hampir semua peralatan elektronik.
Emas merupakan komponen penting dalam pembuatan perangkat yang mendukung AI. Sistem AI sangat bergantung pada perangkat keras canggih, termasuk prosesor, chip memori, dan sensor, yang semuanya menggunakan emas. Perangkat yang mendukung AI, seperti ponsel pintar dan kendaraan otonom, telah mendorong kebutuhan akan komponen elektronik yang sangat efisien dan andal.

Ananda Astri Dianka
Editor
