In This Economy, Gimana Kemampuan Anak Muda Siapkan Dana Darurat?
- Dana darurat kerap disebut sebagai jaring pengaman finansial. Tanpa dana cadangan, guncangan kecil seperti kehilangan pekerjaan, biaya berobat mendadak, atau perbaikan kendaraan bisa langsung mengganggu stabilitas keuangan pribadi.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Hidup di tengah ketidakpastian ekonomi membuat generasi muda harus ekstra waspada dalam mengelola keuangan.
Harga kebutuhan pokok naik, biaya transportasi tak menentu, sementara peluang kerja juga semakin kompetitif. Kondisi ini membuat topik dana darurat kembali jadi pembicaraan hangat di kalangan anak muda.
Dana darurat kerap disebut sebagai jaring pengaman finansial. Tanpa dana cadangan, guncangan kecil seperti kehilangan pekerjaan, biaya berobat mendadak, atau perbaikan kendaraan bisa langsung mengganggu stabilitas keuangan pribadi.
Namun, mampukah generasi muda benar-benar konsisten menyiapkan dana ini di tengah tekanan ekonomi sekarang?
- Berapa Dana Darurat yang Ideal, Benarkah Harus 6 Kali Gaji?
- Pengetatan Pasokan HGBT Dinilai Ancam Ratusan Ribu Pekerja
- Melenting 1.03 Persen, IHSG Hari Ini 20 Agustus 2025 Ditutup Naik ke 7.943,82
Ana (20), mahasiswa tingkat akhir di Jakarta, mengaku baru mulai menabung untuk dana darurat sejak awal tahun. Ia menyisihkan Rp300.000 per bulan dari uang hasil kerja paruh waktu dan sisa uang bulanan dari orang tuanya. Bagi Ana, motivasinya sederhana: ingin belajar mandiri sejak dini meski dengan nominal kecil.
“Awalnya berat banget, tapi aku sadar kalau ada kejadian darurat, aku enggak mau merepotkan orang tua lagi,” ujarnya kepada TrenAsia.id pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Berbeda dengan Ana, Lita Sandi (26). Karyawan swasta di Jakarta ini punya cerita lain. Ia mulai serius menabung setelah sempat jatuh sakit dan harus berutang untuk biaya rumah sakit tahun lalu.
“Sejak itu saya langsung bikin rekening khusus. Setiap gajian Rp1-2 juta langsung dipisahkan, biar pelan-pelan terkumpul,” kata Lita.
Menurutnya, pengalaman pahit itulah yang membuatnya konsisten menyiapkan dana darurat meski kebutuhan sehari-hari terus meningkat.
Sementara itu, Ade (33), seorang ibu muda asal Surabaya, menekankan pentingnya dana darurat karena pendapatannya tidak tetap dan di ekonomi yang tak pasti.
“Sebagai freelancer dan seorang ibu, kadang penghasilan bagus, kadang sepi order. Makanya saya sisihkan sekitar 20 persen dari setiap proyek untuk dana darurat. Itu bikin saya lebih tenang, enggak panik kalau orderan lagi seret,” ungkapnya.
Cerita Ana, Lita, dan Maria menunjukkan bahwa besaran dana darurat memang relatif, tergantung kondisi masing-masing. Namun, benang merahnya jelas meski ekonomi penuh tantangan, generasi muda tetap berusaha membangun disiplin finansial demi masa depan yang lebih aman.
Tips Mengumpulkan Dana Darurat
Menurut data laman Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini cara agar kamu bisa mengumpulkan dana darurat :
1. Buat Prioritas
Buat prioritas untuk anggaran keuanganmu. Dahulukan memenuhi dana darurat sebelum investasi. Sisihkan sebagian pendapatan mu setiap bulan, misalnya sekitar 10%-15% pada awal gajian.
2. Gunakan Rekening Terpisah
Simpan pada rekening yang berbeda agar tidak tergoda menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Mulai dari Kecil
Jangan khawatir jika tidak bisa langsung mencapai target besar. Mulailah dengan jumlah kecil tetapi konsisten.
4. Manfaatkan Bonus atau Uang Tak Terduga
Jika mendapat bonus kerja atau pendapatan ekstra langsung sisihkan untuk dana darurat.
5. Disiplin dan Bertahap
Tidak perlu langsung punya dana darurat Rp20 juta sekaligus. Kuncinya disiplin dan konsisten. Kalau dapat bonus tahunan atau THR, prioritaskan sebagian untuk menambah dana darurat.
Intinya dengan gaji Rp5 juta, membangun dana darurat itu realistis asal konsisten sisihkan Rp500 ribu–Rp1 juta per bulan. Dalam waktu 2–3 tahun, keuangan jadi lebih aman dari risiko mendadak.

Chrisna Chanis Cara
Editor
