Tren Ekbis

Dorong Ekonomi Berkelanjutan, Koperasi Desa Perlu Adopsi ESG

  • Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang, mengatakan koperasi perlu diarahkan untuk mengedepankan aspek keberlanjutan. Dengan begitu, koperasi dapat berperan mendorong pemanfaatan energi bersih ramah lingkungan yang memberi manfaat pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, hingga perdagangan desa.
70c6b30b-0122-443d-b937-3a5e5381f1aa.jpg
Ilustrasi koperasi desa. (Chrisna Chanis Cara/TrenAsia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID—Yayasan Rumah Energi menyarankan Koperasi Desa (Kopdes)/Kelurahan Merah Putih tidak semata-mata fokus pada aspek ekonomi, melainkan juga mengutamakan prinsip keberlanjutan. 

Kopdes Merah Putih telah menyiapkan tujuh model usaha untuk dioperasikan, yang mencakup apotek, klinik, toko sembako, logistik, simpan pinjam, cold storage, dan kantor koperasi. Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang, mengatakan koperasi perlu diarahkan untuk mengedepankan aspek keberlanjutan. 

Dengan begitu, koperasi dapat berperan mendorong pemanfaatan energi bersih ramah lingkungan yang memberi manfaat pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, hingga perdagangan desa. “Sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 27 Agustus 2025. 

Sumanda menjelaskan warga pedesaan merupakan grup yang paling mudah terdampak krisis iklim. Pandangan ini didukung Faizal Angga Nugraha, Kepala Seksi PPA II yang menekankan bahwa faktor iklim dan cuaca memberikan dampak besar terhadap produksi komoditas di sektor pertanian, perikanan, perdagangan, serta dinamika inflasi.

“Perubahan pola cuaca, seperti peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan, dapat berdampak langsung pada hasil panen pertanian, pun juga dalam sektor perikanan dimana kenaikan suhu air laut mengakibatkan migrasi ikan sehingga dapat mengurangi hasil laut,” jelas Sumanda.

Ia memberikan ilustrasi kemarau panjang bisa mengurangi suplai air irigasi sehingga produktivitas komoditas pangan seperti padi, jagung, dan kedelai menurun. Di sisi lain, intensitas hujan yang tinggi dapat memicu banjir dan longsor yang merusak tanaman serta fasilitas pertanian.

"Ketersediaan pangan sebagai kebutuhan dasar sangat dipengaruhi oleh krisis iklim dan membutuhkan peran semua pihak termasuk koperasi yang ada di pedesaan dan juga dinas koperasi daerah yang memiliki tanggung jawab pendampingan bagi koperasi," tambahnya.

Mulai tahun 2021, Yayasan Rumah Energi telah mengembangkan gagasan Koperasi Hijau dengan mengikutsertakan koperasi dan instansi terkait untuk mempromosikan penerapan inovasi dan teknologi yang ramah lingkungan di level desa. 

Gagasan ini memposisikan koperasi sebagai agen transformasi yang menerapkan prinsip ESG (Environment, Social, Governance) melalui pengelolaan yang baik, bidang usaha yang berwawasan lingkungan, serta dampak sosial yang berkelanjutan.

Sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono, juga menekankan koperasi bukan hanya entitas bisnis, melainkan instrumen penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). 

Sehingga, ada tujuan besar untuk mengentaskan kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan, hingga meningkatkan produksi serta konsumsi berkelanjutan. “Koperasi penting untuk menjawab SDGs,” ujarnya, dikutip dari mpr.go.id. 

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut upaya yang dapat mendorong koperasi desa bertransformasi menuju ekonomi berkelanjutan lewat ESG. 

1. Environment (Lingkungan) dalam Koperasi

Peran Koperasi sebagai Agen Perubahan Iklim:

-Energi Bersih: Koperasi dapat menjadi pionir adopsi teknologi ramah lingkungan seperti panel surya, biogas, dan sistem irigasi hemat air di tingkat desa.

-Pengelolaan Limbah: Implementasi cold storage dan sistem logistik yang efisien mengurangi food waste dan emisi karbon.

-Pertanian Berkelanjutan: Mendorong praktik pertanian organik, rotasi tanaman, dan teknik konservasi tanah melalui program edukasi anggota.

2. Social (Sosial) dalam Koperasi

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan:

-Akses Kesehatan: Model bisnis klinik dan apotek meningkatkan akses layanan kesehatan dasar di desa.

-Ketahanan Pangan: Gerai sembako dan cold storage memastikan ketersediaan pangan berkualitas dengan harga terjangkau.

-Inklusi Keuangan: Unit simpan pinjam memberikan akses modal bagi UMKM dan petani kecil yang sulit mengakses bank konvensional.

Resiliensi Sosial:

-Koperasi berperan sebagai safety net sosial ketika anggota menghadapi krisis, baik ekonomi maupun bencana alam akibat perubahan iklim.

3. Governance (Tata Kelola) dalam Koperasi

Prinsip Demokrasi Ekonomi:

-Transparansi: Sistem pelaporan keuangan yang terbuka kepada seluruh anggota.

-Partisipasi: Pengambilan keputusan berdasarkan prinsip "satu anggota satu suara".

-Akuntabilitas: Pertanggungjawaban pengurus kepada rapat anggota tahunan.

Tata Kelola Berkelanjutan:

-Implementasi ESG dalam koperasi memerlukan struktur governance yang kuat untuk memastikan keputusan bisnis tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.