Tren Ekbis

Dari Sayap Pertamina ke Wacana Merger: Jejak Panjang Pelita Air Service

  • Isu merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia pertama kali muncul sekitar tahun 2023. Tujuannya jelas, efisiensi biaya, penguatan logistik, dan optimalisasi aset penerbangan BUMN. Merger ini, jika terwujud, bisa mengubah peta penerbangan nasional.
Ilustrasi Pesawat Pelita Air - Panji 2.jpg
Ilustrasi pesawat Pelita Air saat landing di Bandara Soekarno Hatta Tangerang Banteni. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASAI.ID - Di balik langit Indonesia yang terus dilintasi pesawat komersial, ada satu maskapai yang lahir dari kebutuhan industri energi nasional, Pelita Air Service (PAS). 

Kini, maskapai yang semula hanya mengangkut pekerja migas ini tengah berada di persimpangan sejarah baru. Pemerintah sedang mengkaji langkah besar untuk menggabungkannya ke dalam tubuh Garuda Indonesia, ikon penerbangan nasional.

Langkah ini bukan sekadar restrukturisasi bisnis, melainkan bagian dari strategi besar untuk menciptakan efisiensi dan memperkuat daya saing industri penerbangan BUMN. Namun, sebelum bicara tentang masa depan, perjalanan panjang Pelita Air sendiri sudah menjadi kisah menarik tentang transformasi sebuah maskapai.

Pelita Air bermula pada tahun 1963 sebagai Pertamina Air Service, sebuah divisi transportasi udara di bawah Pertamina. Tugasnya sederhana tapi vital, mengantar pegawai dan mendukung operasional perusahaan minyak dan gas di pelosok negeri.

Seiring kebutuhan yang kian kompleks, divisi ini resmi dipisahkan pada tanggal 24 Januari 1970 dan berdiri sebagai PT Pelita Air Service. Meski berstatus perusahaan mandiri, Pelita tetap berada di bawah naungan Pertamina dan melanjutkan misi awalnya, menjadi “sayap” yang menopang industri migas.

Awalnya fokus pada charter penerbangan migas, Pelita Air kemudian membuka diri terhadap peluang baru. Maskapai ini mulai melayani penerbangan berjadwal komersial ke sejumlah destinasi domestik. Bahkan, sempat ada rencana melangkah lebih jauh dengan membuka rute internasional perdana, sebuah tanda bahwa ambisinya melampaui status “maskapai migas”.

Namun, dinamika industri dan strategi induk perusahaan membuat Pelita Air harus terus menyesuaikan diri. Pertamina sendiri belakangan menegaskan ingin lebih fokus ke bisnis utama minyak, gas, dan energi terbarukan. Artinya, unit usaha non-inti seperti Pelita Air masuk dalam radar untuk dilepas atau digabungkan.

Baca juga : Rahasia Malaysia Kelola Harga BBM, SPBU Swasta Juga Dapat Subsidi

Wacana Merger dengan Garuda Indonesia

Isu merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia pertama kali muncul sekitar tahun 2023. Tujuannya jelas, efisiensi biaya, penguatan logistik, dan optimalisasi aset penerbangan BUMN.

Hingga September 2025, kajian ini ditangani oleh Danantara, lembaga pengelola investasi BUMN. Belum ada target waktu yang pasti, namun Menteri BUMN Erick Thohir yang pekan lalu baru di copot Presiden Prabowo sempat menegaskan kementeriannya akan turun tangan memberi persetujuan akhir.

Merger ini, jika terwujud, bisa mengubah peta penerbangan nasional. Garuda akan menIsu merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia pertama kali muncul sekitar tahun 2023. Tujuannya jelas, efisiensi biaya, penguatan logistik, dan optimalisasi aset penerbangan BUMN.dapatkan tambahan armada dan jaringan dari Pelita, sementara Pelita bisa memperluas kiprahnya di luar bayang-bayang Pertamina.

Dari awalnya sekadar divisi kecil Pertamina hingga menjadi maskapai yang kini masuk wacana merger dengan Garuda Indonesia, Pelita Air telah menunjukkan daya tahannya dalam menghadapi perubahan zaman.

Ke depan, apakah Pelita Air akan tetap terbang dengan identitas sendiri atau melebur ke dalam Garuda, satu hal yang pasti, maskapai ini telah menjadi bagian penting dari sejarah penerbangan Indonesia.

Baca juga : Oracle Transformasi Jadi Raksasa AI, Saham Melonjak Tertinggi Sejak 1992

Pelita Air dari Tahun ke Tahun

  • 1963 : Berdiri sebagai divisi<br>Pertamina Air Service
  • 1970 : Resmi menjadi perusahaan<br>mandiri PT Pelita Air Service
  • 1970-2020 : Berkembang melayani penerbangan<br>charter migas & rute komersial
  • 2023 : Wacana merger dengan<br>Garuda Indonesia mengemuka
  • 2025-Sekarang : Kajian merger oleh Danantara<br>tanpa target waktu pasti buat jadi