Bikin Belanja Terasa Ringan, Anak Muda Makin Nyaman Pakai Paylater
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penggunaan layanan buy now pay later (BNPL) dari perbankan meningkat 29,72% secara tahunan (year-on-year).

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA, TRENESIA.ID – Layanan paylater kian menjadi andalan generasi muda untuk berbelanja daring. Mulai dari kebutuhan skincare, gaya hidup, hingga kebutuhan darurat seperti pengobatan atau alat kerja, metode cicilan tanpa kartu kredit ini dianggap sebagai penyelamat di akhir bulan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penggunaan layanan buy now pay later (BNPL) dari perbankan meningkat 29,72% secara tahunan (year-on-year). Per Juni 2025, total utang atau kredit paylater di sektor perbankan mencapai Rp22,99 triliun.
Hendry Awan (25), seorang social media specialist di Jakarta Selatan, mengaku telah menggunakan paylater selama tiga tahun terakhir. Awalnya, ia menggunakan layanan ini sebagai penyemangat kerja karena tidak memiliki kewajiban cicilan bulanan sebelumnya.
- 7 Ide Bisnis Ramah Lingkungan Buat Kamu yang Mulai Usaha di Jakarta
- Studi ke Australia Makin Mahal? Ini Rincian Biaya Hidupnya
- Mahasiswa Indonesia Jadi Prioritas! Ini Tips Daftar Kuliah ke Australia Tahun 2026
"Saya susah nabung, jadi pakai paylater buat nyemangatin diri karena ada kewajiban bulanan yang harus dibayar," ujar Hendry kepada TrenAsia.id pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Setiap bulan, Hendry mengalokasikan tak lebih dari Rp1,5 juta untuk cicilan paylater, yang umumnya digunakan untuk membeli pakaian bermerek atau kebutuhan fesyen.
Bagi sebagian besar anak muda, paylater bukan lagi sekadar fitur tambahan di aplikasi e-commerce, melainkan strategi agar tetap bisa berbelanja tanpa langsung menguras saldo.
"Kalau lagi nggak ada duit, paylater sangat membantu. Apalagi aku memang nggak suka ribet pakai kartu kredit," ujar Nabilah (24), seorang karyawan swasta di Sidoarjo yang rutin menggunakan paylater untuk kebutuhan harian.
Tak hanya untuk kondisi darurat, paylater juga menjadi “senjata” saat ada promo terbatas. Uni (26), pengguna aktif paylater lainnya, mengaku layanan ini memudahkannya membeli barang impian seperti oven dan blender saat sedang ada diskon besar.
"Pas launching, barang impian itu lagi diskon. Tapi uang belum cukup. Untung bisa pakai paylater, jadi nggak ketinggalan," kata Uni kepada TrenAsia pada Senin, 5 Agustus 2025.
Menariknya, baik Uni maupun Nabilah mengaku belum pernah menyesal menggunakan paylater. Keduanya merasa masih mampu membayar tagihan tepat waktu. "Aku pakai sesuai kebutuhan aja, bukan buat konsumtif. Jadi sejauh ini aman," jelas Nabilah.
Namun jika paylater tidak tersedia, keputusan mereka akan berbeda. Uni mengaku lebih memilih menunda pembelian, meski sedikit menyesal kehilangan momen diskon. Sementara Berliana menyatakan tetap akan membeli jika barang yang dibutuhkan bersifat mendesak.
Fenomena ini menunjukkan bahwa bagi banyak anak muda, paylater bukan semata soal gaya hidup konsumtif, melainkan strategi bertahan dan pengelolaan kebutuhan secara adaptif di tengah tekanan ekonomi.

Amirudin Zuhri
Editor
