Tren Ekbis

Batu Bara Comeback! Harga Diprediksi Melesat di Akhir 2025

  • Setelah tertekan di semester I 2025, harga batu bara mulai pulih dari titik terendah US$40,68 per ton. Aspebindo optimistis harga naik 10–20% hingga akhir tahun, dorong ekspor Indonesia.
Sebuah Truk Membongkar Berton-Ton Batu Bara di Dalam Gudang di Kota Tondo, Metro Manila
Sebuah Truk Membongkar Berton-Ton Batu Bara di Dalam Gudang di Kota Tondo, Metro Manila (Reuters/Romeo Ranoco) (Reuters/Romeo Ranoco)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Setelah tertekan sepanjang paruh pertama 2025, harga batu bara internasional mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) menilai momentum ini sebagai sinyal positif untuk kembali menggenjot ekspor nasional.

Berdasarkan data Kementerian ESDM melalui MODI Minerba, volume ekspor batu bara Indonesia pada Semester I 2025 tercatat turun 6,13% secara tahunan, dari 198,13 juta ton menjadi 185,98 juta ton. Pelemahan ini dipicu oleh berkurangnya permintaan dari pasar utama seperti China dan India, yang tengah gencar meningkatkan produksi domestik.

Wakil Ketua Umum Aspebindo, Fathul Nugroho, menjelaskan bahwa harga Indonesian Coal Index (ICI) 4, yang mewakili batu bara kalori 4.200 GAR, sempat anjlok hingga US$40,68 per ton pada awal Juli 2025. Namun, dalam empat minggu terakhir, harga mulai bergerak naik tipis menjadi US$41,92 per ton di awal Agustus, yang disebutnya telah menyentuh titik terendah (support price).

“Meskipun semester pertama penuh tantangan, kami optimistis pada paruh kedua 2025 harga bisa naik 10 - 20 persen menjadi sekitar US$45–48 per ton. Ini akan menjadi price signal positif bagi eksportir,” kata Fathul, Senin, 11 Agustus 2025.

Selain potensi kenaikan harga, stabilitas pasar dinilai menjadi faktor penting untuk memulihkan gairah industri. Aspebindo berharap tren positif ini berlanjut hingga akhir tahun sehingga produsen berani meningkatkan volume pengapalan.

Dengan ketatnya persaingan global dari negara-negara produsen besar seperti Rusia, Australia, dan Mongolia, pelaku usaha batu bara Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisi di pasar Asia.

Pesaing Global Batu Bara: Siapa Saja dan Seberapa Besar Perannya?

Indonesia sedang bersaing ketat dengan sejumlah eksportir batu bara besar di panggung global menurut data World Stop Exports. Berikut gambaran kontribusi mereka:

1. Australia

Pada 2023, Australia menyumbang sekitar 23,7% dari total ekspor batu bara dunia, menempati posisi kedua setelah Indonesia (Ibai). Menurut data nilai ekspor 2024, kontribusi Australia adalah sekitar 34,9% dari total ekspor global atau mencapai US$55,9 miliar.

2. Rusia

Ekspor batu bara Rusia ditaksir sekitar 15,1% dari total global pada 2023. Nilai ekspornya pada 2024 menduduki urutan ketiga dengan porsi sekitar 13,6% (sekitar US$21,8 miliar).

3. Amerika Serikat

Masuk dalam deretan top 5 eksportir berdasarkan nilai, AS menyumbang sekitar 8,9% dari nilai ekspor global pada 2024.

4. Mongolia

Meski tergolong kecil, Mongolia sudah menjadi eksportir utama batu bara untuk industri baja. Pada 2024, kontribusinya mencapai 5,3% menurut data nilai ekspor.

Negara-negara lain seperti Kanada, Afrika Selatan, dan Kolombia juga turut berperan, namun proporsi mereka jauh lebih kecil dibanding empat besar.

Ringkasan dalam Tabel (2023–2024)

NegaraPangsa Ekspor (%) 2023Pangsa Ekspor (%) 2024 (nilai)
Indonesia~34,1%~19%
Australia~23,7%~34,9%
Rusia~15,1%~13,6%
Amerika Serikat~8,9%
Mongolia~5,3%

Catatan: Perubahan pangsa ini disebabkan oleh pergeseran nilai ekspor (USD), bukan volume tonase. Meski begitu, data ini sangat berguna sebagai acuan kompetitif.