Wamen BUMN Sebut Pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel Bisa Kembangkan Banyak Potensi
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury mendukung pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Aprilia Ciptaning
Author


Gedung Krakatau Steel, Jakarata. Foto: Panji Asmoro
(Istimewa)JAKARTA – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury mendukung pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Subholding dari emiten pelat merah bersandi KRAS ini terdiri dari sejumlah anak perusahaan, yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC) dengan aset kawasan industri seluas 625 hektar dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS) dengan fasilitas pelabuhan dan logistik 17 jetty berkapasitas 25 juta ton per tahun.
Selain itu, ada pula PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), penyedia air industri sebesar 4.000 liter per detik, serta PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL) yang memiliki pembangkit listrik dengan kapasitas 120 MW.
Pahala meyakini, melalui optimalisasi aset yang dimiliki KRAS, akan banyak potensi yang bisa dikembangkan oleh Subholding Sarana Infrastruktur ini.
“Kawasan Industri Krakatau Steel di Cilegon yang terdiri dari banyak produsen intermediary product maupun high value added product, dapat menjadi peluang bagi Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel untuk mengembangkan bisnisnya,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dikutip TrenAsia.com, Jumat, 7 Mei 2021.
Terbaru, subholding ini baru saja menjalin kemitraan bersama investor Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Taspen (Persero). Kerja sama tersebut difokuskan untuk mengembangkan transformasi bisnis KRAS, serta mendukung ketahanan industri manufaktur, khususnya industry baja nasional.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Kinerja Anak Usaha KRAS
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menyebut, sepanjang tahun lalu kinerja dari keempat anak perusahaan yang tergabung dalam Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini mencatatkan penjualan sebesar Rp2,4 triliun.
Selain itu, jumlah laba bersih yang dibukukan mencapai Rp420 miliar dengan EBITDA margin 30%. Jumlah ini lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan rata-rata industri yang sebesar 15%.
Adapun hingga April 202, laba bersih dan EBITDA yang diperoleh masing-masing sebesar Rp153,3 miliar dan Rp344,6 miliar.
Pencapaian tersebut juga diklaim melebihi target laba bersih dan EBITDA yang dipatok, yakni Rp103,6 miliar dan Rp305,1 miliar.
Silmy pun menargetkan, hingga akhir 2021 laba bersih dan EBITDA subholding ini diharapkan bisa menembus Rp467,2 miliar dan Rp1,1 triliun.
“Kami meyakini Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel mampu mencapai pertumbuhan pendapatan dan EBITDA per tahun rata-rata sebesar 21% Compound Annual Growth Rate (CAGR),” ujarnya.
Pendapatan juga diperkirakan tumbuh dari Rp2,5 triliun pada 2020, menjadi Rp6,6 triliun untuk lima tahun mendatang
Kemudian untuk total aset, per Desember 2020 jumlahnya mencapai Rp6,6 triliun. Tahun ini, Silmy memprediksi pertumbuhan secara CAGR sebesar 20 sehingga menjadi Rp16,5 triliun.
Sementara nilai ekuitas yang mencapai Rp4,7 triliun, diperkirakan tumbuh rata-rata per tahun sebesar 23% CAGR menjadi Rp13,1 triliun pada periode yang sama.
Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini, kata Silmy, disiapkan untuk fokus kepada pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan, misalnya dengan mengembangkan beberapa proyek strategis.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Terapung (floating sollar cell) maupun proyek Sea Water Reverse Osmosis merupakan salah dua di antaranya yang dapat menghasilkan kapasitas air bersih sebesar 1.000 liter per detik.
“Kami yakin Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ke depan mampu menjadi pemimpin di Asia Tenggara dalam memberikan pelayanan infrastruktur industri yang terintegrasi,” kata Silmy. (RCS)
