Industri

Mudik Dilarang, Peredaran Uang Terkonsentrasi di Jabodetabek Rp1,25 Triliun

  • Kebijakan larangan mudik membuat perputaran uang diperkirakan tidak akan merata. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang memperkirakan perputaran uang di wilayah aglomerasi Jabodetabek capai Rp1,25 triliun.

<p>Sejumlah petugas gabung dari Kepolisian,TNI dan aparat terkait tengah melakukan penyekatan di kawasan Jatake dan gerbang tol Cikupa Kabupaten Tangerang dalam rangka penerapan larangan mudik , Jumat 8 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>

Sejumlah petugas gabung dari Kepolisian,TNI dan aparat terkait tengah melakukan penyekatan di kawasan Jatake dan gerbang tol Cikupa Kabupaten Tangerang dalam rangka penerapan larangan mudik , Jumat 8 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – Kebijakan larangan mudik membuat perputaran uang diperkirakan tidak akan merata.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang memperkirakan perputaran uang di wilayah aglomerasi Jabodetabek capai Rp1,25 triliun.

“Biasanya yang ini akan mengalir ke daerah tujuan mudik, namun karena larangan mudik yang sangat ketat maka uang tersebut akan beredar di Jakarta dan kota penyangga saja,” kata Sarman dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu, 9 Mei 2021.

Sebaran uang, kata Sarman, bakal meningkat seiring adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterima pekerja pada Mei 2021. Untuk kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri saja, pemerintah telah mengalokasikan Rp30,8 Triliun untuk THR.

Kendati mendapatkan THR, masyarakat Jabodetabek diperkirakan tidak akan melakukan konsumsi secara masif. Sarman memproyeksikan konsumsi per keluarga pada Lebaran tahun ini mencapai Rp500.000.

Kondisi ini sesuai dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terkontraksi 2,33% pada Kuartal-2021. Meski masih terkontraksi, konsumsi rumah tangga itu mengalami perbaikan dibandingkan kuartal IV-2020 yang minus 3,61%.

Sementara itu, peredaran uang di seluruh Indonesia menurut Bank Indonesia (BI) bakal mencapai RP152,14 triliun Kebutuhan yang ini naik 39,33% dibandingkan realisasi lebaran 2020 yang sebesar Rp109,20 triliun. 

Akibatnya, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai peningkatan konsumsi hanya akan terpusat di kota-kota besar saja akibat larangan mudik ini.

“Mudik itu membuat persebaran uang semakin merata. Ketika ini dilarang, saya rasa konsumsi di daerah tidak akan naik signifikan karena persebaran uang terjadi di kota besar,” kata Faisal saat dihubungi TrenAsia.com beberapa waktu lalu.

Faisal memprediksi, terjadi ketimpangan inflasi di kota-kota besar dan daerah tujuan mudik tahun ini. Selain ketersedian uang, hal itu juga merupakan efek lanjutan dari roda perekonomian di daerah tujuan mudik yang tidak terungkit maksimal pada lebaran tahun ini.

“Kalau inflasi, dia sejalan dengan pola konsumsi akan lebih tinggi di kota-kota besar sehingga itu (inflasi) bakal lebih besar juga di kota besar. Apalagi banyak komponen konsumsi yang tidak bergerak di daerah akibat larangan mudik ini,” terang Faisal.

Sebagai gambaran, Provinsi DKI Jakarta mengalami inflasi pada lebaran tahun lalu di bulan Mei sebesar 0,29% month to month (mtm). Sementara itu, inflasi Jawa Tengah di periode yang sama tercatat hanya 0,07% mtm. Bahkan, dua dari enam kota yang disurvei Badan Pusat Statistik (BPS) di Jawa Tengah mengalami deflasi pada Mei 2020. (RCS)