Industri

INA Dilirik Investor, Erick Thohir Pede Utang Pembangunan Bakal Susut

  • Kehadiran Indonesia Investment Authority (INA) dinilai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bisa memperbaiki struktur utang Indonesia. Erick optimis, kemampuan INA menarik modal bisa menurunkan beban utang pembangunan Indonesia secara gradual.

<p>Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA – Kehadiran Indonesia Investment Authority (INA) dinilai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bisa memperbaiki struktur utang Indonesia. Erick optimis, kemampuan INA menarik modal bisa menurunkan beban utang pembangunan Indonesia secara gradual.

Sebanyak 75% dana pembangunan infrastruktur Indonesia bakal ditarik dari investor. Sementara porsi anggaran pembangunan pemerintah hanya mencapai 25%.

“Infrastruktur kita tidak berbasis utang, tapi modal. Berbagai negara, daari Dubai, Kanada, sampai Belanda percaya INA bisa menghimpun dan mengelola modal pembangunan,” kata Erick dalam Siniar Deddy Corbuzier, Selasa, 1 Juni 2021.

Erick mengungkap telah ada 24 jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera yang masuk dalam peluang ekuitas oleh INA senilai Rp34 triliun.

“Kepercayaan investor ini menjadi bukti ekonomi Indonesia masih prospektif meski di tengah pendemi COVID-19,” ujar Erick.

Sementara itu, CEO INA Ridha D. M. Wirakusumah mengungkap bakal membentuk konsorsium dengan sejumlah investor untuk pembangunan jalan tol. Konsorsium itu teridi dari INA bersama Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ), APG Asset Management (APG) dan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).

Perusahaan patungan ini menargetkan dana investasi yang dikelola bisa mencapai US$3,75 miliar atau Rp53,87 triliun (kurs Rp14.346 per dolar Amerika Serikat).

“Kami percaya ini adalah awal yang positif untuk lebih banyak kolaborasi antara kami dan investor lain di berbagai sektor di Indonesia,” ujar Ridha, dalam siaran pers, dikutip Rabu, 2 Juni 2021.

Ridha juga mengatakan pembentukan konsorsium ini merupakan bentuk kepercayaan investor kepada INA, meski dalam kondisi perekonomian yang masih belum pasti ini.

Dalam enam bulan ke depan setelah MoU ini, akan ada evaluasi untuk melihat peluang investasi jalan tol yang dapat jadi basis pengoperasian konsorsium ini.

Sebagai informasi, CDPQ adalah investor institusional yang mengelola dana pensiun dan program asuransi publik dan parapublik di Quebec, Kanada. Sementara itu, APG merupakan salah satu investor dana pensiun terbesar di dunia yang berbasis di Belanda. Terakhir, ADIA adalah pengelola dana abadi Abu Dhabi. (RCS)