Ekonomi Lesu, Laba Bersih Sido Muncul Tetap Tumbuh Lebih dari 10 Persen
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk berhasil membukukan kinerja positif pada kuartal III-2020. Produsen jamu Sido Muncul berkode emiten SIDO itu masih mencatatkan pertumbuhan laba cukup tinggi meski di tengah lemahnya daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Fajar Yusuf Rasdianto
Author


Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat. / Facebook @sidomunculcorp
(Istimewa)JAKARTA – PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk berhasil membukukan kinerja positif pada kuartal III-2020. Produsen jamu Sido Muncul berkode emiten SIDO itu masih mencatatkan pertumbuhan laba cukup tinggi meski di tengah lemahnya daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19.
Berdasarkan buku laporan keuangan yang diunggah di laman resmi perseroan, SIDO berhasil membukukan laba bersih Rp641,83 miliar. Nilai ini naik 10,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp579,74 miliar.
Pertumbuhan ini tidak lepas dari kenaikan pendatan perseroan yang secara tahunan telah meningkat 6,04% hingga mencapai Rp2,26 triliun. Dibarengi oleh penurunan beban pokok penjualan sebesar 1,21% dari Rp309,08 miliar menjadi Rp305,35 miliar.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dari sisi penjualan, produk jamu herbal dan suplemen masih mendominasi dengan nilai Rp1,44 triliun atau 63,89% dari total omzet perseroan. Sedangkan sektor makanan dan minuman menjadi segmen dengan pertumbuhan paling pesat dari Rp608,02 miliar menjadi Rp722,19 miliar atau tumbuh 18,78%.
“(Secara total) penjualan tumbuh 6% yang didorong oleh permintaan domestic dan minuman kesehatan (vitamin C 1000 dan minuman jahe) dan pemulihan rantai distribusi general trade,” tulis Manajamen SIDO dalam keterangan ringkasnya.
Posisi Keuangan
Di sisi lain, ekspor dari produsen Tolak Angin ini masih tercatat melemah. Meski pelemahan ini tidak separah pada kuartal sebelumnya. Tercatat dari tiga negara yang menjadi fokus utama ekspor SIDO, hanya Malaysia saja yang sudah menunjukkan perbaikan. Sisanya, Filipina dan Nigeria belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
“Penjualan ekspor ditargetkan 2% dari total keseluruhan penjualan hingga akhir 2020,” tambah manajemen.
Namun demikian, perseroan berhasil menjaga pengeluaran iklan dan promosi di bawah 10% sehingga dapat menjaga operational expenditure (Opex) terhadap rasio penjualan di level 19%. Seiring dengan itu, diyakini bahwa laba operasi SIDO pada tahun ini bisa tumbuh 8% dengan margin yang stabil.
Lantas, jika kembali pada laporan keuangan, posisi finansial SIDO terlihat masih cukup stabil dengan ekuitas Rp3,3 triliun dan liabilias Rp394,95 miliar. Dengan begitu, aset perseroan hingga September 2020 pun meningkat menjadi Rp3,69 triliun dari sebelumnya Rp3,52 triliun.
Terakhir, kas dan setara kas perseroan juga tumbuh 18,86% dari sebelumnya Rp864,82 miliar menjadi Rp1,02 triliun. (SKO)
