Vital, Hutan Papua Mampu Serap Emisi 486 Juta Motor Setahun
- Hutan Papua menjadi salah satu penyerap karbon terbesar Indonesia, dengan potensi menyerap emisi setara ratusan juta kendaraan di tengah ancaman deforestasi.

Muhammad Imam Hatami
Author

JAKARTA, TRENASIA.ID - Hutan Papua merupakan benteng terakhir hutan hujan tropis Indonesia sekaligus salah satu penyangga utama iklim global. Dengan luas mencapai sekitar 33,12 juta hektare, Papua menyumbang hampir sepertiga dari total luas hutan Indonesia dan mampu serap emisi karbon ratusan juta kendaraan.
Keberadaan hutan ini tidak hanya penting bagi keanekaragaman hayati dan masyarakat adat, tetapi juga memainkan peran krusial dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
Di balik luasannya yang masih relatif terjaga, kemampuan hutan Papua sebagai penyerap karbon kini menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya tekanan deforestasi dan degradasi hutan.
Hingga saat ini, pemetaan data mengenai laju serapan karbon hutan Papua masih tergolong terbatas. Berbeda dengan wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra yang telah menjadi objek banyak penelitian karbon, Papua masih minim kajian rinci terkait stok karbon, fluks karbon, dan dinamika ekosistem hutannya.
Keterbatasan data ini membuat potensi besar Papua sering kali hanya diperkirakan berdasarkan pendekatan global. Dikutip studi ilmiah dari University of South Wales berjudul “Penyerapan Karbon oleh Pohon dan Tanaman Tropis,” Kamis, 18 Desember 2025, menyebutkan hutan tropis utuh secara global rata-rata mampu menyerap sekitar 0,5 ton karbon per hektare per tahun.
Jika angka rata-rata ini digunakan sebagai pendekatan, maka setiap hektare hutan Papua berpotensi menyerap sekitar 1,835 ton CO₂ per tahun, mengingat satu ton karbon setara dengan 3,67 ton karbon dioksida. Dengan luas hutan mencapai 33,12 juta hektare, potensi serapan karbon hutan Papua secara teoritis dapat mencapai sekitar 60,8 juta ton CO₂ per tahun.
Meski demikian, para ahli menekankan angka tersebut masih bersifat perkiraan kasar. Kondisi hutan Papua sangat beragam, mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan rawa gambut, hingga hutan pegunungan, yang masing-masing memiliki kemampuan serapan karbon yang berbeda.
Faktor degradasi, fragmentasi hutan, serta tekanan aktivitas manusia juga dapat secara signifikan menurunkan kapasitas serapan karbon tersebut.
Setara Ratusan Juta Kendaraan Bermotor
Besarnya potensi serapan karbon hutan Papua dapat dipahami lebih mudah melalui perbandingan dengan emisi kendaraan bermotor.
Dengan asumsi satu unit mobil menghasilkan sekitar 0,436 ton CO₂ per tahun, dan satu unit sepeda motor menghasilkan sekitar 0,125 ton CO₂ per tahun, maka kemampuan serapan karbon hutan Papua secara teoritis setara dengan menetralkan emisi dari sekitar 139 juta mobil atau sekitar 486 juta sepeda motor setiap tahunnya.
Jumlah ini jauh melampaui total kendaraan bermotor yang beroperasi di Indonesia saat ini. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa hutan Papua bukan hanya penting dalam skala nasional, tetapi juga memiliki kontribusi signifikan dalam upaya global menekan laju perubahan iklim.
Setiap hektare hutan yang hilang berarti hilangnya kemampuan alam untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan aktivitas manusia. Di sisi lain, potensi karbon hutan Papua juga mulai dilihat sebagai peluang dalam kerangka ekonomi hijau.
Skema perdagangan karbon, pembayaran berbasis kinerja, serta inisiatif pendanaan iklim internasional membuka kemungkinan baru bagi Papua untuk memperoleh manfaat ekonomi dari upaya perlindungan hutan.
Baca juga Harga Emas 18 Desember 2025 Meroket Rp17.000
Jika dikelola dengan baik, mekanisme ini berpotensi mendatangkan pendapatan bagi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan adat.
Namun, peluang tersebut juga dibarengi tantangan besar dalam hal tata kelola. Perlindungan hak masyarakat adat, transparansi perizinan, pengawasan terhadap konsesi hutan, serta akurasi pengukuran karbon menjadi prasyarat utama.
Tanpa pengelolaan yang kuat dan adil, perdagangan karbon dikhawatirkan hanya menjadi komoditas baru yang tidak benar-benar berkontribusi pada perlindungan hutan dan keadilan sosial.
Hutan Papua bukan sekadar aset ekologis wilayah timur Indonesia, melainkan penentu penting masa depan iklim nasional. Menjaga hutan Papua berarti menjaga komitmen Indonesia dalam menekan emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati dunia, serta melindungi ruang hidup masyarakat adat yang telah menjaga hutan secara turun-temurun.

Muhammad Imam Hatami
Editor