Tarik Rem Proyeksi, Mirae Asset Turunkan Target IHSG 2025 ke Level 6.900
- Mirae Asset merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,75% pada 2025 dan 4,95% pada 2026, dari semula masing-masing 5,01% dan 5,15%.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA – Ketegangan geopolitik yang terus meningkat mendorong Mirae Asset Sekuritas Indonesia memangkas proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk tahun ini menjadi 6.900, jauh di bawah target awal di level 8.000. Koreksi tajam ini tak lepas dari memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang dinilai menjadi sumber utama meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.
Asal tahu saja, eskalasi tarif antara AS dan Tiongkok menekan optimisme pasar dan berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi dunia ke level terendah sejak pandemi "Ketegangan geopolitik ini telah memicu lonjakan ketidakpastian ekonomi global," ujar Rully Arya Wisnubroto, analis Mirae Asset Sekuritas, dalam risetnya, Kamis, 24 April 2025.
Mengacu pada proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi global tahun depan diperkirakan hanya akan mencapai 2,8%, dan 3,0% pada 2026. Tekanan eksternal ini juga berdampak ke dalam negeri. Mirae Asset merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,75% pada 2025 dan 4,95% pada 2026, dari semula masing-masing 5,01% dan 5,15%.
- Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Tertekan, Tapi Masih Bertahan
- Rebound Saham ANTM Makin Solid, Ini 2 Penyokongnya
- Carikan Pekerjaan Menantu, Eks Presiden Korsel Moon Jae-in Didakwa Korupsi
Tak ayal, kata dia, tekanan global dan domestik ini menjadi alasan utama koreksi target IHSG. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan oleh konsumsi rumah tangga yang belum pulih sepenuhnya, serta lemahnya aktivitas perdagangan dan investasi," jelas Rully.
Meski demikian, IHSG sempat menunjukkan sinyal pemulihan. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG tercatat menguat 36,69 poin atau 0,55% ke level 6.671,06, seiring meningkatnya optimisme pasar terhadap kemungkinan meredanya tensi perdagangan AS–China. Sementara itu, indeks LQ45 justru terkoreksi 0,71% ke posisi 750,03.
Kenaikan ini dipicu oleh pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang mengatakan bahwa tarif tinggi antara AS dan China tidak akan berlangsung permanen. Presiden AS Donald Trump juga menyampaikan sinyal positif dengan menyebut bahwa tarif final terhadap ekspor China kemungkinan tidak akan mencapai 145%, walau juga tidak akan kembali ke nol.
Selain itu, Trump bahkan memastikan tidak akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell sebelum masa jabatannya berakhir. Hal ini meredakan kekhawatiran pasar terhadap independensi bank sentral, yang sebelumnya sempat dikritik karena enggan menurunkan suku bunga.
Sentimen positif tersebut ikut mendorong penguatan pasar global. Di Wall Street, Dow Jones naik 1,07%, S&P 500menguat 1,67%, dan Nasdaq melesat 2,50%. Bursa Eropa juga mencatatkan penguatan solid; DAX Jerman melonjak 3,14%, CAC 40 Prancis naik 2,13%, dan STOXX 600 pan-Eropa ditutup menguat 1,78%. Di Asia, Nikkei Jepang naik 0,90% dan Shanghai Composite menguat 0,25%.
Namun, secara year-to-date, IHSG masih mencatatkan pelemahan 6,29%, sejalan dengan tren negatif di kawasan ASEAN. Indeks saham Thailand tercatat turun 17,6%, Malaysia -8,59%, Filipina -5,52%, dan Vietnam -5,5%. Mirae Asset memperkirakan pemulihan IHSG akan berlangsung bertahap, mengingat belum banyak katalis positif jangka pendek yang muncul.
Meski begitu, Rully menyebut ada potensi dukungan dari dalam negeri. “Dukungan bisa datang dari partisipasi BPI Danantara, peningkatan alokasi saham oleh BPJS Ketenagakerjaan, serta kebijakan fiskal counter-cyclical dari pemerintah,” ujarnya.
Selain itu, keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga di 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur April 2025 dinilai memberikan stabilitas tambahan bagi pasar. Menyesuaikan dengan kondisi ini, Mirae Asset juga melakukan perubahan dalam daftar saham rekomendasinya. "Kami mengeluarkan MAPI dari daftar saham pilihan dan meningkatkan bobot pada BBCA, BMRI, ICBP, dan ANTM," ungkap Rully.

Amirudin Zuhri
Editor
