Saham BBCA Menguat Jelang Rilis Kinerja di Tengah Perbedaan Proyeksi Analis
- Saham BBCA melonjak 4,3% jelang rilis kinerja kuartal III-2025. Padahal, analis memprediksi laba akan melambat. Pahami anomali & perang pandangan analis ini.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Senin, 20 Oktober 2025. Penguatan ini terjadi menjelang rilis laporan keuangan kuartal ketiga yang dijadwalkan sore nanti, setelah harga sahamnya sempat menyentuh level terendah dalam tiga tahun.
Pada sesi pagi, harga saham BBCA terpantau melompat 4,33% ke level Rp7.825. Pergerakan positif ini kontras dengan proyeksi sebagian analis yang memperkirakan adanya potensi perlambatan laba pada kinerja kuartal ketiga yang akan dirilis.
Fenomena ini menyoroti perbedaan pandangan antara pergerakan pasar jangka pendek dengan proyeksi fundamental dari para analis. Berikut adalah rincian dinamika yang sedang terjadi di saham bank swasta terbesar di Indonesia ini.
1. Momentum Kenaikan Harga Saham
Kenaikan harga saham BBCA hari ini menjadi sinyal rebound yang signifikan. Pekan lalu, tepatnya Selasa, 14 Oktober, harga sahamnya sempat turun ke level Rp7.250, yang merupakan titik terendah dalam tiga tahun terakhir bagi emiten ini.
Sinyal beli terhadap milik Djarum Group ini sebenarnya sudah dimulai sejak akhir pekan lalu. Pada Jumat, 17 Oktober, di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,57%, investor asing justru tercatat mengakumulasi saham BBCA senilai Rp242 miliar.
2. Proyeksi Perlambatan Laba Kuartal III
Meskipun harga sahamnya menguat, sebagian analis memproyeksikan kinerja BBCA akan sedikit melambat. Analis Bloomberg Intelligence, Sarah Jane Mahmud, dalam risetnya memperkirakan laba bersih kuartal III-2025 akan lebih rendah dari kuartal sebelumnya, yaitu di level Rp14,17 triliun.
Menurutnya, perlambatan ini didorong oleh potensi melemahnya pendapatan bunga bersih (NII) akibat siklus pelonggaran suku bunga acuan Bank Indonesia. “Pertumbuhan laba BCA kemungkinan akan terhambat oleh melemahnya pendapatan bunga bersih,” tulis Sarah.
Ia juga menyoroti peningkatan biaya pencadangan yang naik 106,75% per Agustus 2025. Langkah konservatif ini, menurutnya, diambil sebagai antisipasi dan akan turut memberikan tekanan pada perolehan laba bersih jangka pendek.
3. Pandangan Otimistis: Koreksi Akibat Rotasi Sektor
Di sisi lain, analis Trimegah Sekuritas, Jonathan Gunawan, memiliki pandangan berbeda. Ia menilai pelemahan harga saham BBCA yang terjadi sebelumnya bukan disebabkan oleh perubahan fundamental, melainkan murni karena rotasi sektor jangka pendek.
Menurutnya, valuasi emiten berkodekan BBCA kini relatif terdiskon (PBV 3,45 kali) dan berpeluang pulih saat pasar stabil. “Koreksi sektor perbankan lebih karena rotasi sektor jangka pendek, bukan karena perubahan fundamental,” ujarnya dalam riset pada 17 Oktober 2025.
4. Fondasi Kinerja Hingga Agustus 2025
Keyakinan analis Trimegah Sekuritas ini didukung data kinerja Agustus 2025. Laba bersih bank only tumbuh 8,52% (yoy) menjadi Rp39,06 triliun, didukung pendapatan non-bunga yang melonjak 18,9%. Kredit juga tumbuh 9,28%, di atas rata-rata industri.
Kekuatan utama BBCA, menurut Jonathan, adalah rasio dana murah (CASA) yang mencapai 83,5% dari total DPK. “Dengan kombinasi likuiditas ample dan CASA tinggi, margin bunga bersih (NIM) BBCA akan tetap solid meski likuiditas industri ketat,” ujar Jonathan.
5. Menanti Rilis Kinerja Resmi
Bagi investor, penguatan harga saham BBCA hari ini menunjukkan bahwa pasar kemungkinan lebih fokus pada valuasi yang sudah terdiskon. Pasar tampak mengabaikan kekhawatiran jangka pendek mengenai potensi adanya tekanan margin.
Konferensi pers kinerja keuangan kuartal III BBCA yang akan digelar pukul 16.00 WIB hari ini akan menjadi data konfirmasi penting. Rilis data tersebut akan memperjelas apakah proyeksi perlambatan laba terbukti, atau fundamental BBCA tetap solid melampaui ekspektasi.

Alvin Bagaskara
Editor
