Tren Pasar

Prediksi BlackRock: Trump Bakal Rangkul Energi Terbarukan Demi Ambisi AI

  • Saham Bloom Energy dan Sungrow mencatatkan kenaikan ratusan persen, mengalahkan performa Nvidia. Valuasi yang menarik dan arus investasi jumbo membuat sektor energi bersih kembali dilirik investor institusi.
Gemini_Generated_Image_hxftcxhxftcxhxf.jpeg
Ilustrasi investor yang berasal dari Indonesia mencoba membeli saham Nvidia. (Dok/ Gemini AI Generated)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih sempat memicu kekhawatiran besar bagi investor saham energi terbarukan (green energy). Agenda "drill, baby, drill" yang pro-fosil diprediksi akan mematikan sektor ini. 

Namun, realitas pasar justru menunjukkan pergerakan yang berlawanan arah dengan ekspektasi politik tersebut.

Sektor energi hijau menikmati momentum bullish yang luar biasa, didorong oleh lonjakan permintaan listrik untuk menopang ekspansi kecerdasan buatan (AI). Indeks S&P Global Clean Energy Transition tercatat melesat 44% sepanjang tahun ini, jauh mengungguli kinerja S&P 500 yang hanya naik 16%.

Kinerja ini mematahkan prediksi awal tahun saat investor ramai-ramai meninggalkan saham produsen tenaga surya dan angin. Ketakutan bahwa kebijakan AS akan keluar dari Perjanjian Paris ternyata tidak cukup kuat membendung arus modal masuk. 

"Mungkin sudah saatnya investor memberi perhatian lebih besar pada energi terbarukan, bahkan ketika Trump berupaya menahan lajunya," kata Chris Beauchamp, Kepala Analis Pasar IG dikutip pada Senin, 15 Desember 2025.

1. AI dan Data Center: Bensin Baru Energi Hijau

Katalis utama di balik reli ini bukanlah kebijakan pemerintah, melainkan kebutuhan mendesak dari sektor teknologi. Ekspansi pusat data (data center) untuk pelatihan AI membutuhkan pasokan listrik dalam skala masif yang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh pembangkit listrik konvensional dalam waktu singkat.

BloombergNEF memperkirakan permintaan listrik dari layanan AI akan meningkat empat kali lipat dalam satu dekade ke depan. Hal ini menempatkan perusahaan energi terbarukan sebagai mitra strategis bagi raksasa teknologi. Kesepakatan Microsoft dengan Brookfield Renewable Partners untuk pasokan 10,5 GW menjadi bukti nyata tren ini.

Pusat data kini menjadi konsumen listrik dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Narasi ini mengubah persepsi investor bahwa energi hijau bukan lagi soal lingkungan semata, tapi kebutuhan infrastruktur teknologi. "Energi terbarukan sedang mengalami momen kebangkitannya," ujar Aneeka Gupta, Kepala Riset Makro di WisdomTree UK.

2. Performa Emiten: Kalahkan Nvidia dan Minyak

Saham-saham energi bersih mencatatkan kinerja terbaik secara global, bahkan melampaui raksasa teknologi. Di AS, Bloom Energy Corp. melonjak 328%, sementara di China, Sungrow Power Supply Co. menguat 137%. Angka ini jauh di atas kenaikan Nvidia Corp. yang hanya sekitar 30% pada periode yang sama.

Sebaliknya, sektor minyak justru tertekan. Harga minyak dunia turun 14% akibat kelebihan pasokan global yang sebagian dipicu oleh dorongan Trump agar produsen AS meningkatkan pengeboran. OPEC kini memproyeksikan surplus pasokan kuartalan, membuat saham minyak kurang menarik dibandingkan emiten transisi energi.

Valuasi sektor hijau juga dinilai masih menarik karena diperdagangkan sekitar 20 kali estimasi laba ke depan, lebih rendah dari rata-rata historis. "Energi berkelanjutan terlalu lama terabaikan karena perhatian investor tersedot ke Magnificent Seven. Menurut saya, di sinilah potensi nilai besar berikutnya," sebut Evy Hambro, Kepala Global Investasi BlackRock Inc.

3. Sentimen Global dan Suku Bunga

Meskipun AS di bawah Trump mengambil langkah mundur dalam kebijakan iklim, momentum global tetap kuat. Negara-negara seperti Jerman dan China terus memperkuat komitmen belanja miliaran dolar untuk pengembangan jaringan listrik, menciptakan pasar yang luas bagi emiten energi terbarukan yang beroperasi secara multinasional.

Selain itu, penurunan suku bunga bank sentral menjadi angin segar bagi sektor ini. Perusahaan energi terbarukan umumnya padat modal dan memiliki beban utang tinggi untuk pembangunan infrastruktur. Biaya pinjaman yang lebih rendah secara langsung memperbaiki margin keuntungan dan prospek arus kas mereka di masa depan.

Investasi di Uni Eropa bahkan melonjak lebih dari 60% pada semester pertama, didorong oleh proyek angin lepas pantai. Hal ini mengimbangi penurunan investasi di AS. "Kami melihat lonjakan keterlibatan klien dan ini menjadi prioritas tinggi kami pada 2026," tambah Evy Hambro menyoroti minat investor institusi.

4. Trump Diprediksi Melunak di 2026

Pelaku pasar mulai berspekulasi bahwa sikap keras Trump terhadap energi terbarukan akan melunak karena desakan realitas ekonomi. Kebutuhan energi AS yang membengkak akibat revolusi AI tidak bisa ditunda, dan energi terbarukan menawarkan solusi kecepatan implementasi (speed to market) yang dibutuhkan industri teknologi.

Pragmatisme Trump sebagai pengusaha diprediksi akan mengambil alih ideologi politiknya. Jika AS ingin memenangkan perlombaan AI melawan China, maka pasokan listrik dari segala sumber, termasuk angin dan surya, harus dimaksimalkan. Hal ini menjadi tesis investasi baru bagi para manajer aset global.

Keyakinan ini membuat investor tetap memegang posisi mereka meski ada retorika politik yang tajam. "Saya benar-benar percaya Trump akan menyadari kebutuhan akan tambahan pasokan energi dan melakukannya dengan merangkul semua bentuk energi. Saya yakin itu akan terjadi pada 2026," prediksi Helen Jewell, Chief Investment Officer BlackRock.

5. Arus Investasi Jumbo Terus Mengalir

Optimisme pasar tecermin dari data arus modal yang mencetak rekor. BloombergNEF mencatat investasi proyek energi terbarukan mencapai US6,5 miliar di proyek ladang angin Inggris.

Utilitas global seperti EDP SA dari Portugal juga berencana menanamkan hingga US$2 miliar di Asia hingga 2030. Arus uang pintar (smart money) ini menunjukkan bahwa investor institusi melihat transisi energi sebagai tren sekuler jangka panjang yang tidak akan tergelincir oleh siklus politik empat tahunan di AS.

Meski ada koreksi jangka pendek akibat kekhawatiran belanja AI yang berlebihan, prospek jangka panjang sektor ini tetap solid. Indeks saham energi bersih masih berada 73% di bawah puncaknya tahun 2007, memberikan ruang pertumbuhan. "Minyak tetap penting, tapi investor perlu perhatian lebih pada energi terbarukan," tutup Chris Beauchamp.