Tren Pasar

Neraca Dagang Menyusut, Bisakah IHSG Bertahan di Atas Level 8.500?

  • Analis memproyeksikan IHSG akan bergerak sideways di rentang 8.500-8.600 pada perdagangan hari ini. Saham INDY, ANTM, dan UNVR menjadi top picks di tengah momentum penguatan indeks.
Ilustrasi IHSG Bursa Efek Indonesia-09.jpg
Karyawan melintas di dekat layar daftar perusahaan member IDX yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, 7 Juni 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri November dengan sentimen positif. IHSG menguat 0,47% ke level 8.548,78 pada Senin, 1 Desember 2025, ditopang oleh data Manufacturing PMI yang kuat serta sentimen global yang positif.

Penguatan ini terjadi di tengah divergensi data ekonomi domestik. Meskipun terjadi net sell asing, penguatan IHSG didorong oleh rebalancing indeks MSCI yang membuat saham BREN dan BRMS membukukan penguatan tajam.

Berikut adalah lima poin analisis utama mengenai sentimen pasar di awal Desember 2025, mulai dari kontradiksi data ekonomi hingga proyeksi teknikal.

1. Data Ekonomi Domestik yang Kontras

Indeks Manufacturing PMI bulan November naik signifikan ke level 53,3 dari 51,2 di Oktober 2025. Angka ini mencatatkan level tertinggi sejak Februari 2025 setelah empat bulan berturut-turut berada di area ekspansi.

Namun, data ini kontras dengan kondisi eksternal. Surplus neraca perdagangan bulan Oktober berkurang tajam menjadi US$2,4 miliar. Ini adalah surplus paling kecil sejak April 2025, menunjukkan tekanan pada kinerja ekspor Indonesia.

Penurunan ekspor sebesar 2,31% YoY menjadi pemicu utama. Melemahnya ekspor ini disebabkan oleh melambatnya permintaan dari AS dan Tiongkok serta penurunan permintaan dari Jepang dan India.

2. Arus Dana: IHSG Naik, Asing Justru Net Sell

Meskipun IHSG menguat ke 8.548, investor asing membukukan net sell sebesar Rp120,38 miliar di seluruh pasar. Hal ini menunjukkan penguatan indeks didorong oleh pergerakan dana domestik atau dana pasif yang mengalir akibat rebalancing indeks MSCI.

Net buy asing justru terjadi pada saham PT MD Entertainment Tbk (FILM) senilai Rp386,95 miliar, jauh melampaui pembelian saham blue chip seperti BBCA dan BMRI. Akumulasi ini menunjukkan adanya aktivitas spekulatif yang signifikan.

3. Sinyal Teknikal dan Proyeksi Konsolidasi

Phintraco Sekuritas mencatat bahwa secara teknikal, IHSG masih berpeluang bergerak konsolidasi. Secara fundamental, Rupiah juga menguat terhadap Dolar AS, seiring penguatan mata uang Asia karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.

Namun, MNCS Sekuritas memperkirakan skenario best case di mana IHSG masih berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [iii]. Jika skenario best case ini valid, IHSG dinilai masih berpeluang melanjutkan penguatan menuju rentang 8.487-8.539.

Secara teknikal, Phintraco mencatat penyempitan histogram positif MACD dan Stochastic RSI mengarah ke area oversold. Sehingga IHSG diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi pada kisaran 8.500-8.600.

4. Saham Big Cap Incaran Asing

Terlepas dari net sell keseluruhan, akumulasi asing tetap terfokus pada saham-saham strategis. Di antara 10 saham net buy terbesar asing adalah BBCA (Rp171,74 miliar), BMRI (Rp103,15 miliar), TLKM (Rp61,78 miliar), dan ANTM(Rp49,59 miliar).

Asing juga mengakumulasi saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) (Rp126,18 miliar) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) (Rp54,22 miliar). Saham BREN dan BRMS yang baru masuk MSCI juga mendapat net buy asing.

5. Rekomendasi Saham Pilihan

Memanfaatkan momentum yang ada, Phintraco Sekuritas merekomendasikan lima saham pilihan (top picks) untuk perdagangan Selasa, 2 Desember 2025. Saham-saham tersebut dinilai memiliki prospek teknikal yang menarik dalam jangka pendek.

Saham pilihan tersebut meliputi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INDY), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).