Membedah Saham BREN: Apakah Kapitalisasi Pasar Jumbo Sebanding dengan Fundamentalnya?
- Kapitalisasi pasar BREN kembali menembus level psikologis Rp1.000 triliun pada Selasa kemarin, menjadikannya emiten terbesar kedua di BEI dan kini hanya 'sejengkal' di belakang pemuncak, BBCA.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA – Saham emiten energi terbarukan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi pusat perhatian pasar. Pada perdagangan hari ini, Rabu, 16 Juli 2025, sahamnya bergerak di level Rp7.550 per saham, mencerminkan kenaikan fantastis 25,42% hanya dalam satu minggu terakhir dari posisinya di Rp6.100 per saham.
Reli kencang ini secara resmi mendorong nilai kapitalisasi pasar BREN kembali menembus level psikologis Rp1.000 triliun pada Selasa kemarin. Pencapaian ini kembali menempatkan perusahaan yang bergerak di bidang pengembang panas bumi sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kini, BREN hanya 'sejengkal' di belakang sang raja, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), memanaskan perebutan tahta di puncak bursa. Fenomena ini tentu memicu pertanyaan fundamental: apakah lonjakan harga dan valuasi jumbo ini didukung oleh kondisi riil perusahaan?
- Harga Emas Antam Hari Ini Melemah Rp6.000 per Gram
- Harga Cabai di Jakarta Makin Pedas, Cek Lokasi Pasar Termurah
- Peringkat Global Bank Mandiri Naik ke 115 dari 120 versi The Banker
Di satu sisi, prospek bisnis emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu di sektor energi bersih sangat menjanjikan. Namun di sisi lain, data menunjukkan valuasinya sudah berada di level ekstrem. Mari kita bedah lebih dalam kedua sisi mata uang dari saham yang tengah menjadi sorotan ini.
1. Katalis di Balik Reli Harga
Penguatan signifikan saham BREN belakangan ini tampaknya didorong oleh dua narasi utama yang sangat kuat. Narasi pertama datang dari sisi fundamental, yaitu adanya rencana ekspansi konkret perusahaan dalam proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Narasi kedua, dan yang paling kuat dalam jangka pendek, adalah narasi sentimen. Pasar berekspektasi tinggi bahwa BREN berpeluang besar untuk masuk ke dalam indeks global MSCI pada review Agustus mendatang, menyusul adanya perubahan aturan.
Kombinasi antara cerita pertumbuhan jangka panjang dari proyek baru dan potensi masuknya dana asing dalam jumlah masif inilah yang menjadi pendorong utama antusiasme pasar. Hal ini tercermin dari kenaikan harganya yang sangat signifikan.
2. Bedah Proyek PLTP: Rincian Investasi US$365 Juta
Ekspansi fundamental BREN yang menjadi sorotan adalah komitmen investasi senilai US$365 juta. Dana ini dialokasikan untuk lima proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Salak dan Wayang Windu, Jawa Barat, dengan total penambahan kapasitas 112 MW.
Proyek-proyek ini mencakup pembangunan unit baru maupun retrofitting atau pembaruan teknologi pada unit lama. Di antaranya adalah pembangunan Wayang Windu Unit 3 (30 MW) dan Salak Unit 7 (40 MW) yang keduanya dijadwalkan beroperasi pada Desember 2026.
Selain itu, ada juga proyek Salak Binary (16,6 MW) yang telah beroperasi sejak Februari 2025, serta dua proyek retrofitting lainnya yang akan selesai antara Agustus 2025 hingga Januari 2026. Langkah ekspansi ini sangat konkret dan terukur.
3. Sisi Profitabilitas: Sangat Efisien
Berdasarkan data IDX Mobile, dari sisi profitabilitas, BREN memang menunjukkan kinerja yang sangat impresif. Net Profit Margin (NPM) atau margin laba bersih perusahaan tercatat mencapai 83,56%, sebuah angka yang mengindikasikan tingkat efisiensi yang sangat tinggi.
Selain itu, Return on Equity (ROE) juga tercatat solid di level 16,15%, menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengelola modal untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Likuiditas jangka pendeknya pun dinilai dalam kondisi yang sangat sehat.
Namun, perlu dicatat bahwa dividend yield saham ini sangat rendah di 0,03%. Hal ini menegaskan bahwa BREN adalah murni saham pertumbuhan (growth stock) yang lebih memfokuskan laba ditahan untuk ekspansi bisnis daripada membagikannya.
4. Valuasi Ekstrem dan Risiko Utang
Di sinilah letak tanda tanya terbesar bagi para investor fundamental. Valuasi saham BREN saat ini berada di level yang tergolong ekstrem, dengan rasio Price to Earnings (PER) mencapai 497x dan Price to Book Value (PBV) di 80x.
Angka-angka ini menunjukkan harga sahamnya sudah diperdagangkan di level yang sangat premium, jauh di atas rata-rata pasar. Valuasi setinggi ini mencerminkan ekspektasi pasar yang luar biasa besar terhadap pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Selain valuasi, faktor risiko lain yang perlu dicermati adalah struktur permodalan. Tingkat utang yang tercermin dari Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 3,89x mengindikasikan adanya ketergantungan yang cukup besar pada pendanaan eksternal untuk membiayai ekspansinya.
5. Apa yang Harus Dipelajari Investor Ritel?
Fenomena saham BREN yang kompleks ini memberikan pelajaran berharga tentang perbedaan antara sentimen dan fundamental. Kenaikan harga saat ini lebih banyak didorong oleh sentimen positif, yaitu cerita proyek baru dan harapan masuk MSCI, bukan oleh fundamental valuasinya yang sudah sangat mahal.
Pelajaran penting lainnya adalah bahwa pasar saham selalu 'melihat ke depan' (forward-looking). Harga yang terbentuk tidak hanya mencerminkan kondisi perusahaan hari ini, tetapi juga ekspektasi dan optimisme besar investor terhadap apa yang akan terjadi di masa depan.
Terakhir, fenomena ini memaksa investor untuk mengenali profil risikonya sendiri. Apakah Anda tipe yang siap mengambil risiko tinggi demi cerita pertumbuhan, atau tipe konservatif yang lebih mengutamakan valuasi wajar? Tidak ada jawaban yang salah dalam hal ini.

Alvin Bagaskara
Editor
