Tren Ekbis

Comeback Arief Poyuono: Dulu Didepak Prabowo, Kini Komisaris Pelindo

  • Arief Poyuono resmi diangkat sebagai Komisaris PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), menandai comeback politiknya setelah kontroversi panjang dan sempat dicopot dari Gerindra. Penunjukan ini menimbulkan sorotan soal profesionalisme dan dinamika politik di BUMN.
925323_10330225092020_prabowo_arief_oke.jpeg
Arief Poyuono (kanan) bersama Prabowo Subianto. (Gerindra)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Panggung BUMN kembali diwarnai oleh manuver politik yang mengejutkan. Arief Poyuono, mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang dikenal sangat vokal dan penuh kontroversi, secara resmi diangkat menjadi Komisaris PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

Pengangkatan ini sontak menjadi sorotan utama, mengingat rekam jejak Arief yang seringkali berseberangan bahkan dengan partainya sendiri. Langkah ini terjadi di tengah perombakan besar-besaran jajaran direksi dan komisaris di tubuh Pelindo yang strategis.

Fenomena 'comeback' politik ini tentu memicu pertanyaan besar. Apa yang membuat figur sekontroversial Arief Poyuono kini dipercaya menduduki posisi strategis di salah satu BUMN terbesar? Mari kita bedah tuntas jejak karier dan kontroversinya.

1. Jejak Kontroversi yang Tak Terlupakan

Arief Poyuono bukanlah nama yang asing dengan kontroversi. Pada tahun 2017, ia pernah memicu kegaduhan nasional setelah menyebut PDI Perjuangan sebagai "Partai Komunis Indonesia" (PKI), sebuah tuduhan yang membuatnya harus mengirimkan surat permintaan maaf langsung kepada Megawati Soekarnoputri.

Kontroversi lain yang tak kalah heboh terjadi pada tahun 2020. Pernyataannya dalam sebuah wawancara di YouTube memicu kemarahan publik hingga tagar #TenggelamkanGerindra menjadi trending topic di media sosial. Akibatnya, Partai Gerindra saat itu terpaksa memanggilnya untuk bertanggung jawab.

Serangkaian peristiwa ini membangun citranya sebagai seorang figur politisi yang sangat vokal dan tidak ragu untuk melontarkan pernyataan-pernyataan yang seringkali memancing perdebatan panas di ruang publik, menjadikannya sorotan media secara konsisten.

2. 'Didepak' dari Gerindra karena Terlalu Puji Jokowi?

Hubungan Arief dengan Partai Gerindra memang penuh lika-liku. Puncaknya, ia secara resmi 'didepak' atau dicopot dari susunan kepengurusan Gerindra untuk periode 2020-2025, sebuah langkah yang menandai perpisahannya dari lingkaran elite partai.

Pencopotannya saat itu diduga kuat karena pernyataan-pernyataannya yang dianggap kontraproduktif. Salah satunya, ia dinilai terlalu sering melontarkan pujian kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang pada saat itu merupakan rival politik dari Prabowo Subianto.

Langkah ini menunjukkan betapa dinamisnya perjalanan politik Arief. Ia pernah berada di posisi puncak sebagai Wakil Ketua Umum, namun juga pernah tersingkir akibat perbedaan pandangan dan gaya komunikasi politiknya yang dianggap tidak sejalan dengan garis partai.

3. Comeback di Era Prabowo

Kini, di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Arief Poyuono justru melakukan 'comeback' yang manis. Selain aktif sebagai Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, ia juga sempat mengajukan diri sebagai amicus curiae (sahabat pengadilan) untuk mendukung kemenangan Prabowo-Gibran.

Pengangkatannya sebagai Komisaris Pelindo kini seolah menjadi puncak dari 'comeback' politiknya. Ia menggantikan posisi yang sebelumnya diisi oleh Staf Ahli Bidang Industri Kementerian BUMN, Andus Winarno, berdasarkan Keputusan Menteri BUMN.

Langkah ini menunjukkan bahwa Arief kembali diterima di lingkaran kekuasaan. Perjalanan politiknya yang penuh warna, dari disingkirkan hingga kembali diakomodasi, menjadi cerminan dari dinamika politik pasca pemilu yang selalu cair dan penuh kejutan.

4. Apa Artinya Ini Bagi BUMN dan Peta Politik?

Penunjukan Arief Poyuono ini adalah sinyal politik yang sangat jelas. Ini bisa dilihat sebagai upaya untuk mengakomodasi berbagai faksi pendukung yang telah berkontribusi dalam pemenangan pemilu, sekaligus menempatkan orang-orang yang dinilai loyal.

Di sisi lain, langkah ini juga memicu pertanyaan mengenai profesionalisme di tubuh BUMN. Publik kini akan menyoroti dengan tajam bagaimana seorang figur dengan rekam jejak yang begitu politis akan menjalankan perannya sebagai pengawas di BUMN.

Pada akhirnya, penunjukan ini menjadi cerminan dari persimpangan antara kepentingan politik dan tuntutan tata kelola perusahaan yang baik di BUMN. Waktu yang akan membuktikan bagaimana Arief akan menjalankan amanah barunya di Pelindo.