Berapa Uang yang Digelontorkan AS untuk Membantu Perang Israel dan Timur Tengah?
- Mengingat skala pengeluaran saat ini dan di masa mendatang, jelas bahwa Israel tidak mungkin melakukan kerusakan seperti yang mereka lakukan di Gaza atau meningkatkan aktivitas militer mereka di seluruh wilayah tanpa pendanaan, persenjataan, dan dukungan politik Amerika

Amirudin Zuhri
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID-Israel tidak akan mampu mempertahankan peperangannya di Timur Tengah tanpa dukungan finansial signifikan dari Amerika Serikat . Dan Washington disebut telah menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah sejak Oktober 2023.
Dua laporan mengungkap tentang pendanaan Amerika bagi perang Israel. Laporan yang dirilis oleh Costs of War Project di Universitas Brown menemukan, tanpa senjata dan uang Amerika, Israel tidak akan mampu mempertahankan perang di Gaza. Dan secara bersamaan juga memulai perang dengan Iran, atau berulang kali membom Yaman.
“Mengingat skala pengeluaran saat ini dan di masa mendatang, jelas bahwa Israel tidak mungkin melakukan kerusakan seperti yang mereka lakukan di Gaza atau meningkatkan aktivitas militer mereka di seluruh wilayah tanpa pendanaan, persenjataan, dan dukungan politik Amerika,” demikian bunyi laporan Bantuan Militer dan Transfer Senjata Amerika ke Israel, Oktober 2023–September 2025. Laporan dibuat William D Hartung, peneliti senior di Quincy Institute for Responsible Statecraft. Laporan Hartung dirilis bersama oleh Costs of War dan Quincy Institute
Temuan Hartung dan laporan pendamping oleh Linda J Bilmes, pakar penganggaran dan keuangan publik di Harvard Kennedy School menemukan, sejak 7 Oktober Amerika telah menghabiskan total US$31,35 – $33,77 miliar dan masih terus bertambah. Ini sekitar Rp520 hingga Rp561 triliun (kurs Rp16.600). Dana itu untuk bantuan militer ke Israel dan dalam operasi militer Amerika di kawasan tersebut.
Perang Israel di Gaza sendiri telah mengakibatkan sedikitnya 67.160 orang meninggal dunia dan melukai 169.679 lainnya sejak Oktober 2023. Ribuan orang diyakini masih berada di bawah reruntuhan Jalur Gaza. Di Yaman serangan Israel juga telah mengakibatkan puluhan orang meningga.
Sementara serangan di Iran pada bulan Juni diperkirakan mengakibatkan lebih dari 1.000 orang kehilangan nyawa. Serangan di Lebanon mengakibatkan le bih dari 4.000 orang meninggal dan menghancurkan banyak desa. Dua tahun lalu, 1.139 orang meninggal selama serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel. Sementara lebih dari 200 orang ditawan.
Temuan laporan tersebut juga didukung oleh analis yang mengatakan perang Israel di Gaza dan di wilayah yang lebih luas tidak dapat dilanjutkan tanpa dukungan finansial dan diplomatik Amerika. “Dukungan Amerika untuk Israel di semua tingkatan sangat diperlukan untuk melancarkan perang Israel, baik di Gaza maupun di seluruh kawasan,“ kata Omar H Rahman, peneliti di Middle East Council on Global Affairs kepada Al Jazeera Rabu 8 Oktober 2025.
"Mereka telah menjatuhkan sejumlah besar persenjataan di Gaza dan di tempat lain. Mereka memproduksi senjata dan teknologi tertentu, tetapi tidak memproduksi bom, jadi tanpa AS, mereka tidak akan bisa menjatuhkan bom-bom itu."
Pendukung Paling Gigih
Amerika telah lama menjadi pendukung paling gigih Israel. Dalam hal bantuan luar negeri Amerika, Israel adalah penerima tahunan terbesar yakni sekitar US$3,3 miliar per tahun. Selain itu Israel menjadi penerima kumulatif terbesar yakni lebih dari US$150 miliar hingga 2022.
Selama beberapa dekade dan meskipun terjadi pergantian pemerintahan, dukungan Amerikaterhadap Israel tetap konstan. Laporan Hartung secara khusus menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden dan penggantinya Donald Trump, berkomitmen untuk perjanjian penjualan senjata senilai puluhan miliar dollar. Ini termasuk layanan dan senjata yang akan dibayar pada tahun-tahun mendatang.
Laporan tersebut menunjukkan bagaimana dukungan AS terhadap Israel telah membantunya terus berperang di berbagai front selama dua tahun. “Israel membutuhkan senjata AS untuk melakukan apa yang dilakukannya,” kata Rahman.
"Mereka telah menjatuhkan sejumlah besar persenjataan di Gaza dan di tempat lain. Mereka memproduksi senjata dan teknologi tertentu, tetapi tidak memproduksi bom, jadi tanpa Amerika, mereka tidak akan bisa menjatuhkan bom-bom itu."
Namun banyak warga Amerika mulai menjauh dari pandangan arus utama tentang Israel. Dalam beberapa bulan terakhir, ketika para akademisi menyatakan tindakan Israel di Gaza sebagai genosida, persepsi publik terhadap Israel di Amerika telah menurun drastis.
Penurunan ini juga terjadi di kalangan orang Yahudi Amerika. Menurut jajak pendapat Washington Post baru-baru ini, empat dari 10 orang Yahudi AS percaya Israel melakukan genosida. Sementara lebih dari 60 persen mengatakan Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza.
Selain kritik publik Amerika terhadap tindakan Israel di Timur Tengah, analis mengatakan angka-angka seperti yang ditunjukkan oleh laporan Cost of War juga dapat memicu kemarahan warga Amerika yang frustrasi dengan ke mana uang pajak mereka digunakan.
“Anggaran berkaitan dengan prioritas, tetapi meskipun rakyat Amerika memiliki jaring pengaman sosial tertipis di antara negara-negara modern lainnya, entah bagaimana kita selalu menemukan miliaran dolar untuk membantu Israel dalam berbagai perangnya,” kata Duss.

Amirudin Zuhri
Editor
