Tren Pasar

Anomali Saham BMRI: Laba Dipangkas, Target Harga Turun, Tapi Analis Kompak Beli

  • BMRI merosot 11% sebulan, net sell asing Rp4,8T. Meski target laba dipangkas, analis tetap rekomendasikan ‘Beli’ untuk saham Bank Mandiri.
WhatsApp Image 2025-09-05 at 09.51.04-min (1).jpeg
Bank Mandiri mencatatkan skor ESG Risk Rating 9,8 dari Sustainalytics pada Agustus 2025, menempatkannya di peringkat 31 dari 989 bank global dan terbaik di ASEAN. Capaian ini menegaskan komitmen Bank Mandiri pada bisnis berkelanjutan dan tata kelola yang kuat. (Bank Mandiri)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Awan kelabu tengah menyelimuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Dalam sebulan terakhir, harga sahamnya telah merosot lebih dari 11%, diiringi aksi jual bersih (net sell) investor asing senilai jumbo Rp4,8 triliun. Pelemahan ini ternyata merupakan respons pasar terhadap sinyal pesimisme dari internal perusahaan.

Manajemen Bank Mandiri secara resmi merevisi turun panduan atau target kinerjanya untuk tahun ini. Merespons hal tersebut, dua sekuritas besar, BRI Danareksa Sekuritas dan Samuel Sekuritas, kompak ikut memangkas proyeksi laba dan target harga saham BMRI.

Namun, di sinilah letak anomali yang menarik. Meskipun semua target dipangkas, kedua sekuritas ini justru dengan yakin mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham BMRI. Lantas, ada apa sebenarnya di balik sinyal yang kontradiktif ini?

1. Alarm dari Internal: Manajemen Turunkan Target Kinerja

Alarm pertama datang dari internal Bank Mandiri sendiri. Manajemen secara resmi menurunkan target pertumbuhan kredit tahun ini menjadi 8–10%, dari sebelumnya 10–12%. Target Margin Bunga Bersih (NIM) juga ikut dipangkas menjadi 4,8–5,0%, dari sebelumnya 5,0–5,2%.

Penyesuaian target ini menjadi sinyal bahwa manajemen melihat adanya tantangan yang lebih berat di sisa tahun ini. Revisi turun ini juga mencakup Cost of Credit (CoC) dan ekspektasi Cost to Income Ratio (CIR) yang lebih tinggi akibat faktor non-rutin.

2. Analis Kompak Pangkas Proyeksi Laba dan Target Harga

Merespons panduan baru dari manajemen, para analis pun langsung merevisi hitungan mereka. BRI Danareksa Sekuritas memangkas estimasi laba bersih BMRI untuk tahun 2025-2027 masing-masing sebesar 9,9%, 13,4%, dan 10,9%.

Langkah serupa juga diambil oleh Samuel Sekuritas. Mereka merevisi turun target laba bersih BMRI tahun ini dari Rp57,52 triliun menjadi Rp50,44 triliun, menyesuaikan dengan perlambatan kredit dan pelemahan NIM yang diproyeksikan.

Akibatnya, kedua sekuritas ini juga ikut memangkas target harga saham BMRI. BRI Danareksa merevisi target harganya menjadi Rp5.000 dari sebelumnya Rp5.900, sementara Samuel Sekuritas menurunkannya menjadi Rp5.100.

3. Paradoks Rekomendasi: Kenapa Masih 'Beli'?

Inilah paradoks yang paling menarik. Meskipun semua proyeksi dipangkas, baik BRI Danareksa maupun Samuel Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi "Beli" untuk saham BMRI. Ini menunjukkan bahwa di balik tekanan jangka pendek, mereka melihat ada nilai jangka panjang yang solid.

Samuel Sekuritas, misalnya, menyebutkan bahwa target harga baru di Rp5.100 masih menyiratkan adanya potensi kenaikan sebesar 15,9% dari harga saat ini. Ini menandakan bahwa harga saham BMRI dinilai sudah turun terlalu dalam dan kini berada di level yang sangat menarik (undervalued).

4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?

Bagi investor, fenomena ini adalah sinyal klasik investasi nilai (value investing). Ada tekanan sentimen jangka pendek yang membuat harga saham anjlok, namun fundamental jangka panjangnya dinilai masih sangat kuat.

Rekomendasi "Beli" dari para analis di tengah revisi turun adalah sinyal bahwa ini adalah momentum yang tepat untuk mulai 'mencicil' atau mengakumulasi saham blue chip ini di harga 'diskon'. Investor kini akan mencermati realisasi dari stimulus pemerintah yang diharapkan bisa menjadi katalis pemulihan.