Genjot Pariwisata Indonesia, Pemerintah Anggarkan Rp72 Miliar untuk Para Influencer
JAKARTA – Pemerintah akan menganggarkan Rp72 miliar untuk berbagai komponen pihak yang mempromosikan pariwisata Indonesia, termasuk para influencer. Menteri Pariwisata, Wishnutama, mengatakan bahwa influencer tersebut harus berasal dari luar negeri karena tujuannya memang untuk mengenalkan Indonesia ke dunia internasional. “Ada Amerika, Eropa, Australia, India, dan lain sebagainya,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas (26/2/2020). Keseluruhan anggaran […]

Aprilia Ciptaning
Author


Sumber: wikipedia.org
(Istimewa)JAKARTA – Pemerintah akan menganggarkan Rp72 miliar untuk berbagai komponen pihak yang mempromosikan pariwisata Indonesia, termasuk para influencer.
Menteri Pariwisata, Wishnutama, mengatakan bahwa influencer tersebut harus berasal dari luar negeri karena tujuannya memang untuk mengenalkan Indonesia ke dunia internasional.
“Ada Amerika, Eropa, Australia, India, dan lain sebagainya,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas (26/2/2020).
Keseluruhan anggaran tersebut digunakan untuk kebutuhan promosi, fame trip, dan pengenalan destinasi. Namun, pemerintah belum dapat memastikan berapa jumlah influencer berikut alokasi dana yang diberikan.
Wishnu juga mengungkapkan, kebijakan ini merupakan salah satu upaya dalam menggenjot kelesuan pariwisata Indonesia yang terdampak akibat penyebaran Covid-19.
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI), wabah Covid-19 dapat menimbulkan potential loss terhadap PDB Nasional hingga lebih dari USD 2 miliar.
Diungkapkan oleh peneliti P2E LIPI, Panky Tri Febriansyah, angka tersebut merupakan hasil simulasi perhitungan tahun 2019 di mana turis asal Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia berjumlah 2 juta orang.
“Mereka (turis) berkunjung ke Indonesia dengan rata-rata lama tinggal 6 hari dan setiap orang menghabiskan USD 157 dolar per hari,” terang Panky dalam rilis resmi LIPI, Rabu, 26 Februari 2020.
Hal itu juga akan berdampak pada sub sektor turunannya, seperti industri usaha kecil dan menengah (UMKM), perdagangan, dan konsumsi. Terdapat lebih dari 495 jenis komoditas ekspor ke Tiongkok yang terkena imbasnya.
