PUPR Adopsi Konsep Green Building Pada Rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi
JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan rekonstruksi atau pembangunan kembali Pasa Ateh (Pasar Atas), Bukittinggi, Sumatra Barat. Pembangunan kembali pasar ini mengadopsi konsep green building atau bangunan hijau. Mengutip keterangan resmi yang dirilis Kementerian PUPR, Jumat, 19 Juni 2020, Wakil Menteri PUPR Jhon Wempi Wetipo mengatakan dengan konsep ini, sirkulasi […]

wahyudatun nisa
Author


Rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi. / Dok. Kementerian PUPR
(Istimewa)JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan rekonstruksi atau pembangunan kembali Pasa Ateh (Pasar Atas), Bukittinggi, Sumatra Barat. Pembangunan kembali pasar ini mengadopsi konsep green building atau bangunan hijau.
Mengutip keterangan resmi yang dirilis Kementerian PUPR, Jumat, 19 Juni 2020, Wakil Menteri PUPR Jhon Wempi Wetipo mengatakan dengan konsep ini, sirkulasi udara di dalam pasar menjadi lebih baik dan tidak memerlukan pendingin ruangan yang membuat gedung tersebut hemat energi.
“Dalam masa pembangunan, kontraktor melaksanakan perilaku ramah lingkungan di antaranya pemilihan material, pengelolaan limbah konstruksi yang baik, serta konservasi air dan energi,” kata Wempi dalam peresmian Pasa Ateh Bukittinggi secara virtual.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dia menuturkan rekosntruksi ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi pasar sebagai sarana perdagangan rakyat sehingga menjadi lebih aman, nyaman, bersih, tertata, dan tidak kumuh.
“Pasar merupakan ujung tombak aktivitas perdagangan dan sekaligus penggerak ekonomi rakyat. Pasa Ateh memiliki peranan yang penting bagi perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi. Selain itu Pasa Ateh juga memiliki nilai sejarah karena Bukittinggi pernah menjadi ibu kota sementara Indonesia,” Ujar Wempi.
Menurutnya, pengerjaan rekonstruksi pasar ini dilakukan lantaran kondisi sarana dan prasarana yang kurang optimal dan telah mengalami empat kali kebakaran. Kebakaran terakhir terjadi pada Oktober 2017.
Wempi menyebutkan rekonstruksi ini meliputi empat lantai dan satu basement dengan total luas 39.720 meter persegi. Lantai dasar terdiri dari 257 kios, lantai satu terdiri dari 278 kios, lantai dua terdiri dari 276 kios, lantai tiga terdiri dari 24 kios, dan lantai empat yaitu area foodcourt.
Dikatakannya, rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi dimulai pada 21 Agustus 2018 dan selesai pada 31 Desember 2019 dengan anggaran sebesar Rp292 miliar.
Wempi menegaskan saat mulai beroperasi kembali, pedagang dan pembeli wajib memakai masker dan sarung tangan, sering mencuci tangan, serta menjaga physical distancing selama beraktivitas di pasar.
“Protokol Kesehatan ini penting dilaksanakan secara taat dan disiplin, agar pasar tidak menjadi episentrum baru bagi penyebaran COVID-19,” ujar Wempi.
Sementara itu, Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias mengatakan Pasa Ateh bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga destinasi wisata belanja yang berlokasi strategis di jantung kota dan langsung berhadapan dengan Kawasan Jam Gadang.
“Sehingga kembali beroperasinya Pasa Ateh ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi perekonomian Bukittinggi,” kata Ramlan. (SKO)
