Nasional

Penerapan Bea Anti-Dumping Bisa Buat Keramik Makin Mahal hingga PHK

  • Akan ada persaingan pasar yang semakin mengecil di mana akan membuat opsi konsumen juga semakin mengerucut. Sehingga dampaknya ke harga keramik yang semakin mahal.
Industri Keramik.jpg
Calon pembeli melihat produk keramik yang dijual di kios kerajinan keramik kawasan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Rabu, 15 September 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai penerapan bea masuk anti-dumping (BMAD) justru akan memberikan dampak negatif.

Kepala Center of Industry Trade and Investment Indef, Andry Satrio mengungkapkan, implikasi jika BMAD dari hasil investigasi Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) diterapkan maka akan terjadi trade diversion, di mana impor akan beralih ke negara lain selain Cina.

"Kami melihat juga cukup besar angka diversion ke India dan Vietnam, karena ini dua ekpsortir terbesar untuk HS 690721,"katanya dalam diskusi INDEF di Jakarta pada Selasa, 16 Juli 2024.

Dampak selanjutnya yaitu, akan ada persaingan pasar yang semakin mengecil di mana akan membuat opsi konsumen juga semakin mengerucut. Sehingga dampaknya ke harga keramik yang semakin mahal.

Andry menilai, produsen dalam negeri akan ikut serta meningkatkan margin keuntungan dengan cara menaikkan harga jual karena persaingan harga impor keramik yang semakin meningkat.

Hal ini praktis semakin membuat rendah kuantitas atau volume keramik di pasar, disaat permintaan keramik domestik meningkat, maka harga yang diterima konsumen akan semakin mahal.

PHK Massal

Dampak ketiga yang dilihat INDEF adalah sektor lain juga terkena seperti ritel, real estate, properti, importir, forwarder, logistik bisa jadi melakukan efisiensi tenaga kerja sehingga meningkatkan potensi PHK masal.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebelumnya menyebut akibat adanya penurunan utilitas produksi hingga terhentinya produksi membuat 7 perusahaan harus melakukan PHK terhadap karyawannya.

Adapun, 7 perusahaan tersebut yaitu PT Indopenta Sakti Teguh, PT Indoagung Multiceramics Industry, PT Keramik Indonesia Assosiasi - Cileungsi, PT KIA Serpih Mas - Cileungsi, PT Ika Maestro Industri, PT Industri Keramik Kemenangan Jaya, dan PT Maha Keramindo Perkasa.

Gugurnya perusahaan keramik tak hanya karena penurunan utilitas namun juga karena harga gas yang mengalami kenaikan  dan banjir impor dengan harga murah alhasil tingkat produktivitas turun ke level 69% pada akhir 2023.

Leih lanjut, ada kenaikan biaya produksi keramik sekitar 5-6% usai kenaikan harga BBM dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US dolar. Tak hanya itu, ongkos angkut keramik juga naik per 1 September 2022 sekitar 2-3% dari harga jual keramik.  

Terakhir dampak yang paling dikhawatirkan terjadinya retaliasi yang akan dilakukan oleh pihak Cina. Sebagai informasi, retaliasi adalah tindakan balasan oleh suatu negara terhadap negara yang menyebabkan kerugian terhadapnya.