Dari Putri hingga Labore: Evolusi ParagonCorp di Industri Skincare Lokal
- Intip di balik layar kesuksesan ParagonCorp dengan pusat R&D terbesar di Asia Tenggara. Merek-merek seperti Laboré, Crystallure, dan OMG lahir dari pendekatan sains dan pemahaman pasar lokal.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) merupakan simbol keberhasilan industri lokal dalam membangun merek kuat dan menguasai pasar nasional. Didirikan pada 1985 oleh Nurhayati Subakat, perusahaan ini berangkat dari skala rumahan dengan produk sampo merek Putri untuk kebutuhan salon profesional.
Dengan latar belakang keilmuan farmasi, Nurhayati mengusung pendekatan ilmiah dan penekanan pada kualitas sejak awal. Strategi tersebut menjadi fondasi ketika Paragon meluncurkan Wardah pada 1995, sebagai produk kosmetik halal pertama di Indonesia. Merek ini hadir bersamaan dengan menguatnya tren religiusitas dan hijrah.
Wardah kemudian menjadi motor pertumbuhan Paragon, dengan sertifikasi halal resmi dari LPPOM MUI pada 1999 dan pengakuan dari World Halal Council. Hal ini membedakan Wardah dari kompetitor dan memperkuat kepercayaan konsumen Muslim Indonesia, yang merupakan mayoritas di pasar nasional.
- Ingin Cuan dari P2P Lending? Baca Dulu Simulasi Untung-Ruginya di Sini!
- 6 Influencer Kecantikan Buat Kamu yang Mau Belajar Skincare
- TikTok Dikabarkan PHK Massal Karyawan, Manajemen Angkat Bicara
Inovasi dan Strategi Merek yang Relevan
Keberhasilan Wardah mendorong Paragon mengembangkan portofolio multi-merek. Emina diciptakan untuk remaja, Make Over menyasar profesional urban, sementara Kahf hadir untuk segmen pria. Strategi ini memungkinkan Paragon menjangkau spektrum konsumen yang luas dan membentuk ekosistem kecantikan yang komprehensif.
Setiap merek dikembangkan dengan pendekatan nilai dan gaya hidup tertentu. Misalnya, LABORÉ fokus pada kulit sensitif dengan teknologi mikrobioma, Crystallure mengusung kemewahan anti-aging halal, dan OMG mendemokratisasi kecantikan dengan harga terjangkau. Kesemuanya mencerminkan pemahaman Paragon terhadap pasar Indonesia.
Selain memanfaatkan saluran distribusi konvensional, Paragon agresif merambah platform digital, e-commerce, dan live shopping. Mereka juga membangun jaringan brand ambassador dari kalangan kreator konten dan makeup artist melalui Paragon Creator Hub, menciptakan hubungan yang otentik antara merek dan komunitas pengguna.
Ilmu, Komunitas, dan Visi Global
Di balik kekuatan merek-merek Paragon terdapat fondasi ilmiah yang kuat. Paragon memiliki salah satu pusat R&D (Research and Development) terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 300 ilmuwan lokal dan internasional. Proses pengujian produk dilakukan dengan ketat dan mencapai 40.000 uji efikasi per tahun.
Inovasi menjadi jantung strategi pertumbuhan Paragon. Mereka meluncurkan teknologi seperti RealSkin Filter™ (Instaperfect), Gold-Peptide Crystals (Crystallure), dan Mood Boosting Fragrance™ (Earth Love Life). Inisiatif edukatif seperti Beauty Science Fest menjadi ruang berbagi pengetahuan kecantikan berbasis sains kepada publik.
Tak hanya berfokus di dalam negeri, Paragon kini menatap pasar global. Rencana ekspansi mencakup Asia Tenggara, Timur Tengah, hingga diaspora Muslim di Barat. Visi jangka panjangnya hingga 2035 mencakup transformasi menjadi perusahaan wellness menyeluruh, termasuk pengembangan nutrisi dan gaya hidup sehat.
Tantangan dan Dinamika Kompetitif
Meskipun mendominasi pasar lokal dengan pangsa sekitar 25% pada tahun 2024, Paragon menghadapi tantangan besar. Ketergantungan pada bahan baku impor (95%) menjadikan rantai pasoknya rentan terhadap fluktuasi harga global dan geopolitik yang memengaruhi ketersediaan bahan mentah.
Di sisi lain, merek-merek internasional dan lokal baru juga terus masuk dengan agresivitas pemasaran tinggi. Merek asal Tiongkok, Korea, dan brand lokal baru yang lebih adaptif secara digital menjadi ancaman nyata bagi Paragon yang kini berskala besar dan relatif lebih birokratis.
Untuk menjawab tantangan ini, Paragon memperkuat inovasi, efisiensi produksi, serta memperluas kanal digital. Mereka juga mendorong keberlanjutan sebagai nilai tambah, dari kemasan daur ulang, panel surya di pabrik, hingga program tanggung jawab sosial yang menyentuh pendidikan, lingkungan, dan kesehatan.

Amirudin Zuhri
Editor
